Malaysia Bersiap Gabung Kelompok Negara BRICS, Indonesia Kalah Cepat

Malaysia tengah bersiap untuk bergabung dengan kelompok ekonomi negara berkembang BRICS. Hal itu diungkapkan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. dalam sebuah wawancara dengan media China, Guancha.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Jun 2024, 14:00 WIB
Warga berjalan di samping bendera partai politik dekat Menara Kembar Petronas, Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (7/5). Malaysia akan melangsungkan pemilu pada 9 Mei 2018. (AP Photo/Aaron Favila)

Liputan6.com, Jakarta Malaysia tengah bersiap untuk bergabung dengan kelompok ekonomi negara berkembang BRICS. Hal itu diungkapkan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. dalam sebuah wawancara dengan media China, Guancha.

“Kami telah mengambil keputusan, kami akan segera menerapkan prosedur formal… kami hanya menunggu hasil akhir dari pemerintah di Afrika Selatan,” kata PM Malaysia Anwar dalam video wawancaranya, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (20/6/2024).

Perwakilan dari kantor PM Anwar Ibrahim pun telah mengkonfirmasi pernyataannya.

Namun, PM Anwar tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang proses pengajuan Malaysia ke BRICS.

Komentar PM Anwar muncul menjelang kunjungan tiga hari Perdana Menteri China Li Qiang ke Malaysia minggu ini, sebagai bagian dari perayaan 50 tahun hubungan diplomatik kedua negara.

Malaysia dan China diperkirakan akan menandatangani beberapa kesepakatan selama kunjungan LM Li Qiant, termasuk memperbarui perjanjian kerja sama perdagangan dan ekonomi yang berdurasi lima tahun.

Sementara itu, di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia, Thailand, Myanmar, Laos, dan Kamboja sebelumnya telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan aliansi perdagangan tersebut, sementara Vietnam mengatakan mereka “memantau dengan cermat proses perluasan keanggotaan BRICS”.

Seperti diketahui, kelompok negara BRICS awalnya mencakup Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, yang memberinya akronim.

kelompok ekonomi negara berkembang tahun lalu mulai memperluas keanggotaannya untuk menyaingi tatanan dunia yang didominasi oleh perekonomian Barat, dengan Arab Saudi, Iran, Ethiopia, Mesir, Argentina dan Uni Emirat Arab bergabung dan lebih dari 40 negara menyatakan minatnya.

 


Indonesia juga Berminat Gabung BRICS

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Setelah berpartisipasi dalam KTT BRICS pada Agustus 2023 lalu, Presiden Indonesia Joko Widodo menegaskan bahwa pemerintahannya sedang “meninjau dan mempertimbangkan kemungkinan negara untuk bergabung dengan kelompok tersebut”, menurut pernyataan pemerintah.

Juga pada bulan Januari 2024, kantor berita Antara melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pihaknya terus memperhatikan kemungkinan bergabung dengan aliansi perdagangan tersebut dan mempertimbangkan manfaat yang akan diperoleh dari keanggotaan tersebut.

Namun Menlu Retno menambahkan bahwa Indonesia tidak akan terburu-buru dalam prosesnya.

“Kebijakan luar negeri kita selalu dipertimbangkan dengan matang. Tidak ada keputusan yang diambil begitu saja (tanpa pertimbangan yang matang). Oleh karena itu, untuk saat ini Indonesia masih mempelajari manfaat yang bisa diperoleh dengan bergabung dengan BRICS,” ujarnya.

Sementara itu, Kabinet Thailand bulan lalu menyetujui rancangan surat pemerintah yang mengindikasikan niat Bangkok untuk menjadi anggota BRICS, menurut laporan South China Morning Post.


Dubes Rusia untuk RI: Indonesia Kandidat Kuat untuk Bergabung BRICS

Suasana gedung bertingkat dan permukiman warga di kawasan Jakarta, Senin (17/1/2022). Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,2 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perwakilan Rusia mengatakan bahwa Indonesia masuk dalam kategori negara potensial untuk bergabung dengan negara-negara BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).

"Indonesia adalah kandidat kuat untuk bergabung dengan BRICS, namun negara tersebut belum secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobyova dalam sebuah wawancara dengan TASS yang dikutip Minggu (18/2/2024).

"Menurut saya, Indonesia adalah kandidat yang sangat kuat untuk bergabung dengan BRICS. Namun, semuanya terserah pada Indonesia yang belum mengajukan permohonan secara resmi meskipun Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) telah menghadiri konferensi BRICS terbaru. Tunggu hasil pemilu presiden Indonesia secara lengkap, baru setelah itu semoga ada upaya serius dari pihak Indonesia," tuturnya.

Kelompok BRICS kini telah melalui dua gelombang ekspansi sejak didirikan pada tahun 2006. Pertama, pada tahun 2011, Afrika Selatan bergabung dengan anggota pendiri Brazil, Rusia, India dan China. Kemudian, pada Agustus 2023, enam anggota baru, termasuk Argentina, diundang untuk bergabung dengan BRICS setelah pertemuan puncak kelompok antar pemerintah tersebut di Johannesburg.

Namun, pada Desember 2023, pemerintahan baru Argentina yang dipimpin oleh Presiden Javier Milei mengumumkan bahwa mereka telah menolak undangan tersebut untuk sementara waktu karena menganggap integrasi dengan BRICS tidak praktis.

Lima anggota baru – Mesir, Ethiopia, Iran, Mesir, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab – telah mulai bekerja sebagai negara anggota penuh BRICS sejak 1 Januari 2024.​


Rencana Ekspansi BRICS

Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, media Rusia telah mengungkap adanya rencana ekspansi BRICS.

Berdasarkan laporan TASS, yang dikutip Selasa (6/6/2023), isu ekspansi BRICS disebut menjadi pembahasan pada BRICS Summit pada Agustus tahun itu. Nama Indonesia ternyata muncul sebagai potensi anggota baru.

"BRICS summit, dijadwalkan pada akhir Agustus di Johannesburg, diperkirakan untuk mendiskusikan siapa yang akan diterima dan bagaimana. Di antara negara-negara, daftar kandidat potensial termasuk Mesir, Indonesia, Iran, Argentina, Kazakhstan, Aljazair, Turki, Thailand, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab," tulis TASS kala itu.

Ketika Liputan6.com meminta respons terkait laporan tersebut, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu RI Teuku Faizasyah, mengatakan, "Saya tidak ada informasi."

Negara-negara yang kaya sumber daya alam seperti Kerajaan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menjadi sorotan BRICS. Kehadiran-kehadiran negara itu dinilai bisa melemahkan dolar dan menggenjot ekonomi nasional.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya