Harga Minyak Melaju 2 Pekan Berturut-turut, Ini Penyebabnya

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) telah naik 4,7% minggu ini, sementara harga minyak patokan global Brent naik 3,7%.

oleh Arthur Gideon diperbarui 21 Jun 2024, 08:00 WIB
Harga minyak WTI untuk kontrak Juli dipatok USD 82,17 per barel, naik 60 sen atau 0,74%. Dari awal tahun sampai saat ini harga minyak AS telah naik 14,6%. Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia kembali naik pada perdagangan Kamis dan di perdagangkan di atas USD 82 per barel. Harga minyak menuju kenaikan dua pekan berturut-turut. Pendorong kenaikan harga minyak dunia ini karena adanya menyusutan persediaan minyak mentah maupun minyak olahan.

Mengutip CNBC, Jumat (21/6/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) telah naik 4,7% minggu ini, sementara harga minyak patokan global Brent naik 3,7%. Harga mendapat dukungan sehingga melonjak pada perdagangan Kamis karena stok minyak mentah dan stok bensin AS turun untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu, menunjukkan adanya peningkatan permintaan.

Rincianya:

Harga minyak WTI untuk kontrak Juli dipatok USD 82,17 per barel, naik 60 sen atau 0,74%. Dari awal tahun sampai saat ini harga minyak AS telah naik 14,6%.

Harga minyak Brent untuk kontrak Agustus dipatok USD 85,71 per barel, naik 64 sen, atau 0,75%. Dari awal tahun sampai saat ini acuan global ini naik sebesar 11,2%.

Sedangkan untuk harga gas alam untuk kontrak Juli dipatok USD 2,74 per seribu kaki kubik, turun 5,78%. Dari awal tahun sampai saat ini harga gas naik sekitar 9%.

Dalam data yang dirilis oleh Administrasi Informasi Energi menyebutkan bahwa persediaan minyak mentah turun 2,5 juta barel pada minggu lalu. Data ini melampaui ekspektasi analis yang disurvei yang dijalankan oleh salah satu kantor berita internasional.

Sedangkan stok minyak olahan atau bensin turun 2,3 juta barel. Analis sebelumnya memperkirakan penambahan 620.000 barel.

kepala analisis minyak bumi di GasBuddy Patrick de Haan menjelaskan, penarikan tersebut sebagai trifecta yang salah. Ia pun memperingatkan bahwa harga di pompa bensin kemungkinan besar akan naik sebagai konsekuensinya.

Analis JPMorgan mengatakan kepada kliennya dalam catatan hari Kamis bahwa kenaikan musiman dalam permintaan minyak, pengoperasian kilang, risiko cuaca, dan perpanjangan pengurangan produksi OPEC+ hingga kuartal III akan menyebabkan pasar menjadi lebih ketat karena persediaan berkurang.

Bank investasi ini memperkirakan harga minyak mentah Brent akan mencapai USD 90 per barel pada September karena pasar semakin ketat karena penurunan persediaan.

 


Perang Israel

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Analis senior TD Securities Ryan McKay mengatakan kepada kliennya dalam sebuah catatan penelitian pada hari Rabu bahwa minyak mentah telah terbukti tangguh dengan momentum kenaikan. Namun, dia memperingatkan bahwa reli tersebut bisa memudar.

"Pelaku pasar dapat mengurangi pembelian dan melikuidasi sebagian pembelian mereka jika minyak AS turun di bawah USD 80,33 dan Brent turun di bawah USD 84,92," kata McKay.

Ketegangan juga kembali meningkat di Timur Tengah, dengan Israel dan kelompok milisi Hizbullah yang didukung Iran mengancam kembali melanjutkan perang.

Militer Israel mengatakan pada hari Selasa dalam sebuah pernyataan di media sosial bahwa rencana operasional untuk serangan di Lebanon telah disetujui dan divalidasi.

Pada hari Rabu, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan Israel dalam pidatonya di televisi bahwa kelompok militan tersebut akan berperang “tanpa aturan dan tanpa garis merah jika perang pecah.

 


Faktor Fundamental

Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)

Harga minyak menguat pada April ke level tertinggi tahunan karena anggota OPEC yaitu Iran dan Israel hampir berperang.

Para pedagang mengalihkan fokus kembali ke fundamental pasar setelah ketegangan mereda, menghilangkan premi risiko yang telah mengangkat harga minyak mentah berjangka.

“Meskipun banyak pelaku pasar menganggap konflik ini sebagai hal yang tidak penting, kami terus memperingatkan bahwa konfrontasi Israel-Hizbullah dapat menjadi pemicu keterlibatan langsung Iran dalam perang tersebut, mengingat dukungan kuat Teheran terhadap proksi bersenjatanya yang paling penting,” jelas kepala analis RBC Capital Markets Helima Croft.

Infografis Krisis Venezuela di Negeri Minyak. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya