Liputan6.com, Batam - Malam 10 Zulhijah 1445 /2024 di Dataran Lapangan Bola Muhamad Musa, Kampung Sembulang, Kecamatan Galang, Pulau Rempang, Batam yang sunyi tiba-tiba riuh. Malam itu adalah malam perhelatan seribuan warga dari semu penjuru Pulau Rempang. Mereka menggelar takbir sekaligus menggelorakan perlawanan dengan membentangkan spanduk "Tolak Relokasi".
Sambil bertakbir, warga bergerak kemudian membentuk formasi melingkari lilin yang membentuk kalimat “TOLAK RELOKASI”. Menjadi sangat estetik ketika masing-masing orang memegang obor menyala.
Advertisement
Dalam aksi ini warga Rempang-Galang mengucapkan sumpah yang membuat semakin bergema suara tegas mereka menolak keras relokasi.
“Sumpah Rakyat Rempang-Galang. Kami rakyat Rempang-Galang bersumpah: bertanah air satu, tanah air tanpa penggusuran; berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan; berbahasa satu, bahasa tolak penggusuran,” kata warga serempak.
Di akhir pernyataan sikap, warga juga menyalakan kembang api yang menambah semarak kegiatan di Lapangan Dataran Muhammad Musa.
Menurut perwakilan warga, mengaku tidak akan goyah dalam mempertahankan kampung leluhurnya dari relokasi walaupun dengan segala upaya, rekayasa, tipu daya dan iming-iming warga tetap solid.
“Kami semua di Rempang, bahwa kami pada intinya tidak mau direlokasi, apapun bentuk iming-iming pemerintah, kami tetap menolak,” kata Ishak (57) mewakili warga Rempang.
Antusiasme dan semangat warga Rempang, masih tetap tinggi. Dengan momen malam hari raya Idul Adha ia berdoa agar malaikat -malaikat menyaksikan dan turut berdoa agar relokasi batal dan warga lepas dari tekanan dan intimidasi.
Hal yang sama Siti Hawa (67) yang akrab disapa warga Ne Awe dengan semangat dan tekad masih membara walaupun tak lagi muda tetap menentang relokasi
“Malam ini kami tetap menolak relokasi, tidak mau digeser, harga mati,” kata Siti Hawa.
Tak mau ini jadi perayaan terakhir Lebaran Idul Adha di kampungnya, warga Rempang bertekad akan terus berjuang mempertahankan tanah leluhurnya yang telah ditempati bahkan sejak ratusan tahun lalu. Sejak Indonesia belum lahir, kampung mereka sudah ada dan dibangun oleh nenek moyang mereka.
Usai menyerukan pernyataan sikap penolakan relokasi, warga Pesisir Melayu C Rempang melanjutkan acara mereka dengan pawai takbir berkeliling kampung.