Manik-Manik Khas Suku Dayak dan Filosofinya bagi Kehidupan

Manik-manik memang menjadi bagian aksesori yang sangat lekat dengan kehidupan dan budaya Dayak sejak dahulu.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 19 Jun 2024, 12:00 WIB
Seorang wanita Dayak tekun menganyam manik-manik. Ini bukan sekadar menganyam keindahan, namun juga kesabaran. (foto: Liputan6.com/disperindagkop Sintang/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Palangkaraya - Suku Dayak memiliki aksesori tradisional berupa manik-manik. Tidak hanya sebagai hiasan semata, manik-manik ini memiliki filosofi bagi kehidupan serta mengandung nilai magis bagi yang mengenakannya.

Suku Dayak tersebar di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Adapun salah satu yang populer dengan kreasi kerajinan manik-maniknya adalah Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.

Mengutip dari indonesiakaya.com, umumnya kerajinan tangan ini berwarna kontras dan terang, seperti merah, kuning, hijau, putih, dan hitam. Manik-manik tersebut terbuat dari batu, kayu, tulang kaca, kulit tiram, batu akik, dan lainnya. Proses pembuatannya dilakukan melalui pengasahan, sedangkan untuk bagian lubangnya diproses dengan teknik pengeboran.

Manik-manik memang menjadi bagian aksesori yang sangat lekat dengan kehidupan dan budaya Dayak sejak dahulu. Manik-manik dianyam untuk dijadikan kalung, pakaian adat, ikat kepala, gendongan anak, dan lain sebagainya.

Bukan sembarang diracik, manik-manik Dayak yang jadi macam-macam aksesori ini mengikuti pola atau bentuk-bentuk yang dianggap suci. Selain itu, hal tersebut juga berkaitan dengan pembawa berkah bagi yang mengenakannya.

Manik-manik juga menjadi penghias aksesori penutup kepala dan tas gendong Suku Dayak. Dibuat dari bahan rotan, tas yang digunakan untuk membawa hasil kebun atau menggendong bayi itu dihias dengan manik-manik aneka warna.

Adapun pola manik-manik yang sering diaplikasikan adalah pola burung enggang dan bentuk kamang (legenda tradisional yang sangat sakral), yang merupakan simbol kehadiran roh leluhur. Selain itu, ada juga motif bunga terong yang memiliki arti kedudukan tinggi dalam suatu suku.

Selain pola, warna manik-manik Suku Dayak juga memiliki makna tersendiri. Warna merah berarti semangat hidup, biru memiliki sumber kekuatan dari segala penjuru yang tidak mudah luntur, kuning dianggap sebagai simbol keagungan dan keramat, hijau berarti kelengkapan dan intisari alam semesta, serta putih yang melambangkan kesucian iman seseorang kepada Sang Pencipta.

 


Filosofi Lainnya

Filosofi lainnya juga datang dari bahan yang digunakan. Manik-manik yang terbuat dari batu akik memiliki makna untuk menyembuhkan penyakit dan membuat panen berhasil, sedangkan manik-manik yang dibuat dari batu kecubung dipercaya dapat menyembuhkan penyakit, luka bakar, dan menawarkan racun hewan berbisa.

Secara umum, manik-manik bagi Suku Dayak merupakan simbol penolak bala. Seseorang yang mengenakan manik-manik dipercaya dapat terhindar dari roh jahat atau makhluk halus.

Terlebih bagi butiran manik-manik batu akik yang memiliki gambar palang tapak jalak. Gambar tersebut dipercaya dapat menjamin pemakainya selamat sampai ke tujuan setiap melakukan perjalanan jauh.

Sementara itu, manik-manik batu akik dengan gambar garis merah dan putih dipercaya dapat memberikan kekebalan bagi pemakainya. Konon, ia akan kebal terhadap peluru.

Saat ini, popularitas manik-manik tidak hanya terbatas di kalangan Suku Dayak saja. Kerajinan ini juga dijual ke masyarakat lain di luar Suku Dayak sebagai cendera mata. Wisatawan pun juga banyak yang berburu manik-manik untuk dikenakan sendiri atau dijadikan oleh-oleh.

 

Penulis: Resla

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya