Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau kian bergerak turun. Pada Kamis (20/6/2024), kurs rupiah turun 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp 16.383 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya.
Pelemahan rupiah ini tidak luput dari pantauan sejumlah menteri di pemerintahan. Seperti diutarakan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa, yang menunggu respon dari Bank Indonesia.
Advertisement
"Mudah-mudahan Bank Indonesia akan merespon seperti apa, saya tidak tahu. Itu kalau suku bunganya dinaikan, perhitungan kita mungkin akan berbeda," ujar Suharso dalam acara Peluncuran Kolaborasi Pemanfaatan Sistem Data Registrasi Sosial Ekonomi di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Saat ditanya pada kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah bersama Bank Indonesia juga akan terus memantau pergolakan nilai tukar mata uang.
"Kita monitor aja, karena BI yang akan terus juga memonitor secara daily," kata Airlangga saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta.
Menurut dia, nilai tukar dolar saat ini memang tengah mengalami penguatan yang tak mampu dibendung mata uang lainnya. Itu sejalan dengan perekonomian Negeri Paman Sam yang terus mengalami perbaikan.
"Karena memang kan terhadap berbagai currency, US dollar kuat. Dan, ekonomi US memang membaik," imbuh Airlangga.
Kendati begitu, ia belum mau banyak bicara soal nasib kurs rupiah ke depan. "Kita lihat saja," ujarnya singkat.
Menunggu Pengumuman Suku Bunga BI, Rupiah Anjlok
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Kamis ini. Pelemahan rupiah ini terjadi di tengah penantian investor dan pelaku pasar akan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Pada Kamis (20/6/2024), nilai tukar rupiah turun 18 poin atau 0,11 persen menjadi 16.383 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar 16.365 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan, pada perdagangan Kamis ini rupiah dibuka merosot menjelang keputusan rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
"Hari ini pasar menantikan hasil rapat RDG BI. Kali ini sebagian pelaku pasar ada yang memprediksi BI akan mengambil kebijakan kenaikan suku bunga untuk meredam pelemahan rupiah," kata dia dikutip dari Antara.
Kebijakan kenaikan suku bunga tersebut memang sedikit banyak bisa meredam pelemahan tapi di tengah sentimen terhadap dolar AS yang masih kuat, penguatan rupiah mungkin tidak besar dan masih berpeluang melemah.
Di sisi lain, potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini karena pelaku pasar kelihatannya masih terpengaruh dengan sikap bank sentral AS atau The Fed yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Advertisement
Tekanan Rupiah
Ariston menuturkan potensi pelemahan ke arah 16.450 per dolar AS dengan potensi support di kisaran 16.350 per dolar AS untuk hari ini.
Sedangkan sebelumnya ekonom sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah disebabkan perang dagang antara Uni Eropa, AS dengan Tiongkok yang semakin panas. Uni Eropa menerapkan tarif tinggi untuk komponen mobil listrik.
Ibrahim menuturkan, hal ini membuat Tiongkok sedikit kewalahan karena saat ini Tiongkok adalah salah satu negara yang gencar melakukan produksi mobil listrik. Sehingga ada kemungkinan besar akan melakukan perlawanan dengan memberikan pajak bea impor besar untuk barang dari Eropa.
"Ini yang membuat ketegangan sehingga dolar AS menguat dan berdampak pada melemahnya Rupiah,” kata Ibrahim kepada Liputan6.com, Rabu (19/6/2024).