Liputan6.com, Gaza - Warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki merayakan Idul Adha yang suram, ketika militer Israel melanjutkan serangan mematikannya lebih dari delapan bulan sejak perang dimulai.
Di daerah kantong yang terkepung, di mana lebih dari 37.000 warga Palestina tewas, orang-orang berkumpul di tengah reruntuhan untuk salat pada Minggu (16/6/2024).
Advertisement
Hal ini terjadi ketika militer Israel secara agresif menyerang wilayah barat Rafah saat mereka melancarkan invasi darat ke kota paling selatan, dan menyerang wilayah di seluruh Gaza tengah.
"Serangan-serangan itu telah mendorong orang-orang ke dalam pengungsian internal; di bagian utara Jalur Gaza, masyarakat tidak hanya berjuang menghadapi jatuhnya bom dan serangan yang tidak terduga terhadap rumah mereka… tetapi juga penyebaran dehidrasi dan kelaparan," kata jurnalis Al Jazeera Hani Mahmoud.
"Ini terjadi pada hari pertama Idul Adha, di mana kita melihat ratusan ribu keluarga Palestina yang mengungsi, banyak di antara mereka yang berduka," sambungnya, seperti dilansir Al Jazeera, Senin (17/6).
Hewan Kurban Dilarang Masuk
Kantor Media Pemerintah di Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (15/6) malam bahwa Israel mencegah masuknya hewan kurban ke wilayah kantong tersebut dari semua penyeberangan. Hal ini kemudian mencegah warga Palestina melakukan kurban sebagai bagian dari Idul Adha.
Tentara Israel pada Minggu mengumumkan "jeda lokal dan taktis" dalam aktivitas militer di sepanjang rute tertentu dari jam 8 pagi sampai jam 7 malam setiap hari sampai pemberitahuan lebih lanjut untuk memungkinkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza dari penyeberangan Karem Abu Salem (Kerem Shalom).
Namun, mereka menekankan bahwa tentaranya akan terus berperang di bagian selatan wilayah kantong tersebut dan "permusuhan tidak akan berhenti".
Advertisement
Warga Gaza Alami Kelaparan
Di sisi lain, Perang Israel vs Hamas di Gaza yang masih berkecamuk dan memicu kelaparan akut karena terbatasnya bantuan kemanusiaan yang masuk, membuat warga Palestina di Jalur Gaza kini tidak lagi dapat merayakan Hari Idul Adha.
Laporan VOA Indonesia, yang dikutip Senin (17/6) menyebut bahwa pada musim panas lalu warga Palestina di Jalur Gaza masih merayakan Hari Idul Adha sebagaimana mestinya. Dengan makan-makan bersama keluarga, membagikan daging kurban pada mereka yang kurang beruntung, dan memberikan pakaian baru atau hadiah-hadiah kepada anak-anak.
Namun, tahun ini, perang Israel-Hamas yang berlangsung selama lebih dari delapan bulan, membuat banyak keluarga kini terpaksa hanya makan makanan kaleng di tenda-tenda pengungsian yang penuh sesak. Stok daging hampir tidak ada di pasar lokal. Tidak ada uang untuk membeli makanan atau hadiah. Yang mereka hadapi hanyalah perang, kelaparan, dan penderitaan, yang sepertinya belum akan berakhir dalam waktu dekat.
"Tidak ada Idul Adha tahun ini," ujar Nadia Hamouda, yang putrinya tewas terbunuh dalam perang. Hamouda terpaksa meninggalkan rumahnya di bagian utara Gaza beberapa bulan lalu dan tinggal di sebuah tenda di pusat Kota Deir al Balah.
"Yang ada hanya kesedihan, tragedi, mereka yang mati syahid, semua kematian, rasa kehilangan orang-orang yang kami cintai. Kami tidak ada di rumah sendiri. Tidak ada Idul Adha tahun ini," ujarnya dengan suara lirih.
Sebelum Perang Berkecamuk, Warga Gaza Masih Dapat Merayakan Idul Adha
Sebelum perang Israel-Hamas ini, Gaza memang merupakan wilayah yang miskin dan terisolasi, tetapi warga masih tetap dapat merayakan Hari Idul Adha dengan memasang dekorasi berwarna-warni, memberikan hadiah kejutan bagi anak-anak, dan membeli daging atau memotong hewan kurban untuk kemudian dibagikan kepada mereka yang kurang beruntung. Hamouda mengenang perayaan Idul Adha tahun lalu dengan mengatakan “ada kegembiraan dan suka cita di antara kami.”
Namun, kini sebagian besar Gaza hancur dan hampir seluruh penduduk yang semula berjumlah 2,3 juta orang telah terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Setelah kelompok militan Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke selatan Israel pada 7 Oktober, dan menewaskan sekitar 1.200 orang serta menculik 250 orang lainnya, Israel melancarkan serangan darat dan udara besar-besaran.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas, mengatakan sedikitnya 37.266 warga Palestina tewas dan lebih dari 85.000 lainnya luka-luka akibat serangkaian serangan Israel itu.
Perang itu menghancurkan sebagian besar produksi pangan dan pertanian, membuat warga Palestina harus bergantung pada bantuan kemanusiaan, yang juga tertahan oleh berbagai pembatasan yang diberlakukan Israel dan terus berkecamuknya perang.
Badan-badan PBB telah memperingatkan bahwa lebih dari satu juta orang – atau berarti hampir separuh penduduk – dapat mengalami kelaparan sangat akut dalam beberapa bulan mendatang.
Advertisement