Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkap sejumlah syarat agar Moskow mau mengakhiri perangnya di Ukraina, termasuk menyerahkan seluruh empat wilayah yang diklaim oleh Moskow dan membatalkan upaya Ukraina bergabung dengan NATO.
Jelang konferensi perdamaian di Swiss, Putin pada Jumat (14/6/2024) mengatakan persyaratan "akhir" perang Rusia dan Ukraina secara lebih rinci sejak ia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina lebih dari dua tahun lalu.
Advertisement
Dilansir CNN, Minggu (16/6), selain harus menarik diri dari empat wilayah yang diduduki di Ukraina timur dan selatan, Putin mengatakan Ukraina harus melakukan demiliterisasi dan negara-negara Barat harus mencabut sanksi mereka terhadap Rusia.
Di sisi lain, persyaratan tersebut menjadi simbol kegagalan Rusia dalam mencapai tujuan awal perangnya, ketika Moskow percaya bahwa mereka dapat merebut Kyiv dalam hitungan hari dan wilayah Ukraina lainnya dalam hitungan minggu.
Para pejabat Ukraina dan negara-negara Barat telah berulang kali memperingatkan bahwa Putin bermaksud untuk menerima kekalahan total di Kyiv, dan bahwa setiap gencatan senjata atau perundingan perdamaian hanyalah kedok untuk memungkinkan pasukan Rusia berkumpul kembali dan melancarkan serangan baru dan lebih sengit di masa depan.
Namun, dalam komentarnya kepada Kementerian Luar Negeri, Putin mengatakan kondisi Rusia untuk perundingan perdamaian "sederhana", dimulai dengan penarikan total pasukan Ukraina dari seluruh wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia. Moskow hanya menguasai sebagian wilayah tersebut, namun mengklaim seluruh wilayah itu merupakan bagian dari wilayah Rusia pada tahun 2022.
Kali ini, Putin menekankan bahwa Ukraina harus menyerahkan tidak hanya wilayah di garis depan Rusia yang tersebar di masing-masing wilayah, namun juga "seluruh wilayah tersebut."
"Segera setelah mereka menyatakan di Kyiv bahwa mereka siap mengambil keputusan tersebut dan memulai penarikan nyata pasukan dari wilayah ini – dan juga secara resmi memberitahukan tentang pembatalan rencana untuk bergabung dengan NATO – pihak kami akan segera, pada saat yang sama, membuat perintah untuk gencatan senjata dan memulai negosiasi," katanya.
Putin juga berjanji untuk "menjamin penarikan unit dan formasi Ukraina tanpa hambatan dan aman", dan mengatakan Moskow mengakui perannya dalam stabilitas global. Dia meminta agar syarat-syaratnya untuk mengakhiri perang perlu dituangkan dalam perjanjian internasional.
Zelenskyy Tak Percaya, Sebut Taktik Putin dengan Taktik Hitler
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan negaranya "tidak mempercayai ultimatum" Putin, yang menurutnya tidak berbeda secara signifikan dari tawaran yang dia buat sebelumnya.
Berbicara di KTT G7 di Italia, Zelenskyy menarik persamaan antara taktik Putin dan taktik yang digunakan oleh pemimpin Nazi Adolf Hitler untuk menaklukkan sebagian besar Eropa pada tahun 1930an dan 40an.
"Ini adalah hal yang sama yang dilakukan Hitler, ketika dia mengatakan 'berikan saya bagian dari Cekoslowakia dan itu akan berakhir.' Anda tidak dapat mempercayainya," kata Zelensky, merujuk pada aneksasi Hitler atas Sudetenland.
"Itulah mengapa kita tidak boleh mempercayai pesan-pesan ini, karena Putin juga mengikuti hal yang sama," ujar Zelensky memperingatkan.
Penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak meminta sekutu Kyiv untuk "menyingkirkan ilusi" dan berhenti menanggapi usulan Rusia dengan serius serta menyebut perkataan Putin "menyinggung akal sehat."
"Tidak ada hal baru dalam hal ini, tidak ada usulan perdamaian nyata dan tidak ada keinginan untuk mengakhiri perang. Namun ada keinginan untuk tidak membayar perang ini dan melanjutkannya dalam format baru. Itu semua palsu," kata Podolyak.
Advertisement
Tanggapan Pemimpin Barat
Pemimpin Jerman dan Italia pun segera menanggapi permintaan Putin dan dengan tegas menolak persyaratan gencatan senjata yang diungkapkannya.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyebutnya sebagai "propaganda", yang secara efektif menyarankan bahwa Ukraina "harus menarik diri dari Ukraina".
"Bagi saya, hal ini tampaknya tidak efektif sebagai usulan negosiasi untuk memberi tahu Ukraina bahwa mereka harus menarik diri dari Ukraina," kata Meloni.
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebutnya sebagai "perdamaian diktator".
Selain itu, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menuduh presiden Rusia "membuat narasi palsu tentang kesediaannya untuk bernegosiasi". Dia menambahkan bahwa negara-negara yang membantu Rusia dengan pasokan senjata "berada di sisi sejarah yang salah".