BPS: Impor Indonesia Tembus USD 19,4 Miliar, Naik 14,82%

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan, nilai impor komoditas migas dan non migas sama-sama mengalami kenaikan.

oleh Arief Rahman H diperbarui 19 Jun 2024, 16:20 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi impor mencapai USD 19,40 miliar pada Mei 2024. Angka ini berarti ada peningkatan hingga 14,82 persen dari impor April 2024.(Liputan6.com/Angga Y)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi impor mencapai USD 19,40 miliar pada Mei 2024. Angka ini berarti ada peningkatan hingga 14,82 persen dari impor April 2024.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan, nilai impor komoditas migas dan non migas sama-sama mengalami kenaikan. Impor migas yang mencapai USD 2,75 miliar naik 7,91 persen. Sementara, impor non migas sebesar USD 16,65 miliar tercatat naik 19,70 persen.

"Pada Mei 2024 nilai impor mencapai USD 19,40 miliar atau naik 14,82 persen secara bulanan," ujar Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (19/6/2024).

"Impor migas senilai USD 2,75 miliar atau turun sebesar 7,91 persen secara bulanan. Sementara itu, impor non migas senilai USD 16,65 miliar mengalami peningkatan sebesar 19,70 persen secara bulanan," ia menambahkan.

Dia menuturkan, naiknya nilai impor itu didorong oleh peningkatan nilai impor non migas dengan andil peningkatan sebesar 16,22 persen.

Sementara itu, Habibullah mencatat realisasi impor itu lebih rendah 8,83 persen dari Mei 2023 lalu. Nilai impor mencapai USD 21,28 miliar pada Mei 2023 lalu.

"Secara tahunan nilai impor Mei 2024 turun sebesar 8,83 persen. Nilai (impor) migas dan non migas masing-masing turun sebesar 12,34 persen dan 8,23 persen," katanya.

Pada Mei 2023, impor migas tercatat sebesar USD 3,24 miliar. Serta, impor non migas mencapai USD 18,14 miliar. 

"Penurunan impor non migas didorong oleh penurunan komoditas kendaraan dan bagiannya kode HS 87, besi dan baja kode HS 72, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya atau kode HS 84," pungkas Habibullah.

 


Ekspor Mei 2024 Tembus USD 22,33 Miliar

Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Surplus ini didapatkan dari ekspor September 2021 yang mencapai US$20,60 miliar dan impor September 2021 yang tercatat senilai US$16,23 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya kenaikan nilai ekspor pada Mei 2024 lalu. Tercatat, nilai ekspor Mei 2024 mencapai USD 22,33 miliar, angka ini meningkat dari bulan sebelumnya.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan, nilai ekspor itu naik sebesar 13,82 persen dari capaian ekspor pada April 2024.

"Pada Mei 2024 nilai ekspor mencapai 22,33 miliar USD atau naik sebesar 13,82 persen dibanding April 2024," kata Habibullah dalam Konferensi Pers, Rabu (19/6/2024).

Dia mencatat, capaian ini didorong oleh besaran nilai ekspor migas tercatat sebesar USD 1,42 miliar atau naik 5,12 persen. Serta, ekspor non migas yang naik sebesar 14,46 persen dengan nilai USD 20,91 miliar.

"Peningkatan nilai ekspor Mei secara bulanan tetutama didorong oleh peningkatan ekspor non migas," kata dia.

Di antaranya komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya atau kode HS 85, sebesar 26,66 persen dengan andil 1,34 persen. Bijih logam terak dan abu kode HS 26, sebesar 25,96 persen dengan andil 1,09 persen. Serta, kendaraan dan bagiannya kode HS 87, sebesar 26,80 persen dengan andil 1,00 persen.

"Sementara peningkatan ekspor migas terutama didorong oleh peningkatan nilai ekspor minyak tanah dengan nilai andil sebesar 0,34 persen," ucapnya.


Naik dari Tahun Lalu

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tak cuma secara bulanan, Habibullah juga mencatat nilai ekspor Indonesia juga naik jika dilihat secara tahunan. 

"Secara tahunan, nilai ekspor Mei 2024 mengalami peningkatan sebesar 2,86 persen," ungkapnya.

Pada Mei 2023, nilai ekspor mencapai USD 21,71 miliar. Ini ditopanh oleh ekspor migas sebesar USD 1,31 miliar, non migas USD 20,40 miliar. 

Sementara itu, komoditas penyumbang peningkatan ekspor tahunan ini didorong ekspor non migas. Terutama pada bijih logam, terak dan abu, atau kode HS 26, nikel dan barang daripadanya kode HS 75, dan mesin perlengkapan elektrik serta bagiannya kode HS 85.

 


Neraca Perdagangan Indonesia Surplus 49 Bulan Beruntun, Tembus USD 2,93 Miliar pada Mei 2024

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Neraca perdagangan Indonesia diproyeksi masih akan mencatatkan surplus yang tinggi pada Maret 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia kembali surplus pada Mei 2024. Ini menjadikan tren positif sepanjang 49 bulan berturut-turut.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Mei 2024 sebesar USD 2,93 miliar. Angka ini naik USD 210 juta dari surplus April 2024.

"Pada Mei 2024 neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar 2,93 miliar USD atau naik sebesar 0,21 miliar USD secara bulanan," kata Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (19/6/2024).

Dia mengatakan, tren positif ini berlanjut sejak Mei 2020 dengan nilai ekspor lebih tinggi ketimbang nilai impor RI.

"Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei tahun 2020," ucapnya.

Dia menjelaskan, surplus Mei 2024 ini lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu. Surplus Mei 2024 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non migas.

Yaitu sebesar USD 4,28 miliar dengan komoditas penyumbang surplus di antaranya bahan bakar mineral kode HS 27, lemak dan minyak hewan atau nabati kode HS 15, dan besi dan baja kode HS 72.

"Surplus meraca perdagangan komoditas non migas lebih rendah jika sibandingkan dengan bulan lalu. Namun lebih tinggi dibandingkan dengan Mei tahun 2023," ucapnya.

"Pada saat yang sama neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit sebesar USD 1,33 miliar dengan komositas penyumbang defisit yaitu hasil minyak serta minyak mentah. Defisit neraca perdagangan migas Mei 2024 lebih rendah dari bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu," pungkas Habibullah.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya