Sederet Tantangan Sektor Jasa Konstruksi, Apa Solusinya?

Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) menegaskan komitmennya dalam mendukung pembangunan nasional.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 19 Jun 2024, 22:16 WIB
Pekerja menyelesaikan pembuatan spun pile atau tiang pancang di Plant Karawang PT Waskita Beton Precast, Jawa Barat, Rabu (17/6/2020). Anak usaha PT Waskita Karya yang mampu memproduksi 450 ribu ton per tahun mensuplai kebutuhan akan beton cetak dan pra cetak. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) menegaskan komitmennya dalam mendukung pembangunan nasional.

Ketua Umum BPP GAPENSI, Andi Rukman Karumpa, menekankan pentingnya dialog konstruktif antara pemerintah dan pelaku jasa konstruksi untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi sektor ini.

"Melalui dialog yang terbuka dan konstruktif, kita dapat menemukan solusi terbaik untuk memajukan sektor jasa konstruksi dan memaksimalkan kontribusinya bagi pembangunan nasional," ujar Andi di Jakarta, Rabu (19/6/2024).

Andi menjelaskan bahwa sektor jasa konstruksi saat ini dihadapkan pada sejumlah tantangan, salah satunya adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Situasi ini berdampak langsung pada peningkatan biaya bahan baku impor, seperti besi, baja, semen, dan alat-alat berat, yang pada akhirnya berimbas pada biaya produksi secara keseluruhan.

"Kenaikan biaya ini sangat memberatkan para kontraktor dan berpotensi menghambat kelancaran proyek-proyek konstruksi," papar Andi.

Naikkan Nilai Proyek

Lebih lanjut, Andi mengungkapkan bahwa GAPENSI mempertimbangkan untuk mengusulkan eskalasi nilai proyek kepada pemerintah. Eskalasi ini dimaksudkan untuk menyesuaikan nilai kontrak dengan kenaikan biaya bahan baku yang tidak terduga.

"Kami berharap pemerintah dapat memahami situasi ini dan memberikan dukungan melalui penyesuaian anggaran atau kebijakan yang meringankan beban kontraktor," imbuh Andi.

 


Pengaruh Nilai Tukar Rupiah

Andi Rukman Nurdin (ARN), Sekretaris Jenderal BPP GAPENSI mengadakan pertemuan dengan Wapres Ma'rif Amin (dok: GAPENSI)

Selain kenaikan biaya bahan baku, pelemahan nilai tukar rupiah juga membawa dampak lain, seperti keterbatasan likuiditas, penundaan proyek, risiko kredit, dan inflasi.

Kenaikan biaya impor dapat mengganggu aliran kas perusahaan dan berpotensi menyebabkan penundaan proyek karena perlu dilakukan renegosiasi anggaran atau mencari sumber dana tambahan.

"Melemahnya rupiah juga dapat meningkatkan risiko kredit bagi perusahaan dan berkontribusi pada inflasi, yang selanjutnya akan membebani biaya operasional," jelas Andi.

Menutup pernyataannya, Andi menegaskan kembali pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan pelaku jasa konstruksi. Dengan dialog yang konstruktif dan kebijakan yang tepat, sektor jasa konstruksi dapat terus berkontribusi dalam pembangunan nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya