Protes Penyelenggaraan Olimpiade, Warga Paris Ancam Buang Air Besar di Sungai Seine

Sungai Seine direncanakan menjadi salah satu venue untuk dua cabang olahraga yang akan dikompetisikan di Olimpiade Paris 2024. Hingga kini kondisinya masih tidak aman.

oleh Rusmia Nely diperbarui 27 Jun 2024, 04:00 WIB
Pandangan umum dari Katedral Notre Dame tercermin di sungai Seine pada malam hari selama penerapan lockdown atau penguncian wilayah di Paris, 23 April 2020. Pandemi corona COVID-19 membuat Prancis menerapkan lockdown. (Ludovic MARIN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Olimpiade Paris 2024 sudah di depan mata dan direncanakan akan dibuka pada 26 Juli 2024. Kegiatan yang menjadi pesta olahraga sejagad tersebut nyatanya datang dengan penolakan, bahkan dari warga Paris sendiri.

Dikutip dari Sky News, Rabu (26/06/2024), warga Paris mengancam akan buang air besar di Sungai Seine sebagai protes menjelang Olimpiade. Masyarakat marah sebab pemerintah dianggap mengorbankan anggaran pembersihan sungai demi Olimpiade.

Mereka pun berunjuk rasa dengan tagar #JeChieDansLaSeineLe23Juin, yang diterjemahkan menjadi "Saya buang air besar di Sungai Seine pada tanggal 23 Juni". Minggu, 23 Juni 2024,  seharusnya menjadi tanggal Wali Kota Paris, Anne Hidalgo berenang di Sungai Seine untuk membuktikan bahwa airnya cukup bersih bagi para atlet Olimpiade.

Namun, dia menunda kegiatan tersebut sampai setelah pemilu Perancis pada Juli ini. Presiden Emmanuel Macron juga berjanji untuk berenang di Sungai Seine sebelum Olimpiade, namun belum memastikan kapan.

Sebuah situs web telah dibuat dengan slogan, "Mereka telah menjerumuskan kita ke dalam masalah, sekarang giliran mereka untuk menceburkan diri ke dalam masalah kita."

Pemrogram anonim di balik situs web tersebut mengatakan kepada outlet berita Actu Paris soal alasan masyarakat sangat marah terhadap pemerintah.

"Masalahnya adalah seluruh sumber daya yang telah diinvestasikan belum bisa menyelesaikan seluruh permasalahan sosial yang kita hadapi saat ini," ujarnya. Ia menambahkan, "Kami merasa ditinggalkan. Kami melihat di mana prioritas mereka."


Warga Paris Merasa Dikesampingkan untuk Kepentingan Olimpiade

Struktur cincin yang terbuat dari baja Prancis yang didaur ulang ini akan dipajang di sisi selatan landmark berusia 135 tahun di pusat kota Paris, menghadap ke Sungai Seine. (AP Photo/Thomas Padilla)

Dilaporkan lebih dari 1,4 miliar euro atau setara dengan Rp24,6 triliun telah dihabiskan untuk membuat air di Sungai Seine cukup aman untuk berenang karena acara triathlon dan renang perairan terbuka Olimpiade dijadwalkan akan berlangsung di sungai.

Sebuah laporan yang diterbitkan pada Jumat, 21 Juni 2024 menunjukkan air masih terlalu kotor untuk berenang dan hanya tersisa lima minggu sebelum acara triathlon pertama diselenggarakan. Sampel air menunjukkan tingginya angka dua jenis bakteri tinja, termasuk E.coli, dan tidak memenuhi standar yang ditetapkan untuk Olimpiade tersebut, kata Prefek Wilayah Paris, Marc Guillaume.

Masyarakat merasa frustrasi karena begitu banyak uang yang diinvestasikan untuk operasi pembersihan, sementara isu-isu sosial lainnya terabaikan. Dampak dari Olimpiade terbukti kontroversial.

Warga Paris menghadapi kenaikan biaya transportasi selama Olimpiade dan tempat tinggal tunawisma telah ditertibkan, sehingga memicu tuduhan bahwa Prancis berusaha "menyembunyikan kemiskinan" dari seluruh dunia. Dilaporkan pula bahwa para pelajar telah dipindahkan untuk memberi jalan bagi para pekerja Olimpiade.

Jadi, akankah masyarakat Paris benar-benar melancarkan protes dengan buang air besar? Pemrogram situs web tersebut mengatakan, meskipun awalnya ini hanya sebuah lelucon, orang-orang dapat menindaklanjutinya secara bersama-sama tanpa terkecuali, sebutnya.


Olimpiade Paris 2024 Siapkan Ranjang Anti-Seks Berbahan Kardus

Benarkah sebagai tempat tidur anti seks untuk menghidari hubungan intim antar atlet?

Tampaknya tidak akan ada atlet yang bisa 'nakal' selama Olimpiade Paris 2024 berlangsung. Dikutip dari The New York Post, Rabu, 15 Mei 2024, ranjang anti-seks telah tiba di Paris menjelang ajang olahraga empat tahunan itu dengan bahan dan ukurannya yang kecil.

Dengan ukuran twin size, ranjang ini membuat atlet tidak bisa tidur bersama dengan orang lain. Ranjang tersebut dibuat oleh perusahaan Airweave, yang juga membuat produk sama untuk Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang.

Menurut laporan Inside the Games, sustainability atau keberlanjutan jadi alasan pejabat Olimpiade untuk mengembalikan ranjang anti-seks tersebut ke tengah kompetisi. Kerangka ranjang terbuat dari bahan kardus yang dapat didaur ulang.

"Saya berharap upaya Paris 2024 untuk mengurangi dampaknya akan menunjukkan bahwa kita bisa melakukan berbagai hal secara berbeda," kata Georgina Grenon, Direktur Keunggulan Lingkungan Panitia Penyelenggara Olimpiade Paris 2024, dalam sebuah publikasi.

Namun, sepertinya tempat tidur karton tidak akan menghentikan para atlet Olimpiade yang sedang bernafsu untuk beraktivitas seksual. Pasalnya, salah seorang atlet pernah mengklaim bahwa pesta seks di bak mandi air panas menjadi salah satu pilihan di tengah Olimpiade.

 


Rekam Jejak Atlet dan Seks di Tengah Kompetisi

Ilustrasi atlet Olimpiade perempuan mengatur menstruasi mereka/unsplash Matt

Sudah lama cerita tentang seks liar yang terjadi di kalangan atlet Olimpiade beredar di media. Misalnya, pemain tenis meja Matthew Syed pernah mengatakan kepada Times of London bahwa dia mengalami masa-masa yang 'liar' pada pertandingan pada 1992 di Barcelona, Spanyol. Syed mengatakan, "Saya lebih sering bercinta dalam dua setengah minggu itu dibandingkan sisa hidup saya."

The Mirror juga mengutip pernyataan peraih dua kali medali emas Amerika Serikat, "Saya pernah melihat orang-orang berhubungan seks di tempat terbuka. Di rumput, di antara gedung-gedung, orang-orang terjatuh dan kotor."

Pada Olimpiade 2012 di London, seorang atlet yang tidak disebutkan namanya mengaku melakukan aktivitas seksual berempat dengan rekan satu tim pria dan dua wanita di Olympic Village, menurut Mirror. Pada 2016, Olimpiade Rio de Janeiro 2016 memecahkan rekor dengan 450 ribu kondom yang dipesan untuk kebutuhan para atlet.

Ada 10.500 atlet yang ikut serta pada olimpiade di Brazil tersebut, yang artinya rata-rata seorang atlet menggunakan 42 kondom. Rekor ini mengalahkan sejarah sebelumnya di Olimpiade London 2012 dengan ada 150 ribu kondom yang dialokasikan.

Infografis Atlet Wanita olimpiade (Liputan6.com/Trie yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya