Liputan6.com, Banyuwangi Indonesia adalah salah satu pemasok terbesar buah naga, salah satunya ada di Banyuwangi. Tak hanya menanam buah naga merah dan putih, kini petani-petani hortikultura di Banyuwangi juga mengembangkan buah naga kuning yang tengah menjadi primadona dan diburu banyak orang.
Mulyadi, petani dari Desa Sumberagung Kecamatan Pesanggaran adalah salah satu yang sukses mengembangkan buah naga kuning. Sejak satu setengah tahun lalu, Mulyadi mengembangkan buah naga kuning varietas Golden Isis.
Advertisement
Varietas tersebut memiliki rasa yang unik, perpaduan rasa buah anggur dan leci. Tampilan buahnya juga eksotis, dengan warna kulit kuning keemasan. Inilah yang membuat varietas ini menjadi primadona.
"Harganya juga cukup tinggi. Saat ini di pasaran sudah mencapai Rp50 ribu per kilogram. Sementara buah naga merah di bawahnya," kata Mulyadi saat dikunjungi Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di sela kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Selasa (25/6).
Harga yang cukup menggiurkan inilah yang membuat Mulyadi dan sejumlah petani lain di desa itu tertarik untuk menanam buah naga kuning. Saat ini, tak kurang ada 2,5 hektar lahan buah naga kuning di wilayah Kecamatan Pesanggaran.
Mulyadi menyebut pola perawatan buah naga Golden Isis ini tidak jauh beda dengan buah naga merah. Untuk semua lahan buah naganya, Mulyadi memberlakukan perawatan semi organik dengan memadukan penggunaan pupuk kandang dan pupuk kimia, serta kapur dolomit. Didukung dengan penyinaran lampu untuk merangsang pembungaan.
Dengan perawatan yang dia terapkan, tanaman buah naga Golden miliknya tumbuh dan berbuah secara optimal.
"Dari tanam hingga panen pertama biasanya butuh waktu 1-1,5 tahun. Tapi buah naga Golden saya 9 bulan sudah panen perdana dan buahnya bagus," kata Mulyadi.
Dalam 1,5 tahun masa tanam dia mengaku sudah melakukan panen sebanyak 7 kali dengan hasil mencapai 2 ton. Dia menyebut, produknya sudah memenuhi standar kualitas supermarket.
"Sebanyak 80% hasil panen kami dipasok ke supermarket di wilayah Surabaya, Jakarta, dan Yogyakarta," ujar Mulyadi.
Dalam mengembangkan buah naga, Mulyadi sangat teliti dan berhati-hati sehingga menghasilkan buah berkualitas sesuai spesifikasi supermarket. Misalnya tidak sembarangan menggunakan pupuk dan perangsang buah.
"Hasilnya ukuran buah seragam, antara 5-8 ons. Ini sesuai standar pasar modern. Mereka tidak mau buah yang ukurannya terlalu besar," ujarnya.
Sementara Bupati Ipuk sangat mendukung upaya para petani buah naga di desa dengan mengembangkan varietas baru.
"Kita memang harus jeli melihat peluang pasar. Selain memperkaya potensi pertanian daerah, ini juga bisa meningkatkan kesejahteraan petani karena harganya yang tinggi," ujar Ipuk.
Selain di Kecamatan Pesanggaran, di Banyuwangi, buah naga kuning juga dikembangkan beberapa daerah lainnya, seperti Kecamatan Muncar, Giri, dan Gambiran. Maka dari itu, Pemkab mendukung pengembangannya melalui berbagai program. Selain memberikan pendampingan secara intensif oleh tenaga penyuluh pertanian, juga ada bantuan pupuk, pelatihan sambung pucuk hingga bantuan bibit.
(*)