Liputan6.com, Sukabumi - Senyum dan gelak tawa terpancar dari wajah para santri, meskipun mereka merayakan Hari Raya Idul Adha tak bersama keluarganya. Mereka menikmati momen itu dengan cara makan satai bersama.
Salah satunya di Ponpes Dzikir Al Fath, Kecamatan Gunungpuyuh Kota Sukabumi. Sekitar 1.000 lebih santri berjejer dari gerbang hingga area lapangan sambil memegang kardus yang digunakan untuk menyalakan bara api dari arang.
Advertisement
Potongan daging kurban domba dan sapi berbentuk dadu telah ditusuk menggunakan tusuk sate itu, dibakar dengan tungku arang yang terbuat dari batang pohon pisang dan genting sebagai tempat pemanggang sate sudah disiapkan sepanjang 100 meter.
Ketika aba-aba diberikan, para santri langsung mengibaskan kardus untuk membakar satai.
Diketahui, cara ini merupakan tradisi bakar sate terpanjang yang rutin dilaksanakan di Ponpes Dzikir Al Fath setiap Hari Raya Idul Adha sejak lima tahun terakhir. Tahun ini, setidaknya ada 5.000 tusuk sate hasil dari penyembelihan 11 ekor domba dan 3 ekor sapi.
"Ada 5.000 tusuk yang kita siapkan karena ini ada 1.000 santri kurang lebih santri memegang lima tusuk sate per orang," kata Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath, KH Fajar Laksana, Senin (17/6/2024).
Dia mengatakan, kegiatan ini rutin dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur setelah sebelumnya melaksanakan puasa Tarwiyah dan Arafah, kemudian salat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban.
"Maknanya yang pertama kita bersyukur kepada Allah setelah kita melaksanakan syariat ajaran Islam yaitu salat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban sebelumnya kita juga melakukan shaum sunnah dulu," ujarnya.
Menurutnya, kegiatan ini bermakna untuk mengingat kembali bagaimana peristiwa Nabi Ibrahim AS ketika diperintah oleh Allah untuk mengorbankan anaknya, lalu oleh Allah digantikan seekor biri-biri atau seekor domba.
“Maka ini akan menjadi suatu pelajaran yang langsung terasa oleh para santri bagaimana kemudian kurbannya Nabi Ibrahim AS digantikan dengan seekor biri-biri," tuturnya.
Selain itu dengan adanya kurban, dapat menjadi pelajaran untuk berbagi kepada sesama terutama bagi yang membutuhkan.
"Kurban Itu menjadi syariat ajaran Islam di mana setiap helai rambut hewan kurban akan dicatat oleh Allah sebagai satu kebaikan dan setiap tetesan darahnya bisa mengampuni orang yang berkurban,” imbuhnya.
Terlebih saat daging kurban itu dibagikan untuk yang membutuhkan utamanya para santri yatim-piatu dan duafa ini mendapatkan suatu kegembiraan dan meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.
Sementara itu salah satu santri bernama Sofi (17) mengatakan telah mengikuti kegiatan ini sejak tahun kemarin. Dia mengaku antusias dengan adanya kegiatan ini.
"Seru menurut Sofi mah ini hal yang menarik dan jadi sebagai pengalaman Sofi di sini hal yang beda. Di luar ga ada yang kayak gini. Ya soalnya seru sebelumnya kan ada festival domba. Sekarang lanjut ini (diolah satai)," ungkapnya.