35 Calon Emiten Antre di Pipeline IPO BEI hingga 21 Juni 2024

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 35 perusahaan yang siap debut di Bursa

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 23 Jun 2024, 14:15 WIB
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Adapun hingga 21 Juni 2024, terdapat 25 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO itu sebesar Rp 3,95 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 35 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.

"Hingga saat ini, terdapat 35 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Minggu (23/6/2024).

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 8 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 21 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 6 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 2 Perusahaan dari sektor basic materials

• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 11 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor energy

• 1 Perusahaan dari sektor financials

• 3 Perusahaan dari sektor healthcare

• 4 Perusahaan dari sektor industrials

• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 2 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 4 Perusahaan dari sektor technology

• 2 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

 

Pipeline Obligasi

Bersamaan dengan itu, Bursa mencatat 46 emisi dari 34 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline obligasi. Saat ini, telah diterbitkan 47 emisi dari 31 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 50,3 triliun.

Lebih lanjut, berikut klasifikasi sektor penerbitan obligasi:

• 3 Perusahaan dari sektor basic materials

• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 2 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 1 Perusahaan dari sektor energy

• 16 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 2 Perusahaan dari sektor industrials

• 6 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 1 Perusahaan dari sektor technology

• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic


Pipeline Rights Issue

Aktivitas pekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun untuk aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, masih terdapat 24 perusahaan tercatat dalam pipeline.

Adapun per 21 Juni 2024, telah terdapat 10 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 30,71 Triliun. Selanjutnya, 24 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:

• 1 Perusahaan dari sektor basic materials

• 8 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 4 Perusahaan dari sektor energy

• 5 Perusahaan dari sektor financials

• 0 Perusahaan dari sektor healthcare

• 0 Perusahaan dari sektor industrials

• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 0 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic

 

 


Kinerja IHSG Sepekan

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpampang di Jakarta, Kamis (10/10/2019). Dari 10 sektor pembentuk IHSG, lima sektor saham berada di zona merah. Pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melambung pada 19-21 Juni 2024. Analis menilai penguatan IHSG didorong neraca perdagangan pada Mei dan suku bunga acuan yang bertahan di 6,25 persen.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (22/6/2024), IHSG melonjak 2,16 persen ke posisi 6.879,97 dari pekan lalu di psosii 6.734,83. Kapitalisasi pasar juga melambung 2,03 persen menjadi Rp 11.719 triliun dari Rp 11.486 triliun pada pekan lalu.

Rata-rata frekuensi transaksi selama sepekan melambung 0,76 persen menjadi 909 ribu kali transaksi dari 902 ribu kali transaksi pada pekan lalu. Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian merosot 6,67 persen menjadi 23,62 miliar saham dari 25,31 miliar saham pada pekan lalu.

Di sisi lain, rata-rata nilai transaksi harian terbang 43,38 persen menjadi Rp 15,17 triliun dari Rp 10,58 triliun pada penutupan pekan lalu. Pada pekan ini, investor asing membeli saham Rp 333,5 miliar.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG selama sepekan ini dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang masih cenderung melemah. “Di sisi lain, pada pekan ini terdapat rilis data neraca perdagangan Indonesia dan suku bunga BI yang masih ditahan pada angka 6,25 persen,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.

Untuk sepekan ke depan, Herditya perkirakan IHSG masih berpeluang menguat, meskipun diperkirakan dalam jangka pendek akan terkoreksi dahulu, dengan support 6.736 dan resistance 6.977.

 “Dengan sentimen yang kami perkirakan masih akan dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar Rupiah, harga komoditas dan pada pekan depan akan ada rilis data GDP Growth AS kuartalan,” ujar dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya