Rupiah Ambruk Lagi, Hari Ini Hampir Sentuh 16.500 per Dolar AS

Dari sisi eksternal, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni tren meningkatnya indeks dolar AS dan antisipasi rilis data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi atau Personal Consumption Expenditures (PCE) Amerika Serikat (AS) nanti malam.

oleh Arthur Gideon diperbarui 28 Jun 2024, 10:45 WIB
Pada Jumat (28/6/2024), pagi, nilai tukar rupiah turun tipis satu poin atau 0,01 persen menjadi 16.407 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar 16.406 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah tipis pada perdagangan hari ini. Pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh kekhawatiran investor domestik akan kebijakan fiskal pemerintah baru dan penguatan indeks dolar AS.

Pada Jumat (28/6/2024), pagi, nilai tukar rupiah turun tipis satu poin atau 0,01 persen menjadi 16.407 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar 16.406 per dolar AS.

Analis Bank Woori Saudara Rully Nova memperkirakan rupiah melemah terhadap dolar AS pada kisaran Rp16.415 per dolar AS sampai dengan 16.490 per dolar AS, dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar terhadap kebijakan fiskal pemerintahan baru ke depan.

"Dari domestik terkait kekhawatiran dengan kebijakan fiskal pemerintahan baru ke depan," kata Rully dikutip dari Antara. 

Menurut dia, sentimen negatif masih terus berkembang terkait rencana belanja pemerintah baru yang dipimpin oleh Prabowo Subianto terutama akibat janji kampanye populis seperti makan gratis bagi anak sekolah, balita dan ibu hamil yang tentu saja membutuhkan anggaran yang besar.

Sementara itu, saat ini pengeluaran subsidi terus menunjukkan tren peningkatan namun kurang diimbangi dengan kemampuan meningkatkan penerimaan.

Selain itu, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni tren meningkatnya indeks dolar AS dan antisipasi rilis data inflasi pengeluaran konsumsi pribadi atau Personal Consumption Expenditures (PCE) Amerika Serikat (AS) nanti malam. Indeks dolar AS sempat turun tapi kembali naik menjadi 106.


Rupiah Tembus 16.400 per Dolar AS, Sri Mulyani Sebut Imbas The Fed Pertahankan Suku Bunga

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Menteri keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai nilai tukar rupiah lesu terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didorong kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve (The Fed) yang tidak memangkas suku bunga acuan.

"Dari global adalah adanya sekarang makin confirm bahwa suku bunga federal rate tidak akan mengalami penurunan sebanyak seperti yang diharapkan market," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita Juni 2024 di Jakarta,  Kamis (27/6/2024).

Kondisi ini menyebabkan penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang dunia lainnya hingga Rupiah. Ini karena investor menilai investasi dolar AS masih menguntungkan di era suku bunga tinggi yang dipertahankan The Fed.

"Market dalam hal ini tadinya mengharapkan adanya penurunan (suku bunga) 4 hingga 5 kali pada tahun ini. Namun, ternyata masih mengalami posisi yang stabil di 5,5 dan tidak terjadi tanda-tanda mereka akan segera menurunkan," ujar dia.

 


Masih Lebih Baik

Petugas menghitung uang pecahan US$100 di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar Rupiah merosot hingga  16.431 per dolar AS hingga akhir Mei 2024. Nilai tukar rupiah susut 6,58 persen sejak awal tahun atau year to date (ytd) terhadap indeks dolar AS. 

"Depresiasi dari mata uang mata uang termasuk Rupiah kita mengalami depresiasi 6,58 persen secara YtD," tutur dia.

Meski demikian, ia mengklaim pelemahan nilai tukar Rupiah itu masih lebih baik dibandingkan mata uang negara Brazil. Bahkan, nilai tukar mata uang Garuda juga dianggap lebih perkasa dibandingkan mata uang yen Jepang.

"Dengan beberapa negara emerging yang lain, seperti Brazil depresiasi-nya jauh lebih dalam, atau kalau Anda sekarang baru mengikuti Jepang mengalami depresiasi yang sangat dalam," ujar dia.

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya