Dian Swastatika Sentosa Targetkan Laba Rp 11 Triliun pada 2024

Volume produksi batu bara DSSA meningkat 12 persen pada 2023 menjadi 56 juta ton dari sebelumnya 50 juta ton pada 2022. Sedangkan volume penjualan meningkat 11 persen menjadi 57 juta pon pada 2023, dibandingkan 51 juta ton pada 2022.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 25 Jun 2024, 21:00 WIB
Layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menargetkan laba sebesar USD 700 juta pada 2024 atau setara Rp 11,47 triliun (asumsi kurs Rp 16.385 per dolar AS). Direktur Dian Swastatika, Alex Sutanto menjelaskan target ini bergantung pada tren harga batu bara ke depan. 

“Target pendapatan dan laba tahun 2024, kurang lebih USD 3,1 miliar pendapatan dan laba di sekitar USD 700 juta,” kata Alex dalam dalam Public Expose DSSA, Selasa (25/6/2024). 

Pada 2023, DSSA berhasil mencatatkan laba USD 865 juta. Sektor bisnis DSSA pada batu bara sepanjang 2023 mengalami peningkatan dari sisi produksi dan volume penjualan. 

Volume produksi batu bara DSSA meningkat 12 persen pada 2023 menjadi 56 juta ton dari sebelumnya 50 juta ton pada 2022. Sedangkan volume penjualan meningkat 11 persen menjadi 57 juta pon pada 2023, dibandingkan 51 juta ton pada 2022.

Meskipun volume produksi dan penjualan meningkat pada 2023, tetapi pendapatan justru menurun 18 persen menjadi USD 4,67 miliar dibandingkan 2022 sebesar USD 5,68 miliar. 

“Meskipun volume meningkat tidak mendorong terjadinya peningkatan pendapatan karena adanya tren penurunan harga batu bara pads 2023,” pungkas Alex.

Stock Split

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) menyetujui untuk melakukan stock split dengan rasio 1:10.

Direktur Dian Swastatika Sentosa, Daniel Cahya menjelaskan perseroan telah mengajukan permintaan pemecahan saham kepada BEI pada 17 Mei 2024 dan melakukan RUPSLB untuk persetujuan pemegang saham untuk melakukan pemecahan saham pada 25 Juni 2024.

“Stock split dengan rasio 1:10 sesuai pertimbangan dari BEI. Kita mengharapkan rasio lebih tinggi agar lebih terjangkau, tetapi persetujuan yang didapatkan 1:10,” jelas Daniel.

Adapun setelah persetujuan RUPS, Daniel menjelaskan stock split akan mulak efektif kemungkinan pada pertengahan Juli 2024.

 


Peningkatan Harga Saham

Pekerja beraktivitas di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Sebelumnya, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus level 5.600 pada penutupan perdagangan pertama bulan ini, Senin (3/4/2017). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Aksi stock split, saham DSSA tercatat sebanyak 770.552.320, termasuk saham treasuri sebesar 154.105.327. Nantinya, setelah pelaksanaan stock split, jumlah saham DSSA yang tercatat menjadi 7.705.523.200, dengan saham treasuri mencapai 1.541.053.270.

Harga saham DSSA telah meningkat dari Rp 77.000 per lembar pada awal 2024 menjadi Rp 240.000 per lembar per 21 Juni 2024 atau setara dengan 311.7%. Adapun volume perdagangan saham DSSA meningkat, dari sebesar 100.800 lembar saham pada kuartal 1 2024, menjadi 1.358.400 lembar saham pada periode 1 April – 21 Juni 2024.

Terkait kenaikan harga saham ini, Daniel menuturkan harga pasar saham dapat dipengaruhi oleh mekanisme pasar yang cenderung bereaksi terhadap berbagai informasi dan perkembangan pasar yang kompleks.

Meskipun begitu, menurut Daniel kemungkinan ada beberapa aksi korporasi yang turut mendorong gerak harga saham DSSA, seperti aksi pembelian kembali saham atau buy back, rencana stock split saham, hingga penerbitan obligasi dan sukuk berkelanjutkan.

“Ketersediaan saham yang lebih sedikit ini meningkatkan nilai relatif dari setiap saham yang tersedia. Berkurangnya pemegang saham yang mau melakukan transaksi penjualan, karena telah dilakukan pembelian kembali saham perseroan sebanyak 19,99%. dan pembelian kembali saham memberikan sinyal kepada pasar bahwa manajemen Perseroan percaya pada prospek jangka panjang Perseroan,” jelas Daniel.

Menurut Daniel hal ini yang meningkatkan kepercayaan investor dan mendorong minat beli, yang mendorong peningkatan harga saham lebih lanjut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya