Liputan6.com, Jakarta Ada hal yang bisa diuapayakan untuk mencegah anak mengalami kekerasan seksual. Peran orangtua dalam menciptakan lingkungan aman berperan besar mencegah anak mengalami hal yang tidak diinginkan itu.
“Peran orangtua sangat besar, jadilah pendengar yang baik, usahakan jadi sahabat anak," kata Anggota Satgas Perlindungan Anak PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Meita Dhamayanti, Sp.A(K), M.Kes.
Advertisement
Meita juga memahami situasi saat ini di mana orangtua sibuk bekerja memang jadi tantangan tapi ayah dan ibu bisa menciptakan waktu berkualitas dengan buah hati. Saat waktu yang berkualitas dimana hanya dicurahkan untuk anak, bisa membuat ikatan keduanya menjadi kuat.
Meita mengatakan ada tujuh hal yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah anak mengalami kekerasan seksual baik fisik, verbal maupun nonverbal:
Pertama dimulai dari menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih. Orangtua perlu menyediakan lingkungan yang aman dan penuh kasih bagi anak-anak. Sehingga anak merasa dicintai, dihargai, merasa dilindungi serta membangun harga diri dan kepercayaan diri anak untuk menolak pelecehan.
Kedua, menjalin komunikasi yang terbuka dan jujur dengan anak-anak. Bisa dengan mendorong anak untuk membicarakan segala kekhawatiran atau masalah yang mereka miliki, termasuk pelecehan seksual seperti mengutip Antara.
Pendidikan Seks Sesuai Usia
Ketiga, orang tua dapat memberikan pendidikan seks yang sesuai dengan usia anak. Pemberian edukasi harus ditujukan sebagai bentuk berbagi pengetahuan dan membangun keterampilan untuk melindungi diri anak sesuai dengan keperluannya.
“Ajarkan cara mengidentifikasi situasi yang berbahaya, menolak pendekatan pelaku dan mencari bantuan ketika diperlukan,” katanya.
Keempat, orangtua perlu menetapkan batasan seksual yang sehat dan penting untuk mendapatkan persetujuan dari anak terlebih dahulu. Orangtua juga harus menekankan bahwa tidak ada yang berhak menyentuh atau membuat mereka merasa tidak nyaman tanpa izin mereka.
Advertisement
Pantau Anak dan Awasi Anak
Kelima, memantau dan mengawasi anak-anak mereka dengan cermat. Terutama di hadapan orang dewasa yang tidak dikenal atau di tempat umum.
“Keenam, yang harus kita lakukan sebagai orangtua yaitu mendukung program pelecehan seksual di sekolah dan organisasi berbasis masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mencegah pelecehan seksual,” ucap Meita.
Ketujuh mendorong anak-anak untuk selalu sadar akan situasi di area sekitarnya. Anak harus bisa mempercayai instingnya dan mencari bantuan ketika diperlukan. Untuk melatih hal ini orangtua bisa melibatkan dan mengajarkan cara mengidentifikasi atau menghindari situasi yang tidak aman.
Kasus Kekerasan Seksual pada Anak
Dalam catatan IDAI periode 1 Januari hingga 27 September 2023, kasus kekerasan seksual paling banyak dilaporkan oleh korban yang berusia remaja atau pada rentang usia 13-17 tahun.
Kemudian diikuti dengan kelompok usia 25-44 tahun dan 6-12 tahun.
Mengenai lokasi kejadian kekerasan seksual yang dialami anak ada di rumah, di transportasi umum maupun fasilitas publik lainnya.
Pelakunya juga datang dari siapa saja seperti orang tua, tokoh adat, teman sebaya sampai orang yang tidak dikenal oleh anak.
Menurut Meita, kejadian tersebut harus dijadikan kewaspadaan oleh seluruh pihak karena kekerasan seksual merupakan kejahatan yang menyebabkan anak mengalami luka dan trauma mendalam. Keterlibatan banyak pihak amat penting untuk menekan kasus kekerasan seksual pada anak.
Advertisement