Pasar Saham Masih Lesu hingga Tengah 2024, Saham Apa yang Menarik Dikoleksi?

Hal ini dilihat dari posisi IHSG yang masih terkoreksi sekitar 7% dan keluarnya investor asing dari pasar saham (net foreign sell) di pasar reguler dan negosiasi senilai Rp 10 triliun sejak awal tahun

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 21 Jun 2024, 12:00 WIB
Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis kondisi pasar saham di pertengahan 2024 akan terbantu oleh kinerja keuangan emiten seiring dengan musim pengumuman laporan keuangan emiten periode Juni sebulan ke depan.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta, mengatakan meskipun kenaikan suku bunga acuan masih menjadi faktor yang diperhatikan pelaku pasar, dia merekomendasikan 10 saham pilihan kepada nasabah dan publik.

“Secara teknikal, kami merekomendasikan BBCA, BRIS, BSDE, ELSA, INDF, KLBF, MDKA, MEDC, TBIG, dan UNVR seiring dengan musim laporan keuangan bulan ini hingga bulan depan,” kata Nafan dalam siaran pers, dikutip Jumat (21/6/2024).

Nafan menambahkan hingga mendekati penghujung semester I 2024, kinerja pasar saham masih belum bergairah.

Hal ini dilihat dari posisi IHSG yang masih terkoreksi sekitar 7% dan keluarnya investor asing dari pasar saham (net foreign sell) di pasar reguler dan negosiasi senilai Rp 10 triliun sejak awal tahun (di pasar reguler investor asing sudah nett sell Rp 20 triliun).

Meskipun demikian, nilai transaksi di pasar saham yang sudah mencapai Rp 1.200 triliun hingga hari ini, sudah di atas pencapaian semester I tahun lalu sebesar Rp 1.180 triliun.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


Sentimen The Fed Masih Menghantui

Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nafan menuturkan, memasuki triwulan kedua 2024, lanjutnya, perekonomian global masih diliputi oleh ketidakpastian kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Ketidakpastian ini bisa berdampak kepada likuiditas serta suku bunga perbankan.

Meskipun demikian, Nafan menyatakan bahwa bermodalkan makroekonomi yang kuat serta stabilitas politik yang terjaga meskipun tahun ini adalah tahun pemilu, dia meyakini setelah kondisi global lebih kondusif maka pasar saham dan pasar keuangan Indonesia akan membaik juga.

Dia menilai prospek pasar ke depan masih sulit untuk diprediksi, dapat diprediksi BI akan menahan BI rate pada level 6,25% karena jika suku bunga dinaikkan maka dampaknya kurang kondusif terhadap ekonomi dalam negeri.

“Namun, kami meyakini dengan makroekonomi yang kuat serta stabilitas politik yang lebih kondusif dibandingkan negara lain maka kinerja pasar keuangan dan pasar saham Indonesia akan tetap kuat,” ujar Nafan

 


Arus Keluar Asing Jadi Tekanan Pasar Modal

Adapun Senior Investment Information Mirae Asset, M Adityo Nugroho, menyatakan dengan masih adanya arus modal asing yang keluar maka pasar saham masih akan tertekan dalam waktu dekat.

“Meskipun demikian, dengan meyakini bahwa tidak selamanya kondisi makroekonomi global akan terus memburuk, koreksi yang terjadi di pasar saham Indonesia saat ini justru memberikan peluang bagi investor untuk mulai dapat mencicil di harga yang relatif murah karena nilai valuasi yang rendah,” jelasnya.

Dengan demikian, secara fundamental, dia mengatakan saham-saham perusahaan berkapitalisasi besar yang sudah terkoreksi cukup dalam dari sektor perbankan, otomotif, dan telekomunikasi dapat menjadi pilihan untuk nasabah dan publik saat ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya