Daya Saing Indonesia Naik Peringkat, Bos Banggar Beri Catatan Penting

Guna lebih mendorong daya saing Indonesia, Banggar DPR meminta pemerintah memberikan prioritas pada perbaikan infrastruktur kesehatan di luar Jawa. Termasuk meningkatkan rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduknya yang memadai.

oleh Arief Rahman H diperbarui 19 Jun 2024, 19:20 WIB
Pemerintah optimistis produk-produk hilirisasi lanjutan juga dapat menopang daya saing produk ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah turut mengapresiasi peringkat daya saing Indonesia yang naik ke peringkat 27. Namun, dia tak lupa memberikan sederet catatan penting bagi pemerintah. 

Menurutnya, peringkat daya saing bisnis yang diterima oleh Indonesia versi IMD dari semula 34 menjadi 27 ini patut disyukuri. Hal ini diyakini bisa dijadikan sebagai motivasi untuk terus memperbaiki daya saing bisnis kedepannya. 

"Kita berharap hal ini memperkuat kepercayaan investor asing terhadap Indonesia. Kita butuh direct investor agar bisa membuka akses lapangan kerja lebih luas lagi. Namun kita juga harus memperbaiki kemampuan tenaga kerja dalam negeri," ujar Said Abdullah kepada Liputan6.com, Rabu (19/6/2024).

Dia merujuk pada laporan IMD yang masih menyimpan sejumlah tantangan yang harus diperbaiki. Misalnya, perlu perbaikan di sektor ketersediaan infrastruktur terkait dengan kesehatan dan lingkungan.

"Rapor kita masih jeblok di level 61, pendidikan 57, penguasaan sains 45 dan teknologi 32, termasuk produktivitas di level 30," kata dia.

"Bahkan dukungan DPR melalui Undang Undang Cipta Kerja masih belum mendorong skor terkait dukungan iklim investasi. Terbukti skor terkait dengan perundangan bisnis masih jeblok skornya di 42," sambung dia.

Guna menjawab ini, dia meminta pemerintah memberikan prioritas pada perbaikan infrastruktur kesehatan di luar Jawa. Termasuk meningkatkan rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduknya yang memadai. 

 


Genjot Sektor Pendidikan

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Tak lupa juga pada sektor pendidikan. Dia menilai skor tentang tenaga kerja menunjukkan paradoks. Di satu sisi tenaga kerja kita dianggap mendukung kemudahan bisnis, bisa jadi karena upah murah. Namun di lain pihak, persoalan pendidikan skornya rendah, hal ini menandakan, tenaga kerja kita belum skillfull.

"Kalau kita sandingkan dengan data BPS, angkatan kerja kita lebih dari 50 persen lulusan SD dan SMP. Keadaan ini harus kita rubah dalam rangka menopang tenaga kerja terampil, sejalan dengan usaha pemerintah mendorong kemudahan berusaha," bebernya.

Dia melihat, pergerakan bisnis kedepannya akan bergantung pada teknologi canggih. Maka, hal ini diperlukan untuk dikembangkan oleh pemerintah.

"Kedepan, kecenderungan investasi lebih ke high technologi, oleh sebab itu, tiada pilihan bagi tenaga kerja Indonesia untuk bisa adaptif dengan tren tren kedepan," pintanya.


Peringkat Daya Saing Indonesia Naik 7 Peringkat ke Posisi 27 Dunia

Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, peringkat daya saing Indonesia naik ke posisi 27 dunia dalam riset IMD World Competitiveness Ranking (WCR) 2024. Pada 2024, peringkat Indonesia berhasil naik signifikan hingga tujuh peringkat dari posisi 34 dunia pada 2023.

Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia berada di posisi tiga besar setelah Singapura dan Thailand. Sementara daya saing Singapura berhasil menempati peringkat pertama.

"Dalam beberapa dekade terakhir, negara-negara seperti Tiongkok, India, Brasil, Indonesia, dan Turki mengalami pertumbuhan dan pembangunan pesat. Imbasnya kini mereka memegang peranan penting dalam perdagangan, investasi, inovasi, dan geopolitik,” tutur Direktur World Competitiveness Center (WCC) IMD Arturo Bris, yang meluncurkan laporan WCR 2024 yang pertama kali dirilis pada 1989 seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (18/6/2024).

Untuk rincian lengkap peringkat 67 negara dunia bisa diakses lewat tautan ini. Berikut peringkat lima besar negara dengan daya saing terbaik di kawasan Asia Tenggara menurut laporan WCR 2024.

  • Singapura (1)
  • Thailand (25)
  • Indonesia (27)
  • Malaysia (34)
  • Filipina (52)

 


Bertukar Posisi

Pada 2024, Indonesia dan Malaysia bertukar posisi. Peringkat Malaysia jatuh ke posisi 34 dari peringkat 27 pada 2023. Bris menilai, jebloknya performa Malaysia tahun ini lantaran pelemahan mata uang, dan ketidakstabilan politik dan ketidakpastian kebijakan pemerintah. Sementara Indonesia naik dari peringkat 34 tahun lalu, menempati takhta Malaysia di posisi 27.

“Daya saing Indonesia didongkrak oleh peningkatan performa ekonomi, kemampuan menarik kapital, dan pertumbuhan PDB. Tahun ini performa ekonomi Asia Tenggara amat baik, kecuali untuk Malaysia yang turun peringkat,” ujar dia.

Secara keseluruhan, peringkat Indonesia bahkan hanya terpaut tipis dengan Inggris (28), hingga berhasil melampaui daya saing Jepang (38) dan India (39). Peringkat daya saing Inggris anjlok setelah Brexit lantaran terisolasi dari negara Eropa lain. Peringkat Inggris baru membaik tahun ini.

Sementara penurunan daya saing Jepang lantaran negara ini kurang agresif melakukan transformasi digital. Indikasinya adalah penurunan ekspor teknologi, padahal sebelumnya Jepang sempat mendominasi perusahaan teknologi dunia. Namun, belakangan Jepang tak lagi memiliki perusahaan multinasional yang menawarkan layanan teknologi baru antara lain AI, mikrocip, pengelolaan data, komputasi awan (cloud), dan sebagainya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya