Liputan6.com, Cilacap - Dalam khazanah Islam, khususnya dalam dunia tasawuf, nama waliyullah yang begitu masyhur ialah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, wali agung yang dijuluki sebagai sulthanul awliya atau Rajanya para wali.
Beliau lahir di kota Jilan atau Jailan pada tahun 470 H/1077 M. Nama kota kelahirannya tersebut akhirnya dinisbatkan untuk nama belakangnya menjadi ‘Al-Jailani’ atau ‘Al-Jilani.’
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan riwayat yang dinukil dalam kitab-kitab klasik, beliau masyhur merupakan waliyullah yang memiliki banyak sekali karomah.
Bahkan, karomah Syekh Abdul Qadir al-Jilani sudah terlihat tatkala dilahirkan. Pun demikian, banyak peristiwa ajaib yang mengiringi kelahirannya.
Berikut ini ulasannya.
Simak Video Pilihan Ini:
Peristiwa Ajaib Seputar Kelahiran Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani
Menukil laman kemenag.go.id, karomah atau tanda-tanda kewaliannya sudah tampak sejak lahir. Bahkan, pada malam kelahirannya pun ada karamah.
Pertama, sang ayah yang bernama Abu Shalih Musa Janaki bermimpi kedatangan Rasulullah saw. diiringi oleh para sahabatnya dan imam-imam mujtahid. Kala itu, beliau berpesan kepada ayahanda Abdul Qadir, “Wahai Abu Shalih, engkau akan dikaruniai anak laki-laki oleh Allah. Anak itu anak kesayanganku dan kesayangan Allah. Ia akan mendapat pangkat yang tinggi dalam kewalian sebagaimana aku dalam pangkat kenabian".
Kedua, selain Rasulullah saw., nabi-nabi yang lain juga turut menyampaikan kabar gembira kepada Abu Shalih bahwa dirinya akan mendapat karunia anak laki-laki yang akan menjadi Sulthanul Auliya. Dan semua wali dan imam-imam yang dimaksum berada di bawah putranya. Siapa pun wali yang tunduk kepadanya akan naik pangkat kewaliannya. Sebaliknya, wali yang tidak tunduk kepadanya akan dilepas oleh Allah dari kewaliannya.
Ketiga, tidak ada yang dilahirkan pada malam kelahiran Syekh Abdul Qadir di negara Jailan, kecuali semuanya laki-laki. Jumlahnya ada 1.100 dan semuanya menjadi wali agar menjadi pengiring kewalian Syekh Abdul Qadir.
Advertisement
Terdapat Bekas Telapak Kaki Rasulullah SAW
Keempat, Syekh Abdul Qadir sejak dilahirkan tidak mau menyusu kepada ibunya pada siang hari di bulan Ramadhan. Sementara menyusunya beralih kepada waktu berbuka puasa. Sebagian ulama menjelaskan bahwa sejak bayi, Syekh Abdul Qodir telah menjalankan puasa ramadhan.
Kelima, di pundak Syekh Abdul Qadir ada bekas telapak kaki Rasulullah saw. Itu tak lain merupakan bekas telapak kaki Rasulullah saw. saat akan naik ke atas buroq pada malam isra-mi’raj. (Lihat: Manaqib Syekh Abdul Qadir Basa Sunda, halaman 12).
Pada malam kelahirannya, juga terpancar cahaya yang sangat terang. Sehingga orang-orang yang menyaksikan tidak mampu menatapnya. Disebutkan pula, usia ibu Syekh Abdul Qadir saat itu adalah 60 tahun. Itu pun termasuk salah satu perkara luar biasa yang langka terjadi pada kebanyakan perempuan. Wallahu a’lam.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul