Liputan6.com, Jakarta Empat anggota keluarga terkaya di Inggris, yakni Keluarga Hinduja menghadapi sidang pengadilan di Swiss terkait tuduhan mengeluarkan lebih banyak uang untuk merawat anjing peliharaan daripada Asisten Rumah Tangga (ART) yang mereka pekerjakan.
Melansir BBC, Kamis (20/6/2024) Keluarga Hinduja dengan kekayaan bersih 37 miliar Poundsterling atau sekitar Rp 768,9 triliun, dituduh melakukan tindak pidana eksploitasi dan perdagangan manusia.
Advertisement
Dakwaan terhadap keluarga tersebut bermula tentang praktik impor ART dari India untuk menjaga anak-anak dan rumah mereka, berlokasi di kawasan Cologny di Jenewa.
Meskipun penyelesaian finansial atas eksploitasi telah dicapai pekan lalu, Keluarga Hinduja kini masih diadili atas tuduhan perdagangan manusia, yang merupakan pelanggaran pidana serius di Swiss.
Prakash dan Kamal Hinduja, bersama putra mereka Ajay dan istrinya Namrata, dituduh menyita paspor staf ART, membayar upah hanya 7 Poundsteling untuk 18 jam sehari, dan memberi sedikit kebebasan untuk meninggalkan rumah.
Sementara itu, salah satu jaksa paling terkenal di Jenewa, Yves Bertossa, menyoroti pengeluaran bernilai USD 10.000 atau Rp.163,5 juta per tahun untuk anjing peliharaan.
Bertossa menyerukan hukuman penjara, dan kompensasi jutaan dolar serta biaya hukum.
Pembelaan pihak Keluarga Hinduja
Sejauh ini, keluarga itu membantah tuduhan tersebut.
Pengacara keluarga Hinduja tidak secara spesifik membantah tuduhan pembayaran upah ART rendah, namun mengatakan bahwa tuduhan tersebut harus dilihat dalam konteksnya, mengingat bahwa para staf Keluarga Hinduja juga menerima akomodasi dan makanan.
Tuduhan jam kerja yang panjang juga diperdebatkan, dengan salah satu pengacara berargumentasi bahwa menonton film bersama anak-anak Hinduja tidak dapat digolongkan sebagai pekerjaan.
Selain pengacara, beberapa mantan ART Keluarga Hinduja juga memberikan kesaksian, mengatakan bahwa keluarga tersebut cukup ramah dan memperlakukan ART mereka dengan bermartabat.
Namun tuduhan adanya penyitaan paspor para ART, dan tidak boleh keluar rumah tanpa izin merupakan tuduhan yang serius, karena dapat dianggap sebagai perdagangan manusia.
Beragam Kasus Terkait ART di Jenewa
Ini bukan pertama kalinya Jenewa, yang merupakan pusat organisasi internasional dan juga negara-negara kaya di dunia, menjadi sorotan atas dugaan penganiayaan terhadap para ART.
Pada tahun 2008, Hannibal Gaddafi, putra mantan Presiden Libya Muammar Gaddafi, ditangkap di sebuah hotel bintang lima di Jenewa berdasarkan informasi bahwa ia dan istrinya telah memukuli ARTmereka, termasuk dengan gantungan baju. Kasus ini kemudian dibatalkan.
Namun hal ini menyebabkan pertikaian diplomatik besar antara Swiss dan Libya, dengan dua warga negara Swiss ditangkap di Tripoli sebagai tindakan pembalasan.
Tahun lalu, empat ART asal Filipina mengajukan kasus terhadap salah satu misi diplomatik Jenewa untuk PBB, dengan menyatakan bahwa mereka belum dibayar selama bertahun-tahun.
Advertisement