1.301 Jemaah Haji Tahun Ini Meninggal, Mayoritas Akibat Panas Ekstrem dan Kelelahan

Ibadah haji tahun ini bertepatan dengan gelombang panas ekstrem.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Jun 2024, 15:00 WIB
Jemaah haji Indonesia sudah mulai berdatangan di Kota Makkah. Mereka disambut dengan cuaca panas yang mencapai suhu 30-45 derajat Celsius. (FOTO; MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Liputan6.com, Riyadh - Jumlah jemaah yang meninggal dalam ibadah haji tahun ini mencapai 1.301 orang. Demikian disampaikan oleh Menteri Kesehatan Arab Saudi Fahad Al-Jalajel, Minggu (23/6/24).

Fahad menyebut bahwa kematian tersebut disebabkan oleh para jemaah yang menempuh perjalanan jauh langsung di bawah sinar matahari "tanpa tempat berlindung atau kenyamanan yang memadai".

Korban jiwa mencakup sejumlah orang lanjut usia (lansia) dan mereka yang menderita penyakit kronis.

"Sekitar 83 persen korban jiwa adalah orang-orang yang tidak diizinkan menunaikan ibadah haji," tamabahnya.

Terkait hal ini, seorang pejabat senior Saudi membela pengelolaan ibadah haji di kerajaan Teluk tersebut.

"Negara tidak gagal, tapi ada kesalahan penilaian di pihak masyarakat yang tidak menyadari risikonya," kata pejabat tersebut kepada AFP, seperti dilansir CNA, Senin (24/6).

Penghitungan AFP pada hari Jumat, yang mengumpulkan pernyataan resmi dan laporan dari diplomat yang terlibat dalam respons tersebut, menyebutkan jumlah korban jiwa mencapai 1.126 orang, di mana lebih dari separuhnya berasal dari Mesir.

Pejabat senior Saudi mengatakan pemerintah Saudi telah mengkonfirmasi 577 kematian dalam dua hari tersibuk ibadah haji yakni: Sabtu, ketika jamaah berkumpul untuk salat berjam-jam di bawah terik matahari di Gunung Arafat, dan Minggu, ketika mereka berpartisipasi dalam ritual "lempar jamrah" di Mina.

"Ini terjadi di tengah kondisi cuaca buruk dan suhu yang sangat ekstrem," kata pejabat tersebut.

Pejabat Saudi sebelumnya mengatakan 1,8 juta jemaah haji ikut ambil bagian tahun ini, jumlah yang sama dengan tahun lalu, di mana 1,6 juta datang dari luar negeri.


Gelombang Panas Ekstrem

Cuaca panas ekstrem di Padang Arafah mencapai 45 derajat Celcius. Selain semprotan kabut air yang tersedia di sejumlah tempat, hal ini membuat banyak jemaah haji menggunakan payung untuk melindungi diri dari teriknya sengatan sinar matahari saat wukuf. (AP Photo/Amr Nabil)

Ibadah haji tahun ini bertepatan dengan musim panas yang terik di Arab Saudi.

Menurut Pusat Meteorologi Nasional, suhu di Masjidil Haram, Mekah, mencapai 51,8 derajat Celcius pada Senin (24/6).

Jemaah haji yang tidak terdaftar tidak memiliki akses terhadap fasilitas yang dimaksudkan untuk membuat ibadah haji lebih nyaman, termasuk tenda ber-AC.

Peziarah Mesir, mayoritas korban tewas, yang tidak terdaftar mengatakan kepada AFP minggu ini bahwa dalam beberapa kasus mereka kesulitan mengakses rumah sakit atau memanggil ambulans, membuat beberapa di antaranya akhirnya meninggal.

 


Jemaah Haji Tak Resmi Tak Diprioritaskan Naik Bus

Jemaah haji diminta mewaspadai terjadinya heatstroke saat Armuzna. (Photo by Sajjad HUSSAIN / AFP)

Para jemaah juga mengatakan mereka tidak dapat mengakses bus resmi haji – satu-satunya transportasi di sekitar tempat suci – tanpa membayar biaya yang tidak tercatat dalam buku.

Hal tersebut membuat sejumlah orang terpaksa berjalan beberapa kilometer di bawah terik matahari, sehingga beberapa orang melaporkan melihat mayat-mayat tak bergerak di pinggir jalan dan jemaah haji pingsan karena kelelahan.

Pejabat senior Saudi mengatakan kepada AFP pada hari Jumat bahwa tidak ada larangan menyeluruh bagi jemaah haji yang tidak terdaftar menggunakan bus.

"Tidak ada larangan bagi mereka untuk menggunakan bus, namun bus ini dipersiapkan untuk jamaah haji terdaftar yang kami tahu akan datang," kata pejabat tersebut.

Infografis Cara Dapatkan Asuransi Jiwa dan Kecelakaan Jemaah Haji Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya