USD Hari Ini Loyo, Rupiah Diramal Perkasa Rabu besok

Indeks dolar Amerika Serikat atau USD memasuki zona merah pada Selasa, 25 Juni 2024. Sedangkan rupiah mengalami penguatan tipis pada perdagangan hari ini. Bagaimana dengan besok?

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Jun 2024, 17:15 WIB
Rupiah ditutup menguat 19 poin dalam perdagangan Selasa sore (25/6/2024), walaupun sebelumnya sempat menguat 40 poin. Rupiah ditutup di level 16.375 per dolar AS, menguat dari penutupan sebelumnya di level 16.397 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat atau USD memasuki zona merah pada Selasa, 25 Juni 2024. USD melemah meski data inflasi AS yang positif di bulan Mei, namun data tersebut masih menunjukkan tekanan harga masih relatif tinggi.

"Indeks manajer pembelian yang kuat di bulan Juni juga memicu kekhawatiran bahwa kekuatan ekonomi AS akan mempertahankan suku bunga tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, dikutip Selasa (25/6/2024).

 Pekan ini, fokus pasar tertuju pada data indeks harga PCE yang dirilis Jumat besok, yang merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve.  Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan inflasi AS sedikit mereda namun tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2%.

Di Asia, para menteri negara China menjadi sorotan setelah dilaporkan terlibat dalam dialog dengan para pejabat Jerman mengenai potensi pengurangan atau bahkan pencabutan tarif, yang akan diberlakukan mulai Juli,

"Namun Kanada terlihat mempertimbangkan pembatasan impor kendaraan listrik China, dan Kanada bergabung dengan AS dan UE. Langkah seperti itu dapat memperburuk hubungan yang sudah tegang antara China dan negara-negara Barat," jelas Ibrahim.

Ia melihat, jekhawatiran terhadap China telah menjadi beban utama sentimen terhadap pasar Asia dalam beberapa sesi terakhir, terutama jika negara tersebut meningkatkan ketegangan perdagangan dengan negara-negara besar lainnya

Rupiah menguat pada Selasa, 25 Juni 2024

Rupiah ditutup menguat 19 poin dalam perdagangan Selasa sore (25/6/2024), walaupun sebelumnya sempat menguat 40 poin. Rupiah ditutup di level 16.375  per dolar AS, menguat dari penutupan sebelumnya di level 16.397 per dolar AS.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun diperkirakan ditutup menguat direntang 16.320 per dolar AS- 16.400 per dolar AS," Ibrahim memprediksi. 


Bank Dunia Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,1% di 2024-2026

Logo Bank Dunia.

Bank Dunia (World Bank) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stabil pada tahun depan dan tahun-tahun mendatang.

Proyeksi ini didorong oleh peningkatan belanja masyarakat, peningkatan investasi bisnis, dan permintaan konsumen yang stabil, Ibrahim meyoroti.

Lembaga keuangan internasional itu memproyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mencapai rata-rata 5,1% per tahun dari tahun 2024 hingga 2026.

Namun Bank Dunia juga mencatat, pertumbuhan rata-rata diperkirakan dapat dicapai meskipun ada tantangan dari meredanya lonjakan harga komoditas, peningkatan volatilitas harga pangan dan energi, dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik.

Sedangkan keberhasilan kinerja ekonomi Indonesia sebagian besar berkat kerangka kebijakan makroekonomi yang kuat dari pemerintah yang membantu menarik investasi.


BI Diramal Pangkas Suku Bunga Tahun Depan

Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Carolyn Turk saat berpidato dalam acara peluncuran laporan Economic Prospects Report Edisi Juni 2024 di Jakarta, Senin (24/5/2026). (Natasha)

Bank Dunia memperkirakan BI akan mulai menurunkan suku bunga tahun depan. Sementara itu, pemerintah meningkatkan belanja sosial dan investasi publik sementara pendapatan menurun karena meredanya lonjakan harga komoditas.

 Pada April 2024, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan ke 6,25%.

Kenaikan suku bunga terjadi saat bank sentral di negara-negara maju menunda penurunan suku bunga kebijakan, sehingga memicu keluarnya portofolio dan arus keluar investasi dan menyebabkan tekanan mata uang di Indonesia dan negara berkembang lainnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya