Liputan6.com, Paris - Menurut laporan pemantauan dari Kota Paris, tingkat kontaminasi di Sungai Seine masih belum sepenuhnya aman bagi para atlet Olimpiade untuk bertanding. Adapun waktu yang tersisa jelang pertandingan tersebut sekitar satu bulan.
Laporan tersebut mengindikasikan bahwa kadar bakteri E. coli yang merupakan indikator adanya kotoran meningkat dalam sampel air yang dikumpulkan di berbagai lokasi sepanjang Sungai Seine antara tanggal 10 hingga 16 Juni 2024.
Advertisement
Selama Olimpiade, Paris berencana untuk menggelar kompetisi renang maraton dan triathlon di Sungai Seine. Menurut laporan The Associated Press, acara pertama yang akan diselenggarakan adalah triathlon (triatlon) putra pada tanggal 30 Juli.
Mengutip dari Nbc News, Minguu, (23/6/2024), Paris diketahui mengalokasikan sekitar 1,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp24,716 miliar untuk membersihkan sistem saluran pembuangan kota yang sudah ada sejak lama dan terhubung ke sungai lalu membuang limbah saat hujan lebat.
Meskipun demikian, laporan terbaru menunjukkan bahwa upaya pembersihan tersebut mungkin tidak akan cukup.
Pihak Komite Olimpiade Internasional dan Paris 2024 atau Olimpiade Paris 2024, yang merupakan kelompok penyelenggara lokal sejauh ini belum berkomentar.
Tahun lalu, uji coba triatlon dan renang maraton di Sungai Seine, yang diselenggarakan untuk memastikan kelancaran kompetisi Olimpiade Paris, harus dibatalkan setelah sungai gagal dalam uji polusi pada bulan Agustus.
Air yang Kotor dapat Menyebabkan Penyakit
Faktor cuaca memainkan peran penting dalam tingkat polusi di Sungai Seine. Laporan terbaru menunjukkan bahwa curah hujan yang tinggi pada bulan Mei dan hujan belakangan ini telah menyebabkan penurunan signifikan dalam kualitas air sungai.
Selain itu, laporan tersebut juga mencatat bahwa tidak ada hari yang cerah atau periode dengan aliran air yang lebih rendah, yang dapat membantu mengurangi jumlah bakteri.
"Matahari memang menonaktifkan bakteri," kata Helena Solo-Gabriele, seorang profesor di departemen teknik kimia, lingkungan dan material di Universitas Miami.
Tingkat kotoran yang tidak aman di air tempat para atlet akan berenang dapat menyebabkan penyakit pencernaan, tambah Solo-Gabriele.
Kondisi di Sungai Seine telah menjadi sorotan selama berbulan-bulan. Lembaga nirlaba Surfrider Foundation Europe merilis hasil independen dari tes selama enam bulan dan menemukan bahwa hampir semua sampel tidak memenuhi standar yang diizinkan, yaitu mengandung E. coli dan enterococci, dua jenis bakteri yang biasanya diuji oleh para ilmuwan sebagai pengukur kandungan tinja.
"Bakteri yang tinggi berarti ada terlalu banyak kotoran di dalam air dan kotoran membawa kuman yang membuat orang sakit," kata Daniel Nidzgorski, seorang ahli ekologi yang memantau kualitas air untuk King County di negara bagian Washington.
Advertisement
Paris Bukan Satu-Satunya
Selain itu, Daniel menambahkan, "Banyak orang tidak menyadari bahwa sebagian besar jenis E.coli tidak berbahaya dan penelitian membuktikan bahwa rawat inap karena penyakit yang berhubungan dengan renang jarang terjadi," jelasnya.
Wali Kota Paris, Anne Hidalgo dan Presiden Prancis Emmanuel Macron telah berjanji untuk berenang di perairan Seine untuk membuktikan kebersihannya, namun hal itu belum terjadi.
Paris bukanlah kota pertama yang menghadapi masalah bakteri saat menjadi tuan rumah Olimpiade.
Menjelang Olimpiade 2016, analisis Associated Press menemukan bahwa di lokasi Olimpiade di Rio de Janeiro, tingkat virus dan bakteri dari kontaminasi tinja mencapai 1,7 juta kali lipat dari tingkat yang dianggap aman di beberapa pantai di Amerika Serikat.
Memenuhi Standar Internasional
Para pejabat dari pemerintah Brasil dan IOC International Olympic Committee atau Komite Olimpiade Internasional mengakui bahwa perairan tersebut terkontaminasi, namun ia juga mengatakan bahwa lokasi-lokasi tempat para atlet akan bertanding telah memenuhi standar World Health Organization (WHO), sebagaimana dilaporkan oleh The New York Times.
"Wilayah perairan yang tercemar merupakan masalah yang umum terjadi pada daerah-daerah yang mengalami urbanisasi tanpa adanya sistem alami untuk mengencerkan bakteri," ujar Solo-Gabriele.
Para ahli menekankan bahwa Olimpiade memberikan perhatian khusus pada tantangan ini setiap empat tahun sekali.
"Semoga hal ini dapat meningkatkan kesadaran akan masalah kontaminasi sungai yang harus ditangani sehari-hari, bukan hanya bagi para atlet Olimpiade," kata Karen Levy, seorang profesor di Departemen Ilmu Kesehatan Lingkungan dan Pekerjaan di Universitas Washington.
Advertisement