Studi: AI Bisa Bantu Industri Pengiriman Kurangi Emisi

Perkapalan saat ini menyumbang hampir 3 persen terhadap emisi karbon dioksida dunia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Jun 2024, 20:47 WIB
Industri pengiriman global diperkirakan memiliki potensi untuk mengurangi emisi karbon hingga 47 juta ton per tahun, dengan menerapkan teknologi kecerdasan buatan. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Industri pengiriman global diperkirakan memiliki potensi untuk mengurangi emisi karbon hingga 47 juta ton per tahun, dengan menerapkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk navigasi laut.

Hal itu diungkapkan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh sebuah startup pelayaran otonom, Orca AI. 

Mengutip Channel News Asia, Selasa (18/6/2024) Orca AI mengungkapkan penggunaan kecerdasan buatandapat mengurangi kebutuhan manuver dan penyimpangan rute dari pertemuan jarak dekat, dengan target laut yang berisiko tinggi antara lain kapal, pelampung, dan mamalia laut dengan memperingatkan awak kapal secara real-time.

Perkapalan, yang menggerakkan sekitar 90 persen perdagangan global, menyumbang hampir 3 persen terhadap emisi karbon dioksida dunia.

Jumlah ini diperkirakan meningkat beberapa tahun mendatang jika langkah-langkah pengendalian polusi yang lebih ketat tidak diterapkan.

Organisasi Maritim Internasional memiliki target untuk mengurangi emisi sebesar 20 persen pada 2030, tetapi target tersebut terancam oleh dampak dari krisis di Laut Merah yang sedang berlangsung.

"Dalam jangka pendek, hal ini dapat menyebabkan lebih sedikit awak kapal di anjungan, sementara mereka yang berada di anjungan akan mengalami pengurangan beban kerja dan lebih banyak perhatian untuk menangani tugas-tugas navigasi yang kompleks, mengoptimalkan perjalanan, serta mengurangi bahan bakar dan emisi,” kata CEO Orca AI, Yarden Gross.

"Dalam jangka panjang, hal ini akan membuka pintu bagi pelayaran yang sepenuhnya otonom," ujar Gross. 

 


AI Dapat Kurangi Jarak Tempuh Kapal

Ilustrasi Kapal Kontainer Maersk (Photo by Bernd Dittrich/Unsplash)

Emisi pengiriman karbon dioksida global diperkirakan mencapai 858 juta ton pada 2022, sedikit peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan.

Rata-rata 2.976 insiden kelautan dilaporkan setiap tahunnya, menurut penelitian Orca AI.

Pengurangan penyimpangan rute dapat membantu kapal menghemat 38,2 juta mil laut per tahun dari perjalanan mereka, menghemat biaya bahan bakar rata-rata hingga USD 100,000 per kapal.

Ia menuturkan, AI juga dapat mengurangi pertemuan jarak dekat sebesar 33 persen di perairan terbuka.


Accenture: Kecerdasan Buatan Bisa Jadi Lebih Manusiawi dan Intuitif

"Human by design" (Accenture)

Sebelumnya, laporan terbaru Accenture (ACN) mengungkapkan dunia sedang memasuki era pergeseran teknologi besar-besaran. Kecerdasan buatan atau Artifical intelligence (AI) dan teknologi disruptif lainnya semakin menjadi “Human by Design” atau lebih mirip manusia dan lebih intuitif digunakan.

Transformasi ini tidak hanya akan meningkatkan produktivitas dan kreativitas, tetapi juga mendefinisikan ulang peran pemimpin dan mengubah cara industri beroperasi.

Laporan berjudul "Human by Design: How AI Unleashes the Next Level of Human Potential" ini menyoroti bagaimana AI generatif yang berkembang pesat mampu meniru sifat manusia. 

Kemampuan ini akan meningkatkan potensi SDM, mengubah cara bisnis dijalankan, dan menciptakan nilai ekonomi global yang signifikan.

Menurut Accenture, AI generatif berpotensi memengaruhi 44% dari seluruh jam kerja di berbagai industri di Amerika Serikat, meningkatkan produktivitas di lebih dari 900 jenis pekerjaan, dan menciptakan nilai ekonomi global setidaknya USD 8 triliun.

Jayant Bhargava, Country Managing Director Accenture Indonesia, menyatakan bahwa teknologi human-centric seperti AI generatif dapat meningkatkan potensi SDM dan memberikan manfaat besar bagi bisnis dan masyarakat.

Namun, hal ini memerlukan pendekatan "human by design" yang memastikan penggunaan teknologi ini secara adil dan bertanggung jawab.

"Kami terdorong oleh kemajuan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia, yang menunjukkan komitmen kuat dalam memanfaatkan teknologi untuk pertumbuhan transformatif," kata Jayant dikutip Jumat (31/5/2024).


Tanggung Jawab

Logo Accenture. (Foto: Istimewa)

Jayant juga menyoroti tantangan dalam meningkatkan penggunaan AI secara bertanggung jawab, terutama bagi perusahaan yang belum memiliki landasan digital yang kuat. Mereka harus mempertimbangkan infrastruktur teknis, model operasi, dan tata kelola untuk memenuhi permintaan komputasi yang tinggi sambil mengelola biaya dan penggunaan energi.

Tren ini menunjukkan bahwa AI telah mencapai era baru, di mana pengelolaan data memungkinkan AI berpikir dan bertindak seperti manusia, serta memiliki kreativitas.

AI kini mampu memberikan respons yang dipersonalisasi dalam bentuk saran, rangkuman, esai, gambar, atau karya seni, bukan hanya sekadar menelusuri hasil pencarian.

Perusahaan perlu melihat kembali peran informasi dalam organisasi dan membekali karyawan dengan perangkat AI untuk meningkatkan kinerja dan daya saing.

 


Jadi Ekosistem untuk AI

Tren ini menyoroti munculnya asisten AI yang membantu individu dan menjadi bagian dari ekosistem yang saling terhubung. Asisten ini tidak hanya memberikan saran, tetapi juga mewakili kita dalam membuat keputusan di dunia fisik dan digital.

Kehadiran asisten AI dapat melipatgandakan output kolektif pekerja dan menghasilkan keuntungan besar bagi perusahaan.

Menurut survei, 96% eksekutif setuju bahwa memanfaatkan ekosistem asisten AI adalah peluang signifikan bagi organisasi dalam tiga tahun ke depan.

Perkembangan teknologi memungkinkan terciptanya era baru yang menciptakan pengalaman interaktif dan imersif dalam lingkungan yang sepenuhnya disimulasikan oleh komputer.

Hal ini dicapai melalui komputasi spasial, metaverse, digital twins, dan teknologi AR/VR. Dunia digital dan fisik yang terintegrasi akan mendorong inovasi dan meningkatkan cara kita bekerja, hidup, dan belajar.

Di sektor ritel, 33% konsumen sudah tertarik atau mulai tertarik menggunakan teknologi komputasi spasial untuk berbelanja.

Tren ini membahas penggunaan teknologi inovatif yang dapat digunakan atau ditanamkan ke dalam tubuh kita, seperti wearables dengan kemampuan AI, neuroteknologi penginderaan otak, serta pelacakan pandangan dan gerakan.

 

 


Mengubah Interaksi

Teknologi ini akan membuka pemahaman yang lebih baik tentang diri kita dan menggunakan wawasan tersebut untuk meningkatkan cara kita bekerja dan berinteraksi.

Sebanyak 94% eksekutif setuju teknologi antarmuka manusia akan mengubah interaksi antara manusia dan mesin serta memahami perilaku dan motivasi dengan lebih baik.

“AI juga akan membentuk kembali dinamika kerja, meskipun otomatisasi total tidak mungkin terjadi. Pekerjaan akan berkembang seiring penggunaan AI, mendorong pentingnya pelatihan untuk kolaborasi manusia dan AI. Organisasi yang menerapkan AI generatif yang berpusat pada manusia dan bertanggung jawab akan menciptakan nilai ekonomi signifikan,” ujar Jayant. 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya