Liputan6.com, Jakarta - Satu lagi karya anak bangsa yang membanggakan Indonesia. Patung karya seniman Yogyakarta, Roby Dwi Antono, berdiri di Passeig Vara de Rey, jantung Kota Ibiza, Spanyol.
Mengutip keterangan di akun Instagram @canartibiza, Senin (24/6/2024), patung Roby dipamerkan sebagai bagian dari program pameran seni publik yang diselenggarakan sebagai rangkaian CAN Art Fair ke-3. Pameran seni itu diselenggarakan untuk menampilkan dan mempromosikan budaya dan praktik artistik di sekitar pulau.
Advertisement
Patung Roby yang berjudul Nalaka itu dipamerkan di Ibiza mulai dari 20 Juni hingga 9 September 2024. Menurut akun tersebut, patung itu mengeksplorasi hubungan manusia dengan waktu dan hukum alam.
"Itu mewakili ide tentang akumulasi tindakan dan pengalaman kita di masa lalu akan selalu menjadi akar dari kejadian di masa kini dan masa depan. Waktu akan berlalu dan hal-hal yang sepertinya sepele akan berdampak pada hidup kita nantinya," terang akun tersebut.
Sang seniman juga mengungkapkan perasaannya saat karyanya dipamerkan di salah satu tempat wisata terpopuler di Eropa. Ia mengaku patung tersebut merupakan impian yang menjadi nyata.
"Semoga, karya ini dapat membantu mengekspresikan emosi semua orang yang melihatnya. Apapun interpretasi Anda atas karya ini, aku senang hati mendengarnya dan menerimanya sepenuh hati," tulis Roby di akun Instagramnya, 21 Juni 2024.
Sejumlah warganet tak bisa menyembunyikan kebanggaan mereka. "Woah, bangga syekali. Ini bagus bgt, serius," komentar seorang warganet di kolom komentarnya.
"Terlalu kereen 🥹🥹🥹🖤🖤🖤," tulis warganet berbeda.
Suka Seni Lukis Sejak Kecil
Mengutip laman Almine Rech, Robby yang lahir pada 31 Oktober 1990 itu mengaku sudah mencintai seni rupa sejak kecil. Sebagai orang dengan kepribadian introvet, ia mengatakan komunikasi verbal bukanlah sesuatu yang dikuasainya.
Ia merasa beruntung kedua orangnya tidak keberatan dengan kebiasaannya mencorat-coret dinding dengan krayon. Kebiasaan tersebut masih dilakoninya sekarang dengan ia selalu membawa buku sketsa ke manapun pergi. Ia pun mengatakan tidak dapat berharap semua orang memahaminya lewat lukisan, tetapi yang terpenting bisa mengekspresikan dirinya.
"Memang benar karya-karya saya mengandung sekumpulan idiom yang sangat personal bagi saya. Saya selalu merasa lebih mudah untuk mengambil inspirasi dari pengalaman masa lalu saya karena hal itu membantu saya mendekati lukisan saya dengan perasaan yang sebenarnya. Karya saya ibarat cermin di mana saya melihat pantulan diri saya sendiri. Seringkali di sinilah saya mengkritik kehancuran diri saya di masa lalu serta memberikan harapan pada diri saya di masa depan," tulisnya dalam laman tersebut.
Advertisement
Pendekatan Seni Roby Dwi Antono
Roby menyebut karya seninya bergaya pop surealis, dengan kontradiksi dan absurditasnya terus menjadi pendekatannya menuju keseimbangan yang harmonis. Melansir laman Cast Foundation, Robby disebutkan lulus dari jurusan desain grafis di Sekolah Menengah Kejuruan Grafika Banyumanik, Jawa Tengah.
Roby tidak langsung terjun ke dunia seni, tetapi sempat bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan Yogyakarta. Dari situ, ia mulai mengeksplorasi penciptaan menggunakan komputer, lalu merambah karya lukisan di atas kanvas.
'Pilu Lalu' adalah pameran tunggal pertamanya yang diselenggarakan pada 2012 di Tirana Art House. Setelah pameran tunggal ini, Roby memutuskan untuk bekerja full-time sebagai seniman.
Selain berbagai pameran tunggal yang ia selenggarakan, karya Roby juga hadir di pameran mancanegara seperti Art Stage Singapore (Januari 2017), Art Fair Philippines (Februari 2017), Thinkspace Los Angeles (Februari 2020), dan Unit London (Desember 2020). Salah satu karyanya juga digunakan sebagai sampul album band asal Denmark, Sleep Party People.
Lelang Lukisan Maestro Indonesia
Dalam kesempatan terpisah, 147 karya seni sejumlah maestro Indonesia dilelang pada bulan ini melalui Auction Global. Dalam rilis yang diterima Tim Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu, lelang tersebut utamanya menargetkan para kolektor muda yang tertarik untuk mengoleksi karya para maestro.
Salah satu maestro yang dipromosikan adalah Affandi. Terdapat tiga karya yang dikurasi dengan tema berbeda-beda. Masing-masing memiliki ciri khas yang secara gamblang menampilkan gaya unik dan kedalaman emosi Affandi. Salah satunya berjudul Three Stray Dogs alias tiga anjing liar.
Lukisan itu terinspirasi dari pengamatannya pada Jimin, sopir Affandi, saat memberi makan sekawanan anjing liar di bawah pohon cendana di Bali. Anjing-anjing yang rakus melahap makanan dan berkelahi satu sama lain membuat Affandi penasaran. Dia tersentuh oleh adegan ini yang mencerminkan bagaimana orang sering bertindak serupa seperti anjing-anjing ini, berkelahi dan berkompetisi satu sama lain hingga merugikan mereka sendiri.
Fenomena alam anjing liar ini selalu menjadi tema yang berulang dalam karya-karya Affandi. Dieksekusi pada 1965, karya ini berasal dari koleksi pribadi Alex Papadimitriou.
Advertisement