Liputan6.com, Jakarta - Rangkaian ibadah haji telah selesai. Jemaah dari seluruh dunia akan kembali ke negara asal sesuai jadwal masing-masing.
Berdasarkan Rencana Perjalanan Haji (RPH) 1445 H/2024 M, jemaah asal Indonesia akan pulang mulai 22 Juni 2024. Kepulangan jemaah ke Tanah Air dijadwalkan hingga 21 Juli 2024.
Sebelum pulang, ulama kharismatik Ustadz Adi Hidayat atau UAH memberi pesan penting kepada jemaah agar predikat haji mabrur diraih.
Menurut UAH, haji mabrur bukan sekadar ibadah diterima. Lebih dari itu, seorang haji mabrur harus membawa nilai-nilai kemuliaan dan ada perubahan karakter pada dirinya.
Baca Juga
Advertisement
UAH menyayangkan jika ibadah haji yang dilakukan umat Islam tahun ini cuma-cuma. Hanya buang-buang uang dan tenaga, tapi tidak mendapat esensi dari haji mabrur.
Simak penjelasan lengkap UAH agar jemaah 'benar-benar' menjadi haji mabrur.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Makna Haji Mabrur Menurut UAH
Mabrur adalah predikat haji yang diinginkan umat Islam saat melaksanakan Rukun Islam kelima. Pahala haji mabrur adalah surga. Demikian dikatakan UAH.
UAH menjelaskan, mabrur berasal dari kata al-Birru, artinya kebaikan yang terlahir setelah mampu menepikan sifat-sifat yang tidak baiknya. Karena itu, jemaah haji merenung, mengintrospeksi, dan berkontemplasi di Arafah untuk mencoba memperbaiki diri dengan mengenal Allah lebih dekat dan mengenal diri sendiri sehingga mampu menjadi lebih baik dan lebih dekat dengan Allah SWT.
“Di Muzdalifah pun demikian, merenungkan berkomitmen untuk melepaskan semua sifat buruk itu sehingga dilempari di jamarat yang telah dilakukan itu, baik Aqabah, Ula ataupun Wustho. Puncaknya di Muna. Disebut dengan Muna karena kita berharap menjadi pribadi lebih baik lagi setelah merenung dua sampai tiga hari,” ujarnya, dikutip dari YouTube Adi Hidayat Official, Jumat (21/6/2024).
“Di hari pertama kita menemukan faktor yang menyebabkan saya kurang baik, kurang dekat dengan Allah. Maka dilontar itu, dijauhkan itu dengan harapan sirna dan punahlah semua sifat-sifat yang tidak baik itu,” lanjutnya.
Setelah rangkaian itu, maka selanjutnya adalah tawaf ifadah. Pada rangkaian ini jemaah haji bertakwa dan bersyukur kepada Allah karena telah diberikan kekuatan sehingga mampu melepaskan sifat-sifat yang kurang baik dan terjadilah perubahan pada diri kita.
“Sifat yang muncul berubah baik setelah buruknya tanggal, solehnya muncul. Salahnya hilang. Itulah birrun. Ketika melekat pada diri kita, maka berubah dari kata birrun menjadi mabrur. Itulah yang disebut dengan haji mabrur. Haji yang mampu mengubah karakter, sifat, dan sikap menjadi lebih baik dari sebelum dia berhaji,” tambahnya.
Advertisement
Pastikan Bawa Nilai-Nilai Kemuliaan dan Perubahan Karakter
Karena beberapa hal di atas, UAH berpesan agar jemaah haji memastikan saat pulang ke Tanah Air bahwa nilai-nilai kemuliaan itu telah dicapai. Perubahan karakter itu telah menjadi lebih baik.
UAH menyayangkan apabila investasi yang tinggi, perjuangan harta benda, fisik, air mata, dan segala hal yang telah diperjuangkan itu tidak bernilai karena tidak ada perubahan kebaikan kembali.
“Sangat disayangkan bila investasi yang tinggi, perjuangan harta benda, fisik, air mata, dan segala hal yang telah diperjuangkan itu tidak bernilai karena tidak ada perubahan kebaikan ketika kembali,” pungkasnya.