Cuaca Besok Rabu 19 Juni 2024: Pagi Hari Jabodetabek Langitnya Cerah Berawan

Seluruh wilayah Jakarta pada pagi hingga siang hari pada Rabu 19 Juni 2024 langitnya diprakirakan cerah berawan, kecuali Kepulauan Seribu cerah di siang. Begitulah prediksi cuaca besok.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 18 Jun 2024, 08:15 WIB
Melansir laman bmkg.go.id, cuaca Jakarta dan Kepulauan Seribu di pagi hari cerah berawan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Seluruh wilayah Jakarta pada pagi hingga siang hari pada Rabu 19 Juni 2024 langitnya diprakirakan cerah berawan, kecuali Kepulauan Seribu cerah di siang. Begitulah prediksi cuaca besok.

Berdasarkan laporan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), di malam hari, langit Jakarta keseluruhannya diprakirakan berawan, kecuali Kepulauan Seribu cerah berawan.

Wilayah penyangganya yaitu Bekasi dan Kota Bogor, Jawa Barat cuaca pagi hingga siang diprediksi cerah berawan, namun malam harinya berawan.

Sedikit berbeda di Depok, Jawa Barat diprakirakan langit pagi bakal cerah berawan, siang cerah, dan malam hari berawan.

Tak jauh berbeda di Kota Tangerang, Banten langit pagi hari diprediksi BMKG cerah berawan dan siang hingga malam berawan.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Jakarta Pusat   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Jakarta Selatan   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Jakarta Timur   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Jakarta Utara   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Kepulauan Seribu   Cerah Berawan  Cerah  Cerah Berawan
 Bekasi   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Depok   Cerah Berawan  Cerah  Berawan
 Kota Bogor   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Berawan
 Tangerang  Cerah Berawan  Berawan  Berawan

Prediksi Musim Kemarau 2024, BMKG Tekankan Pentingnya Modifikasi Cuaca

Adapun sektor yang paling terdampak dari fenomena El Nino adalah sektor pertanian, utamanya tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air. Rendahnya curah hujan tentunya akan mengakibatkan lahan pertanian kekeringan dan dikhawatirkan akan mengalami gagal panen. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya optimalisasi operasi modifikasi cuaca dalam menghadapi kerawanan kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Hal ini disampaikan dalam rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenkopolhukam), Selasa 4 Juni 2024, dikutip dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id.

Dalam rangka menghadapi ancaman kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan (karhutla), Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) menggelar Rapat Koordinasi yang dipimpin oleh Menko Polhukam, Hadi Tjahjanto.

Dalam paparan yang disampaikan oleh Dwikorita, diperkirakan kekeringan akan mendominasi wilayah Indonesia mulai Juni hingga September 2024.

BMKG menekankan pentingnya optimalisasi operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengatasi kekeringan dan risiko karhutla.

"Data menunjukkan beberapa lokasi mengalami hari tanpa hujan selama 31-60 hari, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, dan Sulawesi Selatan. Modifikasi cuaca diperlukan di zona-zona berwarna coklat (curah hujan rendah, kurang dari 20 mm), terutama di Sumatera, Jawa, dan NTT, mulai Juni hingga September" Kata Dwikorita pada Rakor tersebut.


Prediksi Awal Musim Kemarau

Anak-anak bermain dan berenang di Sungai Kalimalang, Jakarta Timur, Jumat (5/7/2019). Tingginya suhu udara Ibu Kota akibat musim kemarau menyebabkan anak-anak tersebut berenang di Sungai Kalimalang meski dengan kondisi seadanya. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Menurut Dwikorita, BMKG memprediksi awal musim kemarau 2024 sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau dalam tiga bulan ke depan.

Pada bulan Juni, musim kemarau diperkirakan akan melanda sebagian besar Pulau Sumatera, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.

Lalu di Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Maluku bagian Kepulauan Aru dan Tanimbar, serta Papua dan Papua Selatan.

"Oleh karena itu, perlu adanya penguatan kapasitas modifikasi cuaca nasional, termasuk infrastruktur, sumber daya manusia dan dukungan dari berbagai kementerian/lembaga," tambahnya.

Potensi kebakaran di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Nusa Tenggara cukup tinggi dengan beberapa titik panas yang terdeteksi. Koordinasi dan dukungan semua pihak sangat penting untuk mengatasi tantangan tersebut.

"Sebelum memasuki puncak musim kemarau, kita akan melakukan penyemaian awan dan menurunkan hujan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC)," terang Dwikorita.

Dilaporkan ada 6 provinsi prioritas yang sudah direncanakan untuk melakukan TMC, termasuk laporan dari seluruh provinsi yang sudah menjadi target pelaksanaan TMC" ujar Menkopolhukam Hadi Tjahjanto pada rakor tersebut.

Rapat ini dihadiri oleh sejumlah Pimpinan Kementerian/Lembaga diantaranya Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta perwakilan dari kementerian Perhubungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK), Badan Restorasi Gambut dan Manggrove, TNI dan Polri.

Infografis Waspada Cuaca Ekstrem di Indonesia Jelang Libur Natal dan Tahun Baru 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya