Seperti di Film, Ini 5 Fakta Menarik Lubang Cacing

Sampai saat ini, para ilmuwan belum menemukan bukti nyata keberadaan lubang cacing.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 20 Jun 2024, 01:00 WIB
Ilustrasi Alam Semesta yang dikatakan kini dapat dibuat peta barunya berkat FRB (Fast Radio Burst) atau semburan radio cepat. (Pixabay/51581)

Liputan6.com, Jakarta - Lubang cacing atau wormhole merupakan salah satu teori sains paling populer hingga saat ini. Objek misterius ini disebut-sebut sebagai sebuah terowongan yang dapat menghubungkan dua tempat yang berjauhan.

Melansir laman Britannica pada Rabu (19/06/2024), lubang cacing digambarkan seperti terowongan antara dua titik jauh di alam semesta. Objek ini dapat memotong waktu perjalanan dari satu titik ke titik lainnya.

Secara teoretis, alih-alih bepergian selama jutaan tahun dari satu galaksi ke galaksi lain, kita dapat menggunakan lubang cacing untuk mempersingkat waktu perjalanan menjadi hitungan jam atau bahkan menit. Sampai saat ini, para ilmuwan belum menemukan bukti nyata keberadaan lubang cacing.

Berikut fakta menarik tentang lubang cacing atau wormhole.

1. Penemu Teori Lubang Cacing

Ada beberapa sumber yang mencatat sejarah penemuan teori lubang cacing. Melansir laman Space pada Rabu (19/06/2024), teori lubang cacing ditemukan oleh Albert Einstein Nathan Rosen pada 1935.

Mereka mengemukakan bahwa ada sebuah objek di angkasa yang dapat menghubungkan dua titik dalam dimensi ruang dan waktu. Mereka menunjukkannya berdasarkan Teori Relativitas Umum.

Menurut teori keduanya, lubang ini akan menelan materi yang masuk dan "memuntahkannya" di tempat lain yang jauh. Objek ini kemudian mereka beri nama jembatan Einstein-Rosen.

2. Berganti Nama

Pada 1957, seorang ilmuwan bernama Wheeler mencetuskan sebuah nama baru, yaitu lubang cacing. Nama ini diambil dari analogi sebuah apel sebagai alam semesta kita dan lubang yang dibuat oleh cacing di apel dianalogikan sebagai "terowongan penghubung".

Sebab ketika cacing membuat lubang di satu sisi apel, ia bisa keluar lagi di sisi seberangnya. Sejak saat itu, nama lubang cacing pun digunakan sampai saat ini.

 


Berbeda dengan Lubang Hitam

3. Berbeda dengan Lubang Hitam

Teori lubang cacing berbeda dengan lubang hitam, meskipun keduanya memiliki kemiripan. Benda yang jatuh ke dalam lubang hitam diduga akan terperangkap dan terkoyak-koyak dalam gravitasi yang super kuat.

Sementara itu, lubang cacing justru akan menelan benda yang jatuh ke dalamnya dan "memuntahkannya" di sisi lain tanpa merusak apa pun.

4. Objek yang Tidak Stabil

Dalam penelitian teori lubang cacing di abad modern, para ilmuwan meyakini bahwa lubang cacing memang ada, tetapi kita tidak akan bisa melewatinya. Hal ini karena benda tersebut diperkirakan berukuran kecil dan sangat tidak stabil.

Para ilmuwan yang skeptis tentang lubang cacing percaya bahwa dalam waktu singkat bagian tengah lubang cacing akan runtuh karena gravitasinya sendiri. Kecuali, ada gaya yang mendorong keluar dari dalam lubang cacing untuk melawan gaya itu.

Contohnya, jika ada sebuah pesawat luar angkasa atau astronaut yang mencoba untuk memasukinya, energi positif mereka akan merusak gravitasi lubang cacing. Kemudian, benda tersebut akan segera menutup dan runtuh.

Jika terjadi, maka pesawat yang mencoba melewatinya akan terjepit dalam singularitas.

5. Diperlukan Banyak Energi Negatif

Melalui teori kuantum, para peneliti menemukan cara agar lubang cacing tetap stabil, yaitu dengan menggunakan energi antigravitasi atau energi negatif. Jika energi negatif dibawa ke dalam lubang cacing, maka ia akan menahan runtuhan dan menjaga lubang cacing agar tetap terbuka.

Energi negatif yang digunakan harus dalam jumlah yang sangat besar. Menurut perkiraan para ilmuwan, diperlukan energi sebesar energi matahari selama lebih dari 100 juta tahun untuk membuat lubang cacing seukuran jeruk bali.

Sejauh yang diketahui para ilmuwan, energi negatif hanya dapat diciptakan dalam jumlah yang terlalu kecil untuk menangkal gravitasi lubang cacing.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya