China Selidiki Harga Impor Daging Babi dari Eropa, Ada Apa?

Hampir separuh ekspor daging babi Eropa ke China berasal dari Spanyol, dan Belanda, Denmark, dan Prancis.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Jun 2024, 16:31 WIB
China dilaporkan telah meluncurkan penyelidikan terhadap harga daging babi dari Uni Eropa. (AFP/STR)

Liputan6.com, Jakarta - China dilaporkan telah meluncurkan penyelidikan terhadap harga daging babi dari Uni Eropa.

Penyelidikan itu dilakukan hanya beberapa hari setelah Brussels menaikkan tarif impor kendaraan listrik dari China.

Melansir CNN Business, Selasa (18/6/2024) Kementerian Perdagangan China mengatakan produsen pertanian lokal telah meminta penyelidikan anti-dumping terhadap daging babi dan produk sampingan dari Uni Eropa. 

Pemeriksaan awal menemukan dasar yang cukup untuk penyelidikan formal mengenai apakah harga mereka terlalu rendah secara artifisial, menurut kementerian itu.

Kementerian itu menambahkan penyelidikan ditargetkan selesai dalam waktu satu tahun, tetapi dapat diperpanjang enam bulan jika diperlukan.

Menurut data bea cukai Uni Eropa, blok tersebut mengekspor daging babi bernilai lebih dari 2,5 miliar euro,  termasuk jeroan ke China pada 2023 lalu.

Hampir separuh ekspor daging tersebut berasal dari Spanyol, dan Belanda, Denmark, dan Prancis, juga sejumlah besar produk tersebut.

Beijing telah meluncurkan penyelidikan anti-dumping terhadap barang-barang yang di-impor dari Eropa dan dapat mengenakan tarif yang akan merugikan produsen cognac Perancis. 

China juga dapat menargetkan anggur dan barang-barang mewah Eropa, menurut analis di Rhodium Group, sebuah wadah pemikir.

Menanggapi penyelidikan oleh China, juru bicara Komisi Eropa Olof Gill mengatakan bahwa pihaknya akan mengikuti penyelidikan terhadap produk daging babi dengan sangat cermat dan "mengintervensi sebagaimana mestinya" untuk memastikan penyelidikan tersebut mematuhi aturan yang ditetapkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

 


Eropa Tambah Tarif Impor EV China

Seorang jurnalis mengambil foto di dalam sebuah bus wisata di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China (22/10/2020). Shenzhen pada Kamis (22/10) meluncurkan tiga jalur bus wisata bagi wisatawan, yang masing-masing menampilkan budaya, teknologi, dan pemandangan malam kota tersebut. (Xinhua/Mao Siqian)

Komisi Eropa mengumumkan tarif tambahan antara 17,4% dan 38,1% akan diterapkan pada kendaraan listrik yang diproduksi di China di luar bea masuk Eropa yang sudah ada sebesar 10%. Hal ini membuat tingkat keseluruhan tertinggi mendekati 50%.

Beijing mengecam keputusan tersebut, yang dapat merugikan ambisinya untuk meningkatkan ekspor kendaraan listrik dan kemungkinan akan mempercepat upaya produsen mobil China untuk mendirikan pabrik di Eropa.

Brussels juga sedang menyelidiki dukungan China terhadap perusahaan turbin angin dan pemasok panel surya di tengah kekhawatiran bahwa kelebihan kapasitas industri di negara tersebut akan membanjiri pasar negara lain dengan ekspor yang murah.


Susul AS, Uni Eropa Naikkan Tarif Impor Mobil Listrik China

Para peserta melihat U8 dari Yangwang, merek mewah pembuat mobil China BYD, pada pameran Auto Shanghai 2023. (AP Photo/Ng Han Guan)

Sebelumnya, Uni Eropa mengatakan akan mengenakan tarif impor yang lebih tinggi terhadap kendaraan listrik (EV) dari China.

Blok tersebut menilai, EV China mendapat manfaat besar dari subsidi yang tidak adil dan menimbulkan kerugian ekonomi bagi produsen kendaraan listrik di Eropa.

Bea masuk tersebut saat ini bersifat sementara, tetapi akan diberlakukan mulai 4 Juli mendatang jika pembicaraan dengan otoritas China tidak membuahkan hasil untuk mencapai resolusi, kata komisi Uni Eropa dalam sebuah pernyataan.

"Masuknya impor China yang disubsidi dengan harga yang sangat rendah menghadirkan ancaman kerugian yang jelas dapat diperkirakan dan akan segera terjadi pada industri UE," kata komisi tersebut, dikutip dari CNBC International, Kamis (13/6/2024).

Uni Eropa mengenakan tarif sebesar 38,1% pada produsen kendaraan baterai-listrik yang tidak bekerja sama dalam penyelidikannya, dan tarif yang lebih rendah sebesar 21% pada produsen mobil di negara Asia yang mematuhi namun belum diambil sampelnya.

Tarif baru ini merupakan hasil penyelidikan Uni Eropa yang dimulai pada Oktober 2024.

Komisaris perdagangan UE, Valdis Dombrovskis mengatakan bahwa penyelidikan didasarkan pada fakta dan bukti. Dia juga menyebut, keterlibatan dengan otoritas dan pemangku kepentingan China mengenai solusi potensial sedang berlangsung.

Komisi Uni Eropa juga mengungkapkan serangkaian tarif individual, yang menurut Dombrovskis terkait dengan kerja sama mereka dalam penyelidikan dan jumlah informasi yang mereka berikan. 

Sederet tarif impor pada EV China di Eropa

Produsen BEV utama China, BYD, dikenakan tarif sebesar 17,4%, dan Geely dikenakan bea masuk sebesar 20%. Eropa juga telah mengenakan tarif sebesar 38,1% pada perusahaan otomotif SAIC.

Ketiga produsen tersebut dijadikan sampel dalam penyelidikan Uni Eropa yang sedang berlangsung.


Respons dari China

Peserta melihat sedan listrik Han EV dari produsen mobil China BYD selama pameran Auto Shanghai 2023 di Shanghai, China, Rabu (19/4/2023). (AP Photo/Ng Han Guan)

Sementara itu, juru bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan keputusan Uni Eropa tidak memiliki dasar faktual dan hukum serta merupakan tindakan proteksionis.

"Temuan yang diungkapkan dalam keputusan UE tidak memiliki dasar faktual dan hukum," kata kementerian tersebut.

"UE telah mengabaikan bahwa keunggulan China dalam sektor kendaraan listrik didasarkan pada persaingan terbuka dan mengabaikan aturan yang ditetapkan oleh Organisasi Perdagangan Dunia," tambahnya.

“Ini adalah tindakan proteksionis yang terang-terangan, menciptakan dan meningkatkan gesekan perdagangan, dan menghancurkan persaingan yang sehat atas nama mempertahankan persaingan yang sehat," ucapnya.

"Langkah UE ini tidak hanya merugikan hak dan kepentingan sah industri kendaraan listrik Tiongkok, namun juga akan mengganggu dan mendistorsi rantai pasokan industri otomotif global, termasuk UE," lanjutnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya