Kemenkes Sebut Faktor-Faktor Penyebaran DBD, Salah Satunya Kebiasaan Ini di Masyarakat

Musim hujan juga membuat tempat untuk nyamuk bertelur semakin banyak, sehingga kasus DBD pun naik.

oleh Tim Health diperbarui 21 Jun 2024, 07:00 WIB
Banner Infografis Heboh Pelepasan Nyamuk Wolbachia Tekan Kasus DBD. (AFP Photo/Roslan R)

Liputan6.com, Jakarta - Kebiasaan masyarakat sering menampung ari dan kurang menerapkan kebersihan dinilai menjadi salah satu faktor risiko penyebaran demam berdarah. Selain itu, Ketua Tim Kerja Arbovirosis Kementerian Kesehatan dr Asik Surya menuturkan, ada masyarakat yang tidak menguras kontainer atau dispensernya sehingga menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

"Di hotel pun kan kadang-kadang juga ada yang mereka menggunakan vas bunga. Nah, coba dilihatin. Kadang-kadang saya pernah menemui, saya tidak perlu menyebutkan hotelnya, tetapi itu hotel bintang 4. Ada jentik-jentiknya di situ. Nah, itu kan juga bahaya di situ," ujar Asik pada acara "Dalam Tanda Bahaya DBD, Kenali Sebelum Terlambat!" yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Kamis, dilansir ANTARA.

Adanya musim hujan, kata Asik, membuat tempat untuk nyamuk bertelur semakin banyak, sehingga kasus DB pun naik.

Dalam kesempatan tersebut, Asik juga menyebutkan sejumlah faktor risiko lain seperti posisi Indonesia sebagai negara tropis yang menyebabkan DB menjadi penyakit endemik di hampir seluruh wilayah, terutama di wilayah-wilayah perkotaan.

"Kemudian yang kedua tentu kepadatan penduduk. Di daerah-daerah perkotaan begitu padat dan juga banyak penampungan-penampungan air. Itu juga akan menjadi persoalan ketika drainase jelek dan sebagainya," katanya.

Pemanasan global pun ikut berperan membuat demam berdarah denguemulai muncul di daerah dataran tinggi, contohnya Papua Pegunungan.

Menurutnya, apabila sudah mengetahui faktor-faktor risiko tersebut, maka masyarakat harus mengambil tindakan guna mengendalikannya. Dia menilai bahwa upaya pengendalian bukan oleh pemerintah saja, namun juga semua orang.

 


Jika DB Tidak Ditangani

Ketua Staf Medik Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dr Mulya Rahma Karyanti mengatakan, meski penyakit terebut banyak menyerang anak-anak usia 5-15 tahun, namun semua orang berisiko terkena juga.

Apabila DB tidak ditangani, kata Karyanti, penyakit tersebut bisa mengakibatkan kematian. Pada fase kritis, jelasnya, terjadi kebocoran pembuluh darah hingga pembuluh darahnya kolaps dan menyebabkan aliran darah terganggu.

 


Penting Mewaspadai Gejala DB

"Yang bahaya adalah kalau misalnya sampai kolapsnya berat, sampai aliran darah ke otak berkurang, ke jantung, nah itu bisa menyebabkan perdarahan dan bisa menyebabkan kematian," katanya.

Oleh karena itu, kata Karyanti, penting untuk waspada atas sejumlah gejala demam berdarah, seperti nyeri perut apabila hari ketiga demam kondisinya tidak kunjung membaik, muntah-muntah terus, atau pendarahan spontan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya