Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia alami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini juga membuat instrumen investasi emas menjadi buruan.
Tren kenaikan emas masih terjadi di tengah pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. Sejumlah pihak meyakini emas masih tetap akan menguntungkan untuk dijadikan investasi. Mengutip laman Business Insider Presiden Yardeni Research perkirakan harga emas bisa naik hingga menjadi USD 3.500 pada akhir 2025. Artinya harga emas ini bisa naik hingga 50 persen dari harga di pasar spot pada. Mei 2024.
Advertisement
Dia menuturkan, tren kenaikan harga emas ini dipicu oleh inflasi yang memiliki pola seperti pada 1970-an. Saat itu, harga-harga barang mulai melonjak dan mendorong harga emas dunia dari USD 35 per ounce ke puncak tertinggi saat itu USD 665 per ounce.
"Harga emas melonjak di level tertinggi bulan lalu. Siklus kenaikan mengingatkan kita pada inflasi besar pada 1970-an, ketika harga emas melonjak," tutur dia.
Dengan pola sama, harga emas diperkirakan menembus level USD3.000-3.500 per ounce pada 2025. Kenaikan ini sekitar 50 persen dari harga logam mulia yang dijual pada 2024.
"Ini akan menjadi target realistis untuk emas hingga tahun 2025," tegasnya.
Melansir laman Antam, harga emas pada perdagangan Kamis pagi, 20 Juni 2024 mengalami kenaikan Rp6.000 per gram. Dengan ini harga logam mulia dengan berat 1 gram dijual Rp1.355.000.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka
Harga Emas Dunia Menguat pada 19 Juni 2024
Sebelumnya, harga emas menguat terbatas pada perdagangan Rabu, 19 Juni 2024 setelah data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah. Hal ini meningkatkan harapan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS akan memangkas suku bunga pada 2024.
Mengutip CNBC, Kamis (20/6/2024), harga emas di pasar spot naik 0,1 persen menjadi USD 2.331,17 per ounce pada pukul 03.18 GMT. Harga emas berjangka Amerika Serikat turun 0,1 persen menjadi USD 2.345,60.
Adapun data yang dirilis pada Selasa pekan ini menunjukkan penjualan ritel Amerika Serikat hampir tidak meningkat pada Mei. Hal ini menunjukkan aktivitas ekonomi masih lesu pada kuartal II 2024.
“Imbal hasil treasury yang lebih lemah semalam dan dolar AS melemah menyusul data penjualan ritel AS yang mengecewakan tampaknya menawarkan ruang sedikit untuk emas,” ujar IG Market Strategist Yeap Jun Rong.
Ia menambahkan, meski pengambil kebijakan Amerika Serikat hanya menetapkan satu kali penurunan suku bunga pada 2024, harapan suku bunga akan cenderung dovish. “Tampaknya mendapatkan validasi dari sejumlah kelemahan ekonomi yang disajikan. Pelemahan ekonomi lebih lanjut mungkin akan mendorong harga emas,” ujar dia.
Advertisement
Fokus Pasar
Di sisi lain, suku bunga lebih rendah mengurangi biaya untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil. Dengan data terbaru yang menunjukkan moderasi di pasar tenaga kerja dan tekanan harga, the Federal Reserve mencari konfirmasi lebih lanjut inflasi sedang mereda.
Fokus pasar saat ini tertuju pada data klaim pengangguran mingguan pada Kamis dan indeks manajer pembelian pada Jumat pekan ini.
Harga emas telah memasuki fase konsolidasi setelah mencapai rekor tertinggi USD 2.449,89 pada 20 Mei 2024. Pada 7 Juni 2024, data menunjukkan bank sentral China hentikan pembelian emas untuk cadangannya pada Mei 2024 setelah 18 bulan pembelian, sehingga menyebabkan emas batangan alami penurunan harian terbesar sejak November 2020.
“Pembelian emas oleh bank sentral terhenti pada Mei dan kelanjutan tren ini menimbulkan risiko terhadap laju momentum kenaikan harga emas,” ujar Analis KCM Trade, Tim Waterer.
Sementara itu, harga perak susut 0,1 persen menjadi USD 29,49 per ounce, harga platinum menguat 0,1 persen menjadi USD 973,36 dan palladium naik 0,2 persen menjadi USD 888,91.
Harga Emas Bakal Naik atau Turun Minggu Ini? Simak Analisanya
Sebelumnya, harga emas fokus pada data inflasi dan kebijakan suku bunga Fed setelah minggu yang didominasi oleh berita dari China dan laporan ketenagakerjaan.
Dikutip dari Kitco.com, Senin (17/6/2024), setelah memulai perdagangan minggu ini pada USD 2.293,70 per ounce pada sesi Asia Minggu malam, harga emas spot berhasil menembus level USD 2.300 sekitar dua jam sebelum pembukaan pasar Amerika Utara, dan level tersebut bertahan sepanjang minggu yang penuh fluktuasi.
Harga emas bergerak fluktuatif dalam kisaran USD 15 yang relatif sempit karena pelaku pasar menunggu hari Rabu, yang akan diawali dengan laporan inflasi konsumen di pagi hari, kemudian pengumuman suku bunga FOMC, proyeksi ekonomi terbaru, dan konferensi pers Ketua Powell di sore hari.
Laporan CPI akhirnya mengguncang pasar keluar dari perdagangan sideways, mendorong emas spot dari USD 2.313 per ounce tepat sebelum rilis data ke level tertinggi mingguan USD 2.336,72 segera setelahnya.
Pada saat Federal Reserve mengumumkan bahwa mereka mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pukul 2:00 sore, harga telah turun kembali menjadi USD 2.326 per ounce, dan emas spot terus terjual secara bertahap karena pasar mencerna retorika hawkish Powell dan proyeksi terbaru FOMC yang hanya akan menurunkan suku bunga satu kali sepanjang tahun 2024.
Pada hari Kamis, emas spot sekali lagi turun kembali ke support, tetapi mengalami kenaikan yang kuat tepat di bawah level USD 2.300 dan pada Jumat pagi, logam kuning tersebut kembali naik menjelang akhir pekan.
Advertisement
Optimisme Para Ahli terhadap Harga Emas
Survei Emas Mingguan Kitco News terbaru menunjukkan sebagian besar pakar industri dan pedagang ritel melihat peluang emas untuk naik minggu depan karena mereka keluar dari hibernasi bearish dan kembali ke area bullish.
"Emas keluar dari penurunan tiga minggu, didorong oleh ketidakpastian politik di Eropa, dan penurunan tajam suku bunga," kata Marc Chandler, Managing Director di Bannockburn Global Forex.
"Emas pulih sekitar setengah dari apa yang hilang setelah data pekerjaan AS pada 7 Juni dan laporan bahwa PBOC tidak membeli emas untuk cadangan bulan lalu."
Chandler mencatat bahwa emas spot diperdagangkan sekitar USD 2.841 di pertengahan minggu lalu sebelum berkonsolidasi.
"Emas relatif tertahan, mungkin ditarik oleh sinyal yang saling bertentangan—dolar yang lebih kuat di satu sisi, dan suku bunga yang lebih rendah di sisi lain. Resistance tren dimulai minggu baru ini mendekati USD 2.362. Dalam pandangan jangka menengah, saya menduga emas lebih dekat ke bottom daripada top dan suku bunga yang lebih rendah diharapkan dapat menopang logam kuning tersebut," tambahnya.
Prediksi dari Pakar Pasar
Para ahli seperti James Stanley, Adrian Day, Colin Cieszynski, Sean Lusk, dan Darin Newsom memberikan prediksi mereka tentang pergerakan harga emas ke depan.
Secara keseluruhan, mereka melihat peluang emas batangan untuk naik meskipun ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan.
Fokus Pasar Beralih ke Eropa
Minggu ini, fokus pasar akan beralih ke Eropa dengan Bank Sentral Swiss dan Bank of England yang akan mengumumkan keputusan kebijakan moneter mereka pada Kamis pagi.
KesimpulanHarga emas mengalami minggu yang fluktuatif namun berhasil ditutup menguat. Para ahli sebagian besar optimis terhadap kenaikan harga emas minggu ini. Fokus pasar selanjutnya akan beralih ke data ekonomi dan keputusan kebijakan moneter bank sentral Eropa.
Advertisement