Jangan Gelisah, UAH Ungkap Cara Agar Tenang Hadapi Kematian

UAH sebukan ciri-ciri orang yang kekurangan bekal saat menghadapi kematian, cirinya mudah sekali dilihat.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jun 2024, 00:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat atau UAH (YouTube Adi Hidayat Official)

Liputan6.com, Jakarta - Mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati adalah salah satu konsep utama dalam Islam.

Kehidupan setelah mati dianggap sebagai tujuan akhir, dan dunia ini adalah tempat sementara untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang abadi.

Dalam sebuah ceramah yang disiarkan melalui kanal YouTube @rezaardiansyah7610, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menyampaikan pesan yang sangat mendalam mengenai pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati.

UAH mengungkapkan bahwa banyak di antara kita masih merasa gelisah, khawatir, dan kurang nyaman ketika memikirkan kematian.

Rasa gelisah ini sebenarnya adalah fitrah yang menunjukkan adanya kekurangan bekal untuk kehidupan akhirat. UAH menjelaskan bahwa ketika seseorang merasakan kegelisahan dan ketidaknyamanan tersebut, itu adalah pertanda bahwa jiwa kita sedang merasakan ada yang kurang dalam persiapan kita untuk bertemu dengan Allah.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Terjadi Fenomena Tahu Kurang Bekal Malah Tak Sadari

Ilustrasi meninggal, kematian, makam, kuburan. (Photo by davide ragusa on Unsplash)

"Kalau ada orang masih merasa kurang nyaman gelisah dan khawatir bila diwafatkan, di saat itu dia merenung, ini sudah fitrah menunjukkan ada kekurangan bekal," ujarnya.

Lebih lanjut, UAH menyoroti fenomena di mana banyak orang yang sudah menyadari kekurangan bekal mereka, namun tetap saja tidak melakukan perubahan yang signifikan dalam hidupnya.

"Yang paling mencengangkan dan paling irasional, sudah tahu bakalnya kurang, sudah tahu yang kemarin itu masih banyak kurangnya, kok sisa waktu yang diberikan masih main-main juga," kata UAH dengan nada heran.

Ia mengingatkan bahwa waktu yang kita miliki sangat terbatas dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.

"Kalau sampai Jumat ini, sampai detik ini belum master mengubah kita untuk dekat dengan Allah, Anda butuh berapa Jumat lagi?" tanya UAH retoris.

Pesan ini menegaskan betapa pentingnya setiap detik waktu yang kita miliki untuk introspeksi dan memperbaiki diri.


Pesan UAH soal Fokus Kehidupan

Ilustrasi kematian. (Image by freepik)

UAH juga menekankan bahwa fokus kita seharusnya bukan hanya pada urusan dunia, tetapi juga mempersiapkan bekal untuk akhirat.

"Masih senang hanya dengan urusan dunia antaranya yang sementara? Besok kita baku yang di hadapan Allah subhanahuwata'ala," ujarnya mengingatkan tentang hakikat kehidupan dunia yang sementara.

Menurut UAH, memahami pentingnya akhirat bukan berarti kita harus meninggalkan urusan dunia sepenuhnya. Namun, kita harus bisa menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat.

"Ingat akhirat bukan berarti meninggalkan dunia," tegas Ia. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus menjalani kehidupan dunia dengan penuh tanggung jawab sambil tetap fokus pada tujuan akhir kita yaitu kehidupan setelah mati.

Ia juga menegaskan bahwa waktu terus berjalan dan tidak akan pernah kembali. Oleh karena itu, setiap kesempatan harus digunakan untuk memperbaiki diri dan memperbanyak amal kebaikan.

"Jikalau sampai Jumat ini belum merubah kita untuk dekat dengan Allah, Anda butuh berapa Jumat lagi? Anda butuh berapa tahun baru lagi?" pertanyaan ini ditujukan untuk menggugah kesadaran kita agar tidak menunda-nunda perbaikan diri.

Ustadz Adi Hidayat mengajak kita semua untuk merenungkan pesan ini dan segera melakukan perubahan yang diperlukan dalam hidup.

"Besok kita akan dihadapkan kepada Allah subhanahuwata'ala," ujarnya mengingatkan bahwa pertemuan dengan Allah adalah sesuatu yang pasti dan harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin.

Ia juga menyampaikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperbaiki diri, namun waktu yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk menunda-nunda perbaikan diri.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya