Punya Karomah Dahsyat, Ini Rahasia Wirid Syaikh Abu Hasan As-Syadzili

Ini Rahasia wirid Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili hingga ia memiliki banyak sekali karomah.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Jun 2024, 09:30 WIB
Abu Hasan As-Syadzili (SS: YT Short @adilashanum)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili kerap disandingkan, bahkan disejajarkan dengan nama wali agung asal negara Jailan, yakni Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. Keduanya memang memiliki gelar yang sama yakni Sulthanul Awliya atau Rajanya para wali.

Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili dikenal sebagai seorang wali yang memiliki banyak sekali karomah. Beliau lahir pada tahun 1197 M di Maroko, sebuah daerah yang berada paling ujung dari Maghribil ‘Arabi. Beliau wafat di Mesir pada tahun 1258 M.

Syaikh Abu Hasan As-Syadzili merupakan pendiri tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat terkemuka yang memiliki jumlah pengikut yang banyak yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Berdasarkan riwayat, Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili dikenal sebagai seorang wali yang memiliki banyak sekali karomah. Namun yang jarang diketahui ialah perihal wirid yang diamalkannya. Berikut ini ulasannya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Ini Wirid dan Amalannya

Ilustrasi seorang pria sedang memegang tasbih. (Foto: Shutterstock)

Menukil laman jatman.or.id, Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili merupakan pendiri tarekat Syadziliyah yang memiliki beberapa karomah dan dzikir yang ia berikan kepada murid-murid dan jamaahnya.

Sebagaimana yang dipaparkan dalam kitab “al-Anwar al-Qudsiyyah” secara ringkas sebagai berikut:

“Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili telah memberikan tugas kepada para jamaahnya (muridnya), yakni mereka akan siap untuk menerima pancaran-pancaran ilahi dan anugerah-anugerah Tuhan yang berupa hizb-hizb dan wirid-wirid yang mereka baca ketika menempuh tarekat yang lurus. Di antara jenis wirid ini adalah hizb al-Bahr yang masyhur dan tersebar. Banyak dari kalangan ulama besar mencoba menjelaskan hizb tersebut dan keutamaan-keutamaannya. Dan juga hizb al-Kabir, yang mana Syekh pernah berkata, “Barang siapa yang membaca hizb-hizb kami, dia akan memiliki apa yang kami miliki, dan melakukan apa yang kami lakukakan.”

berkaitan dengan ini, Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili berkata, “Tidaklah aku menulis satu huruf pun dalam hizb-hizb tersebut, melainkan dengan izin Allah dan Rasul-Nya”.

Ibn Atha’illah As-Sakandari murid Syekh Abul Abbas al-Mursi yang juga merupakan khalifah Tarekat Syadziliyyah setelah Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili ini, menyebutkan dalam kitabnya “Lathaiful al-Minan” bahwa hizb-hizb gubahan Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili yaitu; Hizb Thams, Hizb Hamdi, Hizb Luthf, Hizb Ikhfa, Hizb Nashr, Hizb Barr, Hizb Kifayah, Hizb Syakwa, Hizb Falah, Hizb Dairah, Hizb Mukhfi, Hizb Tawassul, dan Hizb Hafidzah.

Selain itu, sebagian ada doa-doa dan wirid-wirid yang ditulisnya dan juga ibadah-ibadah murni yang Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili sampaikan kepada murid dan jamaahnya. Dan di setiap ibadah tersebut, ada keistimewaan-keistimewaan yang para murid meminta manfaat kepada Allah dengannya.


Sekilas tentang Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili

Ilustrasi barisan unta yang sedang berjalan di gurun pasir. (dok. Unsplash/ Sergey Pesterev)

Menukil laman perjalanruhani.com, nama lengkap Syaikh Abu Hasan As-Syazili ialah Ali bin Abdillah bin Abdul-Jabbar, yang kalau diteruskan nasabnya akan sampai pada Sayyidina Hasan bin Ali bin Abu Thalib ra, puteranya Sayyidatina Fatimah al-Zahra ra, puteri Nabi Muhammad Saw. Syaikh Abu Hasan dilahirkan di Maroko tahun 593 H di desa yang bernama Ghimaroh di dekat kota Sabtah (dekat kota Thonjah sekarang).

Di kota kelahirannya itu Syaikh Abu Hasan pertama kali menghafal Al Qur’an dan menerima pelajaran ilmu agama, termasuk mempelajari fikih madzhab Imam Malik. Beliau berhasil memperoleh ilmu yang bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah demikian juga ilmu yang bersumber dari akal yang jernih.

Berkat ilmu yang dimilikinya, banyak para ulama yang berguru kepadanya. Sebagian mereka ada yang ingin menguji kepandaian Syaikh Abu Hasan. Setelah diadakan dialog ilmiah akhirnya mereka mengakui bahwa beliau mempunyai ilmu yang luas, sehingga untuk menguras ilmunya seakan-akan merupakan hal yang cukup susah. Memang sebelum ia menjalani ilmu thariqah, ia telah membekali dirinya dengan ilmu syari’at yang memadai.

Beliau pernah berguru pada Syaikh Ibnu Basyisy dan kemudian mendirikan tarekat yang dikenal dengan Tarekat Syaziliyyah di Mesir. Di Iraq, beliau bertemu dengan Syaikh Shalih Abi al-Fath al-Wasithi, yaitu syaikh yang paling berkesan dalam hatinya dibandingkan dengan syaikh di Iraq lainnya. 

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya