29 Juni 2020: Tabrakan 2 Feri di Bangladesh Picu 1 Kapal Tenggelam, 30 Orang Tewas dan Belasan Penumpang Hilang

Kapal feri tersebut, yang berangkat dari distrik Munshiganj tengah, tenggelam saat hendak berlabuh di Sadarghat, suatu pelabuhan sungai utama Dhaka yang digunakan oleh ratusan kapal untuk bepergian ke selatan negara itu.

oleh Najma Ramadhanya diperbarui 29 Jun 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi kapal feri (Unsplash/Jaakko Kemppainen)

Liputan6.com, Dhaka - Pejabat mengatakan setidaknya 30 orang tewas dan belasan hilang akibat sebuah kapal feri terbalik dan tenggelam di ibu kota Bangladesh, Dhaka, setelah menabrak kapal lain pada 29 Juni 2020, empat tahun lalu.

Kapal Morning Bird tersebut ditabrak dari belakang oleh kapal feri lain saat jam sibuk sekitar pukul 09.30 waktu setempat, ketika pelabuhan terbesar di negara itu, yang terletak di sungai Buriganga dipenuhi kapal.

“Kami telah mengumpulkan 30 mayat, termasuk 20 pria, tujuh wanita, dan tiga anak-anak,” kata Abul Khair, seorang penyelam di pemadam kebakaran, kepada kantor berita AFP.

"Ada setidaknya 50 orang di atas kapal... Para penyelam penyelamat kami masih mencari korban lain," kata juru bicara penjaga pantai, komandan Hayet Ibne Siddique, seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (29/6/2024).

Kapal feri tersebut, yang berangkat dari distrik Munshiganj tengah, tenggelam saat hendak berlabuh di Sadarghat, suatu pelabuhan sungai utama Dhaka yang digunakan oleh ratusan kapal untuk bepergian ke selatan negara itu.

Kepala Otoritas Transportasi Air Pedalaman Bangladesh, Commodore Golam Sadeq, mengatakan kepada AFP bahwa kapal dengan dek tunggal tersebut "tidak kelebihan muatan" dan tenggelam karena "kelalaian".

Ia mengatakan bahwa kapal tersebut telah diberi izin untuk mengangkut penumpang hingga September 2020.

Saksi mata mengatakan kepada stasiun televisi lokal bahwa banyak penumpang yang sepertinya terjebak di dalam kabin feri.


Bertabrakan dengan Kapal Feri Lain

Ilustrasi kapal tenggelam (AFP Photo)

Penyelam kemudian mengevakuasi mayat-mayat dari bangkai kapal, di perairan dengan kedalaman sekitar 40-50 kaki atau sekitar 12-15 meter. 

Jenazah telah ditempatkan dalam kantong jenazah sebelum diletakkan dan dibariskan di tepi pelabuhan.

Kapal feri tenggelam setelah bertabrakan dengan kapal feri penumpang lainnya pada pagi hari, kata Golam Sadeq, kepala Bangladesh Inland Water Transport Authority (Otoritas Transportasi Air Pedalaman Bangladesh/BIWTA).

BIWTA mengatakan bahwa ada setidaknya 50 penumpang di kapal tersebut, tetapi seorang penyintas mengatakan kepada penyiar swasta 71 Television bahwa kapal tersebut membawa setidaknya 100 penumpang.

Penyintas tersebut mengatakan ia sedang dalam perjalanan ke Dhaka bersama saudaranya yang belum ditemukan saat itu juga. Mereka berangkat dari rumah di Distrik Munshiganj, sekitar 30 kilometer di selatan ibu kota Dhaka.

 


Standar Keselamatan Kapal Feri Bangladesh yang Masih Buruk

Ilustrasi tengah laut (Istimewa)

Keluarga penumpang berkumpul di Sadarghat untuk mencari anggota keluarga mereka meskipun ada kekhawatiran mengenai jarak sosial karena pandemi COVID-19 saat itu.

"Saya masih tidak tahu apa yang terjadi pada mereka," kata seorang pria yang mencari sepupunya dan seorang kerabat lainnya kepada wartawan.

Kecelakaan kapal umum terjadi di Bangladesh, yang dilintasi oleh lebih dari 230 sungai.

Negara di Asia Selatan ini sangat bergantung pada feri untuk transportasi tetapi memiliki catatan keselamatan yang buruk.

Para ahli menyalahkan kapal yang tidak terawat, standar keselamatan yang longgar di galangan kapal, dan kelebihan muatan sebagai penyebab banyak kecelakaan.

Pada Februari 2015, setidaknya 78 orang tewas ketika kapal yang kelebihan muatan bertabrakan dengan kapal kargo di sungai tengah Bangladesh.

adapun jumlah kecelakaan telah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir sebelum kejadian ini karena pihak berwenang menindak kapal yang tidak layak berlayar.


Kecelakaan Terjadi Lagi Satu Tahun Kemudian

Ilustrasi kapal terbakar. (Liputan 6 TV)

Sekitar satu tahun kemudian, sebuah tragedi maritim lain juga landa negara dataran rendah yang miskin tersebut.

Insiden tersebut terjadi pada Jumat 24 Desember 2021 pagi hari, di dekat kota pedesaan selatan Jhalokati, 250 kilometer selatan ibu kota Dhaka.

Kapal tersebut membawa sekitar 500 orang.

“Feri Obhijan 10 yang berlantai tiga terbakar di tengah sungai. Kami telah menemukan 32 mayat. Jumlah korban tewas mungkin meningkat. Sebagian besar meninggal karena kebakaran dan beberapa karena tenggelam setelah mereka melompat ke sungai,” kata kepala polisi setempat Moinul Islam kepada kantor berita AFP.

Islam mengatakan bahwa api diyakini berasal dari ruang mesin dan kemudian membakar feri yang penuh sesak dengan orang-orang yang pulang dari Dhaka.

"Kami sudah mengirim sekitar 100 orang dengan luka bakar ke rumah sakit di Barishal," kata Islam.

Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan kapal tersebut yang kewalahan oleh api besar.

Kecelakaan tersebut adalah salah-satu dalam serangkaian insiden serupa di negara delta yang dilintasi sungai.

Selengkapnya baca di sini...

Infografis Skenario Pengangkatan Kapal Selam KRI Nanggala 402. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya