Gus Baha: Tidak Rasional jika Menganggap Uang Adalah Milik Kita

Gus Baha menegaskan bahwa sikap ikhlas tidak hanya sekadar memberikan uang kepada fakir miskin, tetapi juga tentang bagaimana seseorang memandang kepemilikan dan penggunaan harta benda pribadi.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jun 2024, 08:30 WIB
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Pemikiran Gus Baha tentang konsep ikhlas sebagai logika tertinggi manusia cukup menarik. Menurut pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang, ikhlas mendorong manusia untuk berpikir secara objektif dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan harta benda.

Menurut penjelasan yang disampaikan dalam salah satu ceramahnya yang tayang di kanal YouTube @AlGhifari27, Gus Baha menegaskan bahwa sikap ikhlas tidak hanya sekadar memberikan uang kepada fakir miskin, tetapi juga tentang bagaimana seseorang memandang kepemilikan dan penggunaan harta benda pribadi.

"Jika seseorang memiliki uang sejuta rupiah dan memberikannya kepada fakir miskin dengan ikhlas, ia tidak lagi merasa bahwa uang tersebut adalah miliknya secara eksklusif," kata Gus Baha memberikan contoh.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Bagaimana Sebaiknya dengan Harta atau Uang Kita?

Ilustrasi Uang (Sumber: Unsplash)

"Sebaliknya, ia menyadari bahwa kemampuan untuk menghasilkan uang tersebut juga adalah anugerah dari Allah," lanjutnya.

"Kamu merasa itu uangmu, itu namanya tidak tidak rasional. Tangan kaki, semuanya milik Allah SWT," terangnya.

Menyandarkan argumennya pada ayat Al-Qur'an Surat Ali 'Imran ayat 189, Gus Baha menekankan bahwa segala sesuatu, termasuk kekayaan dan kekuasaan, adalah milik Allah semata.

Ayat tersebut menggarisbawahi bahwa Allah-lah yang memiliki kekuasaan atas langit dan bumi, serta atas segala sesuatu yang ada di dalamnya.

Kesimpulannya, Gus Baha mengajak umat Islam untuk merenungkan betapa pentingnya menginternalisasi nilai-nilai ikhlas dalam setiap aspek kehidupan.

 


Begini Surat yang Dinukil Gus Baha

Ilustrasi Ikhlas, Sabar, Rendah Hati. Photo by Rade Nugroho on Unsplash

Dengan memahami bahwa segala yang dimiliki adalah amanah, seseorang dapat mengembangkan sikap yang lebih bermakna dalam berinteraksi dengan sesama dan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Dalam surat yang dibahas Gus Baha, mengutip tafsirweb.com, Ali 'Imran, Ayat 189

وَلِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌࣖ ۝١٨٩

wa lillâhi mulkus-samâwâti wal-ardl, wallâhu ‘alâ kulli syai'ing qadîr

artinya:Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Tafsir ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali ‘Imran Ayat 189, dan milik Allah-lah seluruh kerajaan langit dan bumi dengan segala isinya, dan Allah mahakuasa atas segala sesuatu terhadap ciptaan-Nya dengan memberinya kehidupan dan rezeki, mengatur, mematikan, membalas, dan menghitung setiap amal perbuatan manusia.

Setelah menjelaskan keburukan-keburukan orang yahudi dan menegaskan bahwa langit dan bumi milik Allah, pada ayat ini Allah menganjurkan untuk mengenal keagungan, kemuliaan, dan kebesarannya.

Sesungguhnya dalam penciptaan benda-benda angkasa, matahari, bulan, beserta planet-planet lainnya dan gugusan bintang-bintang yang terdapat di langit dan perputaran bumi pada porosnya yang terhampar luas untuk manusia, dan pergantian malam dan siang.

Pada semua fenomena alam tersebut terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal yakni orang yang memiliki akal murni yang tidak diselubungi oleh kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya