Aksi Boikot Produk Afiliasi Israel Ancam Pengusaha Restoran, Pemerintah Harus Apa?

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengklaim tidak ada restoran di Indonesia yang terlibat dengan Israel

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 25 Jun 2024, 11:45 WIB
Ilustrasi restoran halal, Zabihah (Unsplash/Santi Rahayu)

Liputan6.com, Jakarta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan bahwa boikot yang semakin meluas saat ini berpotensi merugikan industri restoran, termasuk para pekerja dan pemasok lokal.

Wakil Ketua PHRI Bidang Restoran, Emil Arifin, menyampaikan kekhawatirannya terhadap gerakan boikot yang menargetkan restoran yang dianggap terafiliasi dengan Israel.

“Boikot ini sebenarnya salah sasaran. Tidak ada produk Israel yang dijual di restoran-restoran kita. Semua produk yang digunakan adalah produk Indonesia, begitu juga dengan para pekerjanya,” kata Emil kepada wartawan, Selasa (25/6/2024).

Lebih lanjut, Emil menambahkan bahwa boikot yang salah alamat ini dapat berdampak serius pada pekerja dan pemasok lokal.

Industri restoran baru saja mulai pulih setelah terpukul keras oleh pandemi COVID-19, dan kini harus menghadapi tantangan tambahan dari gerakan boikot.

“Selama pandemi, penjualan restoran turun drastis. Tahun 2023 adalah masa pemulihan, namun belum selesai pemulihan sudah ditambah lagi dengan boikot. Ekonomi kita pada 2024 belum juga membaik,” ujarnya.

Minta Pemerintah Turun Tangan

PHRI juga meminta pemerintah untuk memberikan klarifikasi mengenai perusahaan dan produk yang benar-benar terafiliasi dengan Israel.

Tujuannya adalah untuk mencegah kebingungan dan kegaduhan di masyarakat. PHRI menekankan pentingnya dialog sosial antara pemerintah dan masyarakat untuk membahas isu ini.

“Ini penting agar masyarakat bisa memahami bahwa perusahaan-perusahaan multinasional di Indonesia menjalankan bisnisnya secara profesional,” kata Emil.

 


Tak Ada Restoran Indonesia Terlibat

Ilustrasi restoran. Photo by Sandra Seitamaa on Unsplash

Emil juga menekankan bahwa tidak ada restoran di Indonesia yang terlibat dengan Israel. Sebagian besar pekerja restoran adalah Muslim yang juga menunjukkan solidaritas terhadap Palestina.

“Namun, mereka tetap dicap negatif dan terkena boikot. Padahal mereka adalah pekerja yang berusaha mempertahankan industri ini selama pandemi COVID-19. Boikot ini justru menghambat upaya mereka untuk bertahan,” tambah Emil.

Dengan pernyataan ini, PHRI berharap masyarakat dapat lebih bijak dalam menyikapi isu boikot dan tidak terpengaruh oleh informasi yang tidak akurat.

Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah untuk menyelesaikan permasalahan ini demi kepentingan industri restoran dan pemasok lokal yang telah berkontribusi besar dalam ekonomi nasional.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya