Daging Babi Jadi Senjata China Balas Kenaikan Tarif Impor Kendaraan Listrik Uni Eropa

Pihak berwenang China sebelumnya telah mengisyaratkan kemungkinan tindakan pembalasan melalui komentar media pemerintah dan wawancara dengan tokoh-tokoh industri.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 18 Jun 2024, 11:03 WIB
Ilustrasi daging babi (Dok. Pixabay)

Liputan6.com, Beijing - China membuka penyelidikan anti-dumping terhadap impor daging babi dan produk sampingannya dari Uni Eropa. Langkah tersebut diyakini terutama ditujukan ke Spanyol, Belanda, dan Denmark, sebagai respons terhadap pembatasan ekspor kendaraan listriknya.

Investigasi yang diumumkan oleh Kementerian Perdagangan China pada Senin (17/6/2024) akan fokus pada daging babi yang ditujukan untuk konsumsi manusia, seperti potongan utuh segar, dingin, dan beku, serta usus, kandung kemih, dan perut babi.

Penyelidikan yang dimulai pada Senin dilaporkan dipicu oleh keluhan yang diajukan oleh Asosiasi Peternakan China pada tanggal 6 Juni atas nama industri daging babi dalam negeri. Demikian pernyataan Kementerian Perdagangan China seperti dilansir CNA, Selasa (18/6).

Menyusul pengumuman Komisi Eropa pada tanggal 12 Juni bahwa mereka akan mengenakan bea anti-subsidi hingga 38,1 persen pada mobil impor China mulai bulan Juli, perusahaan-perusahaan makanan global sangat waspada terhadap tarif balasan dari China.

Spanyol adalah pemasok utama daging babi ke China dan kelompok produsen daging babi Interporc mengatakan mereka akan sepenuhnya bekerja sama dalam penyelidikan yang dilakukan pihak berwenang China.

"Uni Eropa dan China punya banyak waktu untuk mencapai kesepakatan," kata Interporc.

Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa penyelidikan seharusnya selesai pada 17 Juni 2025, namun dapat diperpanjang enam bulan lagi jika diperlukan.


Buntung dan Untung

Ilustrasi daging babi. (Dok. Towfiqu barbhuiya/Unsplash)

Kelompok lobi Dewan Pertanian & Pangan Denmark pada hari Senin memperingatkan bahwa sektor daging babi di negara itu akan terkena dampak yang sangat parah oleh pembatasan penjualan ke China.

Pemasok daging babi dari Amerika Selatan, Amerika Serikat (AS), dan Rusia mungkin termasuk di antara mereka yang memperoleh pangsa pasar jika China membatasi impor dari Uni Eropa.

Surat kabar China Global Times pertama kali melaporkan pada akhir bulan lalu bahwa perusahaan-perusahaan China berencana meminta pihak berwenang untuk membuka penyelidikan anti-dumping terhadap beberapa produk daging babi Eropa. Hal tersebut diikuti oleh laporan kedua di media yang sama pada tanggal 8 Juni yang meminta para pejabat menyelidiki impor susu Eropa.

 


Perang Dagang Barat Vs China

Bendera AS dan China berkibar berdampingan. (Dok. AP/Andy Wong)

Juru bicara Komisi Eropa mengaku pihaknya tidak khawatir jika China membuka penyelidikannya. Namun, kata dia, Uni Eropa akan melakukan intervensi yang tepat untuk memastikan penyelidikan mematuhi semua peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang relevan.

Menurut data bea cukai, Uni Eropa menyumbang lebih dari separuh daging babi yang diimpor China senilai sekitar USD 6 miliar pada tahun 2023. Sekitar seperempat dari jumlah itu berasal dari Spanyol saja.

Peringkat kedua dan ketiga, Belanda dan Denmark tahun lalu mengekspor produk daging babi ke China masing-masing senilai USD 620 juta dan USD 550 juta.

Menteri Perdagangan China Wang Wentao awal bulan ini melakukan perjalanan ke Spanyol sebelum Komisi Eropa mengumumkan keputusannya mengenai apakah produsen kendaraan listrik China mendapat manfaat dari subsidi negara yang mendistorsi.

"Ini bukan pertama kalinya penyelidikan yang diumumkan di satu yurisdiksi ditanggapi dengan cara yang sama, jadi mengingat penyelidikan kendaraan listrik Uni Eropa, ini bukan kejutan," kata presiden Kamar Dagang Uni Eropa di China Jens Eskelund.

"Pasar bebas dan terbuka bergantung pada praktik perdagangan berbasis aturan."

Meningkatnya kekhawatiran atas kelebihan kapasitas industri China yang membanjiri Uni Eropa dengan produk-produk murah, termasuk kendaraan listrik, membuka front baru dalam perang dagang Barat versus China, yang dimulai dengan tarif impor AS pada tahun 2018.

Kebijakan perdagangan Uni Eropa menjadi semakin protektif terhadap dampak global dari model pembangunan China yang berfokus pada produksi dan berbasis utang.

Pemerintah biasanya mengenakan bea anti-dumping pada barang impor ketika mereka menduga barang tersebut dijual dengan harga lebih rendah dari biaya produksinya untuk melindungi perusahaan dalam negeri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya