10 Kota Termahal di Dunia untuk Ekspatriat, Hong Kong Teratas

Berikut adalah daftar 10 kota termahal di dunia untuk ekspatriat tahun 2024 menurut laporan Mercer.

oleh Divina Aulia Rachmani diperbarui 18 Jun 2024, 18:48 WIB
Pusat keuangan terbesar di Asia kembali meraih posisi teratas sebagai kota-kota termahal bagi pekerja internasional, menurut laporan Mercer.

Liputan6.com, Jakarta Pusat keuangan terbesar di Asia kembali meraih posisi teratas sebagai kota-kota termahal bagi pekerja internasional, menurut laporan Mercer.

Hong Kong dinobatkan sebagai kota paling mahal untuk ekspatriat, diikuti oleh Singapura dan Zurich, berdasarkan Peringkat Biaya Hidup Kota 2024.

Empat dari sepuluh tempat teratas diisi oleh kota-kota di Swiss Zurich, Jenewa, Basel, dan Bern.

Sementara itu, New York City menempati posisi ketujuh. Lima besar tetap tidak berubah dari tahun sebelumnya, namun London mengalami lonjakan drastis, naik 9 posisi dari peringkat ke-17 ke posisi ke-8. Melansir CNBC ditulis Selasa (18/6/2024).

Berikut adalah 10 kota termahal untuk ekspatriat:.

  1. Hong Kong
  2. Singapura
  3. Zurich, Swiss
  4. Jenewa, Swiss
  5. Basel, Swiss
  6. Bern, Swiss
  7. New York City, Amerika Serikat
  8. London,Inggris
  9. Nassau, Bahama
  10. Los Angeles, Amerika Serikat

Faktor-Faktor Penentu Biaya Hidup

Survei ini membandingkan biaya lebih dari 200 item di masing-masing dari 226 kota yang dipelajari, termasuk harga perumahan, transportasi, makanan, pakaian, barang-barang rumah tangga, dan hiburan.

New York City digunakan sebagai tolok ukur, dan fluktuasi mata uang diukur terhadap dolar AS.

Sebaliknya, kota-kota di Nigeria, Pakistan, dan Kirgizstan menjadi kota termurah untuk ekspatriat, dengan Lagos dan Abuja di Nigeria masing-masing turun 178 dan 86 posisi ke peringkat 225 dan 226.

Dampak bagi Ekspatriat

Biaya hidup yang tinggi di kota-kota ini menuntut ekspatriat untuk lebih bijaksana dalam mengelola keuangan mereka.

Banyak yang harus beradaptasi dengan memotong pengeluaran dan mencari alternatif yang lebih terjangkau.

Kenaikan harga perumahan yang drastis membuat ekspatriat harus menyesuaikan anggaran mereka, sering kali mengorbankan pengeluaran untuk hiburan dan kebutuhan sekunder lainnya.


Pasar Perumahan yang Melonjak Tinggi

Sebelum melakukan investasi, Sahabat Fimela perlu memperhatikan kondisi keuangan dan melakukan perencanaan. (Foto: Freepik/freepik)

Laporan Mercer menyebutkan bahwa inflasi tinggi serta meningkatnya ketegangan ekonomi dan geopolitik telah mendorong naiknya harga perumahan, utilitas, pajak lokal, dan pendidikan.

"Biaya hidup yang tinggi dapat membuat pekerja harus menyesuaikan gaya hidup mereka, mengurangi pengeluaran tidak penting, atau bahkan berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar," kata Yvonne Traber, pemimpin mobilitas global Mercer, dalam siaran persnya.

Selain Nassau, Bahama, semua kota di sepuluh besar melaporkan kenaikan biaya perumahan dari tahun 2023, dengan lonjakan harga sebesar 8% di Hong Kong dan Singapura, 7% di New York City, dan 6% di Zurich.

"Laporan ini menunjukkan adanya volatilitas besar dalam biaya perumahan di seluruh dunia antara tahun 2023 dan 2024, dengan harga sewa perumahan bervariasi secara signifikan antara kota-kota," ungkap laporan tersebut.

Harga juga naik karena pasokan perumahan tidak dapat memenuhi permintaan.

"Biaya tersebut bisa sangat menantang di daerah dengan pertumbuhan populasi tinggi atau dengan lahan yang terbatas untuk pengembangan. Faktor lain seperti biaya konstruksi dan harga tanah juga dapat mempengaruhi keterjangkauan perumahan," tambah laporan tersebut, yang menyatakan bahwa ini akan meninggalkan karyawan dengan pendapatan yang lebih sedikit untuk pengeluaran lainnya.

Dengan demikian, meskipun menawarkan peluang karier yang menarik, tinggal di kota-kota termahal dunia memerlukan perencanaan keuangan yang matang dan adaptasi terhadap dinamika biaya hidup yang terus berubah.  

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya