Liputan6.com, Jakarta Perubahan iklim dan masalah lingkungan dapat disebabkan oleh berbagai hal termasuk kebiasaan makan yang keliru.
Seni makan yang baik atau ilmu tentang makanan disebut pula gastronomi. Tidak hanya lezat dan sehat, gastronomi juga kini perlu memperhitungkan nilai berkelanjutan.
Advertisement
Seperti disampaikan Sekretaris Jenderal Indonesian Gastronomy Community (IGC) Dr. Ray Wagiu Basrowi. Menurutnya, gastronomi berkelanjutan adalah pendekatan dalam seni gastronomi yang mengutamakan keseimbangan antara kebutuhan gastronomi dan kelestarian lingkungan, kesejahteraan sosial, serta keberlanjutan ekonomi.
“Hal ini mencakup penggunaan bahan-bahan makanan yang diproduksi secara ramah lingkungan, mendukung petani dan produsen lokal, serta meminimalkan limbah makanan dan penggunaan sumber daya alam secara bijaksana,” kata Ray dalam peringatan Hari Gastronomi Berkelanjutan di Jakarta Selatan, Selasa, 18 Juni 2024.
Pakar kedokteran komunitas itu menambahkan, setidaknya ada lima prinsip utama dalam gastronomi berkelanjutan, yakni:
Sumber Bahan Baku
Mengutamakan bahan makanan yang dihasilkan secara lokal dan musiman untuk mengurangi jejak karbon dan mendukung ekonomi lokal.
Teknik Produksi
Menggunakan metode produksi dan persiapan makanan yang ramah lingkungan, seperti pertanian organik dan teknik memasak tradisional yang hemat energi.
Kesejahteraan Sosial
Memastikan bahwa seluruh rantai pasok makanan adil dan mendukung kesejahteraan semua pihak yang terlibat, termasuk petani, nelayan, dan pekerja restoran.
Pengelolaan Limbah
Mengurangi limbah makanan melalui pemanfaatan seluruh bagian bahan makanan, komposting, dan daur ulang.
Kesehatan Konsumen
Menyediakan makanan yang sehat dan bergizi untuk mendukung kesehatan konsumen.
Contoh Praktik Gastronomi Berkelanjutan di Indonesia
Ray menambahkan, di Indonesia sudah ada beberapa contoh praktik gastronomi berkelanjutan, seperti:
- Pertanian Organik di Bali
- Program “Urban Farming” di Jakarta
- Festival Makanan Tradisional di Yogyakarta
- Promosi Sarapan Tinutuan (Bubur Manado) di Minahasa Sulawesi Utara
- Menghidupkan ide Gastronomi di Relief Candi Borobudur melalui kegiatan: Gastronosia.
Advertisement
Indonesia Salah Satu Penyumbang Sampah Makanan Terbanyak Dunia
Gastronomi berkelanjutan menjadi hal yang amat penting untuk diterapkan di Indonesia. Mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan sampah makanan terbanyak di dunia.
“Indonesia adalah penyumbang sampah makanan terbesar di dunia loh, salah satu, top 3. Ini ranking yang sebenarnya tidak perlu dibanggakan. Tapi ini jadi alasan kenapa IGC ingin mengajak untuk bijak ber-gastronomi,” jelas Ray.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UN Environment Programme (UNEP) 2022, Indonesia menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya.
Ini menyebabkan potensi kerugian negara mencapai Rp213 triliun per tahun atau setara dengan 4 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Sumber Sampah Makanan Terbanyak
Ray juga menjelaskan, sumber sampah makanan terbanyak di Indonesia berasal dari beberapa sektor seperti:
- Sektor restoran.
- Industri makanan dan pangan.
- Perhotelan.
“Dan yang paling signifikan adalah dari limbah makanan domestik atau rumah tangga. Data ini didapat dari literatur yang digali dari berbagai sumber,” kata Ray.
Dengan kata lain, jika masyarakat tidak menghabiskan makanannya meski sedikit, maka masyarakat tersebut menyumbang sampah makanan dan berkontribusi dalam kerugian ratusan triliun kerugian negara.
“Kalau ada makanan sisa, cabe aja satu yang kita enggak habiskan, itu food waste. Itu menyumbang 20 juta ton sampah yang datang kebanyakan dari domestik, dari kegiatan makan kita sehari-hari.”
Maka dari itu Ray mengajak masyarakat untuk bijak ber-gastronomi dengan cara:
- Kurangi Limbah Makanan (reduce food waste)
- Prioritaskan Pangan Lokal (local food preference)
- Terapkan Pola Makan Sehat dan Berkelanjutan (mindful and sustainable eating).
Advertisement