Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun pada perdagangan Rabu, 19 Juni 2024 setelah harga minyak mencapai level tertinggi dalam tujuh minggu.
Hal ini di tengah optimisme permintaan di musim panas dan kekhawatiran atas meningkatnya konflik dan mengimbangi laporan industri yang mengatakan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) meningkat secara tak terduga. Demikian mengutip dari CNBC, Kamis (20/6/2024).
Advertisement
Harga minyak Brent tergelincir 6 sen atau 0,1 persen menjadi USD 85,33 per barel pada pukul 18.03 GMT. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 8 sen atau 0,1 persen menjadi USD 81,57 per barel.
Harga minyak Brent mencapai USD 85,84 per barel pada awal sesi perdagangan, tertinggi sejak 1 Mei 2024. Sedangkan harga minyak WTI diperdagangkan hingga USD 81,96 per barel, level tertinggi sejak 30 April 2024.
Adapun aktivitas perdagangan sepi di tengah hari libur federal Amerika Serikat. "Gambaran saat ini menyajikan gambarang yang mengecewakan tetapi ada tanda-tanda positif yang menunjukkan prospek yang lebih optimis,” ujar Pialang PVM, Tamas Varga seperti dikutip dari CNBC.
Dua harga minyak acuan itu telah pulih dengan kuat dalam dua minggu terakhir, naik lebih dari 1 USD pada sesi sebelumnya setelah serangan drone Ukraina menyebabkan kebakaran terminal minyak di pelabuhan utama Rusia.
Di Timur Tengah, Menteri Luar Negeri Israel Katz memperingatkan kemungkinan "perang habis-habisan” dengan Hizbullah Lebanon, bahkan ketika Amerika Serikat (AS) berusaha menghindari konflik yang lebih luas antara Israel dan kelompok yang didukung Iran.
Risiko Gangguan Pasokan
Perang yang meningkat berisiko menganggu pasokan di wilayah penghasil minyak tersebut. “Potensi peningkatan ketegangan di Timur Tengah menambah risiko pasokan terhadap permintaan minyak,” ujar Head of Commodity Strategy TD Bank, Bart Melek.
Ia menambahkan, data ekonomi AS baru-baru ini mendukung spekulasi the Federal Reserve (the Fed) akan bergerak menuju penurunan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Data ekonomi China ini menunjukkan output industri pada Mei yang tertinggal dari harapan, tetapi penjualan ritel merupakan ukurna konsumsi menandai pertumbuhan tercepat sejak Februari.
Sementara itu, stok minyak metah AS naik 2,26 juta barel dalam pekan yang berakhir 14 Juni 2024. Sedangkan analis yang disurvei oleh Reuters prediksi penurunan stok minyak mentah sebesar 2,2 juta barel.
Namun, persediaan bensin turun 1,077 juta barel, sedangkan persediaan sulingan naik 538 ribu barel, demikian menurut sumber. Adapun data stok resmi dari Badan Informasi Energi AS akan dirilis pada Kamis pekan ini.
Advertisement
Harga Minyak Dunia Lagi-Lagi Melejit, Dipatok Segini Sekarang
Sebelumnya, harga minyak mentah AS naik lebih dari 1% pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta). Harga emas ini mencapai lebih dari USD 81 per barel, menandai hari kedua kenaikan yang kuat dalam reli minggu ini.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) meningkat lebih dari 2% pada hari Senin, melanjutkan kenaikan minggu lalu meskipun data ekonomi dari China sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia, menunjukkan hasil yang beragam.
Daftar Harga Minyak dan GasBerikut daftar harga minyak hingga gas pada Selasa:
West Texas Intermediate (Kontrak Juli): USD 81,57 per barel, naik USD 1,24 atau 1,54%. Sejak awal tahun, harga minyak mentah AS telah naik 13,8%.
Brent (Kontrak Agustus): USD 85,33 per barel, naik USD 1,08 atau 1,28%. Sejak awal tahun, patokan harga minyak global ini telah naik 10,7%.
RBOB Gasoline (Kontrak Juli): USD 2,48 per galon, naik 1,48%. Sejak awal tahun, bensin telah naik 18%.
Gas Alam (Kontrak Juli): USD 2,90 per ribu kaki kubik, naik 4,3%. Sejak awal tahun, gas alam telah naik 15,7%.
Harga minyak mengalami kenaikan kemarin setelah penjualan ritel Mei di China melebihi perkiraan ekonom, meskipun output industri dan investasi aset tetap mengecewakan.
Didorong Spekulan
Dalam catatan kepada klien, Direktur Eksekutif Energi Berjangka Mizuho Securities Bob Yawger memperingatkan bahwa reli harga energi ini mungkin sebagian besar disebabkan oleh spekulan yang menutupi posisi pendek mereka.
"Tidak bisa dipungkiri bahwa jika China terkena 'virus' ekonomi, seluruh dunia akan merasakan dampaknya. Kemarin adalah pengecualian yang membuktikan aturan ini," tulis Tamas Varga, Analis Broker Minyak PVM, dalam catatan pada Selasa.
Harga minyak baru-baru ini menurun sebagian karena keputusan anggota OPEC+ untuk mulai menambah pasokan minyak ke pasar pada kuartal keempat.
"Sementara pasar telah pulih dengan baik dari penurunan mendadak yang dipicu oleh OPEC+, masih ada kekhawatiran relatif tentang keseimbangan kuartal keempat dan seterusnya, yang seharusnya menjadi hambatan untuk kenaikan besar," kata Ryan McKay, ahli strategi komoditas senior di TD Securities, kepada klien dalam catatan pada hari Senin.
Saat ini, harga minyak dunia naik karena para analis melihat pasar akan mengetat pada kuartal ketiga dengan ekspektasi bahwa permintaan bahan bakar musim panas akan mengurangi persediaan.
Advertisement