Liputan6.com, Jakarta Kulit manusia wajar ditumbuhi rambut. Mulai dari kepala hingga pergelangan tangan bahkan wajah sekalipun. Adanya rambut di kulit jadi salah satu cara menstabilkan suhu tubuh secara alami. Namun apa jadinya jika rambut tumbuh di tempat yang tak semestinya.
Risiko serius dari merokok tembakau telah diketahui dengan baik, termasuk kanker, penyakit jantung, stroke, penyakit paru-paru, diabetes, dan percepatan penuaan kulit. Namun, ada satu hal baru yang sungguh-sungguh mencengangkan.
Advertisement
Seorang perokok berat asal Austria yang menghabiskan sebungkus rokok sehari mulai menumbuhkan rambut di dalam tenggorokan atau saluran napasnya karena komplikasi langka dari kecanduan rokoknya. Kasusnya dirinci minggu lalu dalam American Journal of Case Reports.
Pria berusia 52 tahun yang tidak disebutkan namanya itu mengunjungi dokter pada tahun 2007, sekitar 17 tahun setelah dia mulai merokok. Ia mengalami suara serak, kesulitan bernapas, dan batuk kronis.
Bronkoskopi menunjukkan adanya peradangan dan beberapa helai rambut di tenggorokan pria tersebut di area yang sebelumnya telah dioperasi. Kelainan medis ini jadi penyakit langka, berikut Liputan6.com merangkum kisahnya melansir dari New York Post, Jumat (28/6/2024).
Rambut Dipotong Tumbuh Terus
Pria yang tak disebutkan namanya itu didiagnosis mengalami pertumbuhan rambut endotrakeal, atau rambut yang tumbuh di tenggorokan. Pada usia 10 tahun, pria itu sesak napas dan dirawat dengan trakeotomi untuk menstabilkan pernapasannya.
Luka tersebut kemudian ditutup menggunakan kulit dan tulang rawan dari telinganya. Kemudian, ketika ia mencari pengobatan untuk mengatasi batuk dan sesak napasnya, ditemukan pertumbuhan rambut di sekitar lokasi cangkok ini.
Dokter dapat menghilangkan bulu-bulu tersebut dengan mencabutnya, suatu prosedur yang memberikan kelegaan tetapi bukan solusi permanen. Rambutnya terus tumbuh kembali, dan pasien kembali ke rumah sakit setiap tahun selama 14 tahun, mengeluhkan gejala yang sama.
Biasanya, terdapat enam hingga sembilan helai rambut sepanjang 2 inci ( 5 cm) di tenggorokan pria tersebut, dengan beberapa helai melewati pita suaranya dan tumbuh ke dalam mulutnya. Selain pencabutan, pria tersebut diobati dengan antibiotik, karena helai-helai rambut tersebut dipenuhi bakteri.
Kondisi rambut tersebut baru teratasi pada tahun 2022 ketika pria tersebut berhenti merokok dan dokter dapat melakukan koagulasi plasma argon endoskopik, yaitu membakar akar tempat tumbuhnya rambut. Koagulasi kedua, tahun berikutnya, menghilangkan munculnya kembali rambut sama sekali.
Advertisement
Kelainan Medis yang Langka Akibat Rokok
Sementara sekitar 28,3 juta orang, atau satu dari sembilan orang Amerika, berpegang teguh pada kebiasaan merokok, pertumbuhan rambut endotrakeal sangat jarang. Dalam laporan mereka, dokter mencatat bahwa ini merupakan kasus kedua yang mereka lihat. Karena kelangkaan itu, penyebab pasti dari situasi berbulu tersebut masih menjadi perdebatan.
Dalam kasus ini, tim perawatan meyakini kondisi tersebut dipicu oleh kebiasaan merokok pria tersebut. Merokok memicu peradangan pada jaringan tenggorokan, yang dapat menyebabkan sel induk berubah menjadi folikel rambut, sehingga memungkinkan pertumbuhan rambut.
"Temuan ini dapat mendukung hipotesis kami bahwa kebiasaan merokok dalam kasus yang disajikan mungkin telah menyebabkan dan merangsang pertumbuhan rambut endotrakeal. Tentu saja, asumsi ini tidak dapat dibuktikan karena jarangnya kasus seperti itu,” tulis para dokter.
Fenomena ini menambah daftar panjang bahaya merokok yang sebelumnya sudah diketahui. Fakta bahwa kebiasaan merokok bisa memicu pertumbuhan rambut di tenggorokan menambah dimensi baru pada risiko kesehatan yang sudah ada.
Prosedur Pengobatan Masih Terbatas
Para dokter menegaskan bahwa berhenti merokok adalah langkah pertama dan terpenting dalam mencegah komplikasi semacam ini. Penanganan yang dilakukan terhadap pria ini adalah contoh dari bagaimana teknologi medis terus berkembang untuk menghadapi masalah-masalah yang tak terduga.
Namun, tidak semua pasien akan memiliki akses ke prosedur canggih seperti koagulasi plasma argon endoskopik. Maka dari itu, pencegahan tetap menjadi kunci utama. Informasi dan edukasi mengenai bahaya merokok harus terus digalakkan agar masyarakat semakin sadar akan risiko yang mengintai.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa merokok bukan hanya berbahaya bagi paru-paru dan jantung, tetapi bisa menimbulkan komplikasi aneh dan mengerikan. Rambut yang tumbuh di tenggorokan adalah salah satu bukti bahwa tubuh manusia dapat merespons kebiasaan buruk dengan cara-cara yang tidak terduga.
Advertisement