Adaro Energy Indonesia Borong 15,29% Saham ADMR, Ini Alasannya

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) borong saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) senilai Rp 8,28 triliun.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Jun 2024, 08:00 WIB
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membeli saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) pada 20 Juni 2024. (Foto: laman PT Adaro Energy Indonesia Tbk/ADRO)

Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membeli saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) pada 20 Juni 2024. Hal ini untuk penyederhanaan struktur kepemilikan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk di Adaro Minerals Indonesia.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (28/6/2024), PT Adaro Energy Indonesia Tbk membeli 6.251.800.000 saham ADMR di harga Rp 1.326 per saham. Jumlah saham yang ditransaksikan itu sebesar 15,29 persen. Adapun nilai transaksi sekitar Rp 8,28 triliun.

"Tujuan transaksi penyederhanaan struktur kepemilikan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk di PT Adaro Minerals Indonesia Tbk,” demikian dikutip dari keterbukaan informasi BEI.

Setelah transaksi pembelian saham, Adaro Energy Indonesia memiliki 34.275.250.000 saham ADMR atau setara 83,84 persen dengan status kepemilikan langsung. Sebelumnya Adaro Energy Indonesia memiliki 28.023.450.000 saham ADMR atau setara 68,55 persen.

Pada penutupan perdagangan Kamis, 27 Juni 2024, harga saham ADRO stagnan di posisi Rp 2.750 per saham. Saham ADRO ditransaksikan Rp 68,46 miliar dengan volume perdagangan 24,92 juta saham. Total frekuensi perdagangan 6.495 kali.

Sementara itu, saham ADMR ditutup naik 0,38 persen ke posisi Rp 1.330 per saham dengan nilai transaksi Rp 18,12 miliar. Total frekuensi perdagangan 2.600 kali dengan volume perdagangan 13,57 juta saham.


Bagaimana Kinerja Keuangan Adaro Energy pada 2023?

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan kinerja keuangan tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan mengalami penurunan baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (1/3/2024), PT Adaro Energy Indonesia Tbk membukukan pendapatan usaha USD 6,52 miliar atau sekitar Rp 102,38 triliun (kurs Rp 15.708,00 per USD) pada 2023.

Pendapatan itu turun 19,56 persen dibandingkan pendapatan paa 2022 yang tercatat sebesar USD 8,1 miliar. Sementara pendapatan turun, beban pokok pendapatan pada 2023 naik 15 persen menjadi USD 3,98 miliar dari USD 3,45 miliar pada 2022.

Kenaikan ini terutama karena kenaikan biaya royalti kepada pemerintah dari tahun sebelumnya. Biaya penambangan dan biaya pemrosesan juga naik, akibat kenaikan volume. Walaupun konsumsi bahan bakar naik 14 persen, biaya bahan bakar pada 2023 tetap setara dengan 2022 karena harga minyak lebih rendah. Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) pada 2023 naik 9 persen dari 2022.

 


Aset Perseroan

Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Dengan demikian, perseroan membukukan laba bruto USD 2,54 miliar pada 2023, turun 45,47 persen dari USD 4,65 miliar pada 2022. Pada periode ini, beban usaha perseroan turun 8 persen menjadi USD 344 juta dari USD 375 juta pada 2022. Perseroan juga mencatatkan beban lain-lai USD 37,85 juta. Sehingga diperoleh laba usaha USD 2,16 miliar, turun dari USD 4,31 miliar pada 2022.

Sepanjang 2023, Adaro Energy Indonesiamembukukan biaya keuangan USD 109,4 juta, penghasilan keuangan USD 140,42 juta dan bagian atas keuntungan veto ventura bersama USD 107,77 juta. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 1,64 miliar atau sekitar Rp 25,78 triliun.

Laba ini turun 34,16 persen dibandingkan laba 2022 sebesar USD 2,49 miliar. Total aset per akhir 2023 turun 3 persen menjadi USD 10,47 miliar dari USD 10,78 miliar pada akhir 2022. Total liabilitas pada akhir 2023 tercatat USD 3,06 miliar, atau turun 28 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pada akhir 2023, ekuitas tercatat sebesar USD 7,4 miliar, atau naik 14 persen karena kenaikan laba ditahan.

Pada perdagangan Jumat pagi pukul 09.57 WIB, saham ADRO naik 0,83 persen ke posisi Rp 2.440 per saham. Saham ADRO dibuka naik 30 poin ke posisi Rp 2.450 per saham. Saham ADRO berada di level tertinggi Rp 2.460 dan terendah Rp 2.430 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.599 kali dengan volume perdagangan 157.105 saham. Nilai transaksi harian Rp 38,4 miliar.

 


Kinerja Keuangan Adaro Minerals Indonesia pada 2023

Ilustrasi laporan keuangan (Foto: Isaac Smith/Unsplash)

Sebelumnya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mengumumkan kinerja tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.

Sepanjang 2023, pendapatan usaha perseroan naik 20 persen menjadi USD 1,09 miliar dari USD 908,14 juta pada 2022. Presiden Direktur dan Chief Executive Officer PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, Christian Ariano Rachmat menuturkan, hal ini karena kenaikan volume penjualan sebesar 39 persen yang mengimbangi penurunan ASP sebesar 14 persen dari 2022.

"Setelah mengalami penurunan pada kuartal II 2023 dan kuartal III 2023, ASP naik kembali pada kuartal IV 2023, seiring kenaikan harga batu bara metalurgi global," kata Christian dalam keterangannya, dikutip dari keterbukaan informasi Bursa, Sabtu (2/3/2024).

Bersamaan dengan kenaikan pendapatan usaha, beban pokok pendapatan pada 2023 naik 35 persen menjadi USD 502,75 juta dari USD 373,22 juta pada 2022. Ini utamanya karena kenaikan volume produksi sehingga beberapa ongkos produksi juga naik.

Royalti kepada Pemerintah naik 4 persen menjadi USD 158,23 juta, biaya penambangan naik 150 persen menjadi USD 149 juta, biaya pemrosesan batu bara turun 52 persen menjadi USD 23,58 juta, sementara biaya pengangkutan dan penanganan naik 36 persen menjadi USD 116,59 juta. Konsumsi bahan bakar 2023 naik 42 persen karena peningkatan aktivitas, sementara biaya bahan bakar per liter turun 5 persen yoy.

Biaya kas batu bara per ton pada 2023 turun 10 persen karena peningkatan pada operasi maupun volume. Dari rincian itu, perseroan membukukan laba kotor USD 583,21 juta, naik dari USD 534,91 juta pada 2022. Pada periode yang sama, perseroan membukukan beban usaha USD 8,83 juta dan penghasilan lain-lain USD 256.931.

 

 


Aset Adaro Minerals Indonesia

Ilustrasi Laporan Keuangan, Laba, Rugi. Foto: Freepik/mindandi

Setelah dikurangi beban pajak penghasilan USD 122,58 juta, perseroan membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 440,88 juta atau sekitar Rp 6,92 triliun (kurs Rp 15.701,95 per USD). Laba ini naik 32,67 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 332,32 juta.

"Kondisi harga batu bara metalurgi yang kondusif terus mendukung pencapaian ASP kami, dan disertai kenaikan volume dan disiplin biaya, juga meningkatkan profitabilitas. Selain itu, operasi logistik Grup Adaro yang terintegrasi memberikan kinerja dengan sangat baik dalam menghadapi tantangan di Sungai Barito yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca akibat El Nino," ujar Christian.

Total aset perseroan pada 2023 naik 32 persen menjadi USD 1,7 miliar dari USD 1,3 miliar pada akhir 2022. Pada akhir 2023, total liabilitas turun 8 persen menjadi USD 657,37 juta dari USD 717,32 miliar pada 2022. Per akhir 2023, ekuitas naik 82 persen menjadi USD 1,04 miliar dari USD 569,3 juta pada 2022. Hal ini karena kenaikan laba menyebabkan laba ditahan naik lebih dari dua kali lipat menjadi USD 854,76 juta.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya