Liputan6.com, Jakarta - Salah satu kota metropolitan di China, Chengdu berencana untuk mengganti 300 ribu unit mobil tua dengan kendaraan energi baru atau NEV dalam tiga tahun ke depan.
Disitat dari Carnewschina, menurut dokumen pemerintah yang dirilis, program penggantian ke kendaraan listrik yang cukup ambisius ini, merupakan bagian penting dari strategi Chengdu untuk memodernisasi peralatan berskala besar, dan mendorong perdagangan barang-barang konsumsi yang sudah ketinggalan zaman.
Advertisement
Pada akhir tahun lalu, Chengdu telah mendaftarkan 7,1 juta kendaraan bermotor, meningkat 7,1 persen dari tahun sebelumnya.
Sedangkan kepemilikan mobil pribadi melonjak sebesar 8,1%, mencapai 5,43 juta unit kendaraan, mendorong Chengdu melewati Beijing sebagai kota dengan pemilik mobil terbanyak, berdasarkan data dari Kementerian Keamanan Publik.
Chengdu menawarkan insentif untuk mendorong peralihan dari kendaraan berbahan bakar tradisional ke NEV.
Menurut Lan Huajuan, Wakil Direktur Biro Perdagangan Kota Chengdu, pemerintah kota akan memberikan subsidi sebesar 8.000 yuan, 5.000 yuan, atau 2.000 yuan tergantung dari ukuran kendaraan bekasnya.
Selain itu, warga yang membeli NEV sebelum 30 Juni, akan menerima insentif tambahan sebesar 5.000 yuan.
Diberlakukan Eropa, Pabrikan Jerman Justru Protes Tarif Impor Baru Mobil Cina
Uni Eropa telah menaikan tarif impor untuk mobil Cina, sebesar 38,1 persen. Namun, kebijakan tersebut, justru mendapat protes dari beberapa pabrikan asal Jerman, yang notabene merupakan negara di Benua Biru.
Disitat dari Arena EV, pabrikan yang melakukan protes tersebut, adalah Mercedes-Benz, BMW, dan juga Volkswagen. Para pabrikan ini menilai, pengenaan tarif impor baru untuk kendaraan Tiongkok ini bisa berdampak buruk untuk bisnisnya yang telah menguntungkan di Tiongkok.
Menurut CEO BMW, Oliver Zipse tindakan proteksionis Uni Eropa ini dapat memicu perang dagang, dan merugikan perusahaan dan kepentingan Eropa.
Sedangkan CEO Mercedes-Benz, Ola Kallenius juga menyampaikan sentimen serupa, menekankan perlunya perdagangan terbuka dan kerja sama, bukan hambatan.
Sementara itu, Volkswagen mempertanyakan waktu pengambilan keputusan Komisi Eropa, dengan alasan lemahnya permintaan kendaraan listrik bertenaga baterai di Eropa saat ini.
Advertisement