Belum lagi menyentuh ujung landasan, pesawat Lion Air Boeing 737-800 rute Bandung-Bali terhempas ke laut, Sabtu petang, 13 April 2013 lalu. Badan pesawat pecah menjadi dua, untung saja, 108 penumpang dan kru pesawat selamat, meski beberapa di antaranya mengalami cedera.
Detik-detik jatuhnya pesawat Lion Air masih lekat dalam ingatan Jean Grandy, pebisnis asal Prancis. Ia mengatakan ada "fenomena aneh" yang terjadi saat itu: hujan badai tiba-tiba mengguyur, membuat langit terlihat gelap seperti malam hari.
"Pendekatan terakhir (sebelum mendarat) sebetulnya baik-baik saja," kata dia seperti dimuat News.com.au, Selasa (16/4/2013). Ia menambahkan, gerak pesawat terasa halus.
Pria 49 tahun tersebut membeberkan, pesawat bahkan tak mempercepat geraknya. "Hanya tinggal beberapa meter untuk mencapai landasan," kata dia.
Lalu, sesuatu yang tak diduga terjadi. "Tiba-tiba awan gelap menyelimuti kami. Hujan deras menerpa pesawat, namun hanya berlangsung dua sampai tiga menit."
Kegelapan seketika terasa menyelimuti langit. "Terasa seperti di malam hari. Padahal, Matahari sesaat sebelumnya bersinar terang," kata Jean Grandy.
Testimoni Jean Grandy mendukung gagasan yang diajukan sejumlah analis, soal kemungkinan cuaca buruk -- selain dugaan kesalahan pilot atau dugaan masalah pada pesawat Boeing 737-800. Meski demikian hingga berita ini diturunkan, belum ada kesimpulan soal penyebab kecelakaan. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih melakukan penyelidikan.
Jean Grandy, yang punya pabrik sepatu dan tinggal di Bandung itu menambahkan, pesawat sempat berputar ketika salah satu mesinnya mati, sebelum menghantam air.
Ia duduk nyaris tepat di bagian pesawat yang pecah. Meski panik ia sempat membantu seorang bocah laki-laki keluar dari pesawat, lalu bolak-balik untuk membantu penumpang lain sampai petugas penyelamat tiba.
"Para kru bertindak luar biasa. Mereka bertanggung jawab dan baru pergi dari pesawat setelah semua orang keluar," kata dia.
Ia mengaku, tak obyektif untuk berpikir (kru) pesawat lain akan melakukan lebih baik dalam situasi seperti itu. "Itu fenomena yang luar biasa. Hujan turun dengan deras."
Meski mengalami kejadian yang traumatis, Jean Grandy mengaku tak kapok menggunakan jasa Lion Air. Rabu besok ia berencana menggunakan maskapai tersebut untuk terbang dari Bali menuju Jakarta.
Soal cuaca yang tak bagus. Sebelumnya, Ben Panangian, pacar Schapelle Corby, yang jadi saksi detik-detik jatuhnya Lion Air mengaku, awan tebal menggantung di langit saat itu, angin bertiup sangat kencang. "
Kala itu, Ben dan rekan-rekannya melihat hal yang tak biasa. "Lalu terlihat percikan besar, disusul gelombang. Biasanya tak ada gelombang di sini, namun kecelakaan itu menimbulkan gelombang tinggi," kata dia. (Ein)
Detik-detik jatuhnya pesawat Lion Air masih lekat dalam ingatan Jean Grandy, pebisnis asal Prancis. Ia mengatakan ada "fenomena aneh" yang terjadi saat itu: hujan badai tiba-tiba mengguyur, membuat langit terlihat gelap seperti malam hari.
"Pendekatan terakhir (sebelum mendarat) sebetulnya baik-baik saja," kata dia seperti dimuat News.com.au, Selasa (16/4/2013). Ia menambahkan, gerak pesawat terasa halus.
Pria 49 tahun tersebut membeberkan, pesawat bahkan tak mempercepat geraknya. "Hanya tinggal beberapa meter untuk mencapai landasan," kata dia.
Lalu, sesuatu yang tak diduga terjadi. "Tiba-tiba awan gelap menyelimuti kami. Hujan deras menerpa pesawat, namun hanya berlangsung dua sampai tiga menit."
Kegelapan seketika terasa menyelimuti langit. "Terasa seperti di malam hari. Padahal, Matahari sesaat sebelumnya bersinar terang," kata Jean Grandy.
Testimoni Jean Grandy mendukung gagasan yang diajukan sejumlah analis, soal kemungkinan cuaca buruk -- selain dugaan kesalahan pilot atau dugaan masalah pada pesawat Boeing 737-800. Meski demikian hingga berita ini diturunkan, belum ada kesimpulan soal penyebab kecelakaan. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih melakukan penyelidikan.
Jean Grandy, yang punya pabrik sepatu dan tinggal di Bandung itu menambahkan, pesawat sempat berputar ketika salah satu mesinnya mati, sebelum menghantam air.
Ia duduk nyaris tepat di bagian pesawat yang pecah. Meski panik ia sempat membantu seorang bocah laki-laki keluar dari pesawat, lalu bolak-balik untuk membantu penumpang lain sampai petugas penyelamat tiba.
"Para kru bertindak luar biasa. Mereka bertanggung jawab dan baru pergi dari pesawat setelah semua orang keluar," kata dia.
Ia mengaku, tak obyektif untuk berpikir (kru) pesawat lain akan melakukan lebih baik dalam situasi seperti itu. "Itu fenomena yang luar biasa. Hujan turun dengan deras."
Meski mengalami kejadian yang traumatis, Jean Grandy mengaku tak kapok menggunakan jasa Lion Air. Rabu besok ia berencana menggunakan maskapai tersebut untuk terbang dari Bali menuju Jakarta.
Soal cuaca yang tak bagus. Sebelumnya, Ben Panangian, pacar Schapelle Corby, yang jadi saksi detik-detik jatuhnya Lion Air mengaku, awan tebal menggantung di langit saat itu, angin bertiup sangat kencang. "
Kala itu, Ben dan rekan-rekannya melihat hal yang tak biasa. "Lalu terlihat percikan besar, disusul gelombang. Biasanya tak ada gelombang di sini, namun kecelakaan itu menimbulkan gelombang tinggi," kata dia. (Ein)