Liputan6.com, Jakarta - Guna mencegah penularan penyakit kusta yang dapat berujung pada kondisi disabilitas fisik, maka masyarakat perlu mendapat akses yang mudah terhadap air bersih.
Seperti yang dilakukan Menteri Sosial Tri Rismaharini, ia dan jajarannya memasang instalasi pengolahan air bersih di empat kecamatan di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Advertisement
Menurutnya, pembangunan instalasi pengolahan air bersih dilakukan untuk membantu masyarakat mengakses ketersediaan air bersih sekaligus upaya pencegahan penularan penyakit kusta.
Dia berpendapat, tersedianya air bersih menjadi salah satu faktor yang dapat memutus rantai penularan bakteri penyebab kusta. Faktor kualitas lingkungan tempat tinggal harus ditingkatkan untuk mencegah penyebaran bakteri kusta salah satunya sarana air bersih.
"Jadi kami berikan bantuan termasuk air bersih, supaya tidak menggunakan air yang tidak bersih lagi sehingga tidak terjadi penularan ke yang lain," jelas Risma saat menyapa warga di Desa Sungai Pitung, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Selasa, 11 Juni 2024.
Dalam kesempatan itu, Risma juga menyampaikan terobosan idenya untuk menyempurnakan instalasi pengolahan air bersih menjadi alat dekontaminasi bakteri penyebab kusta.
"Saya sedang memikirkan bagaimana caranya supaya bakteri penyebab kusta bisa dimatikan melalui proses pengolahan instalasi air bersih ini," tambah Risma mengutip laman resmi Kemensos, Minggu, 16 Juni 2024.
Belum Semua Wilayah Barito Kuala Terjamah Instalasi PDAM
Dijelaskan bahwa Barito Kuala adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan dengan karakteristik kewilayahan sebagian besar desanya berada di daerah rawa atau gambut.
Untuk memenuhi kebutuhan mandi cuci kakus (MCK), konsumsi air diambil dari sungai-sungai kecil yang memiliki kualitas air kurang bagus sehingga tidak layak dikonsumsi.
Biasanya, masyarakat setempat menggunakan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk dikonsumsi. Sayangnya, belum semua wilayah terjamah instalasi PDAM sehingga masyarakat terpaksa harus membeli air dengan harga yang tidak murah.
Advertisement
Terpaksa Gunakan Air Sungai yang Diberi Tawas
Kepala Desa Sungai Pitung, Fahmi menjelaskan bahwa warga yang tidak mampu membeli air bersih terpaksa menggunakan air sungai yang diberi tawas.
"Untuk minum dan masak, bagi warga yang mampu biasanya mereka beli air ledeng Rp3.000 per jerigen. Biasanya satu keluarga butuh tiga jerigen per hari. Tapi kalau warga yang tidak mampu membeli, maka minum dan masak memakai air sungai yang diberi tawas," terang Fahmi.
Pasang Instalasi Pengolahan Air Bersih dengan Kapasitas 5.500 Liter
Melihat kondisi tersebut, Kemensos berupaya memasang instalasi pengolahan air bersih dengan total kapasitas 5.500 liter.
Terdapat 4 tandon air yang digunakan untuk mengolah air sungai menjadi air bersih. Instalasi ini mampu mengolah 1 liter air per detik dengan total produksi air layak konsumsi 6.000 liter per hari.
Air sebanyak itu cukup untuk memenuhi kebutuhan 200 keluarga. Instalasi air bersih tersebut juga turut melengkapi integrasi bantuan Rumah Sejahtera Terpadu (RST) yang dibangun Kemensos.
Dalam rangka Bakti Sosial di Kabupaten Barito Kuala, Kemensos memasang instalasi pengolah air bersih yang tersebar di empat kecamatan yaitu Kecamatan Alalak, Kecamatan Barambai, Kecamatan Bakumpai, dan Kecamatan Tabukan.
Tak hanya memiliki kapasitas besar, instalasi air bersih juga dilengkapi dengan solar cell berkapasitas 3.600 watt peak. Dan nantinya akan ditambahkan lagi perangkat dengan total kapasitas 9.000 watt peak. Langkah ini diambil Risma agar masyarakat tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar listrik karena pengolahan air bersih menggunakan listrik tenaga surya.
Advertisement