Jiket Bonokeling untuk Komandan Serikat Tani Merdeka, Apa Maknanya?

Jiket adalah ikat kepala yang digunakan oleh masyarakat adat Bonokeling di kawasan Banyumas.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 28 Jun 2024, 13:35 WIB
Komandan Tempur Tani Merdeka, Don Muzakir bersama Aris Munandar menerima hadiah iket (ikat kepala) dari masyarakat adat Bonokeling sebagai simbol persaudaraan dan mengingatkan akan kematian. Foto: liputan6.com/edhie prayitno ige 

Liputan6.com, Semarang - Masyarakat adat Bonokeling hidup damai di desa Pekuncen Kecamatan Jatilawang Banyumas. Keberadaan masyarakat adat ini sangat menarik perhatian para penggerak masyarakat. Serikat Tani Merdeka salah satunya.

Melalui Don Muzakir, ketuanya, organisasi yang fokus dalam pemberdayaan kaum tani ini bersilaturahmi ke Bonokeling. Don Muzakir makin paham berbagai tradisi dan adat warga Bonokeling.

Don Muzakir mendapat hadiah jiket atau ikat kepala khas Bonokeling dari ketua masyarakat adat itu, Rama Kyai Kunci. Jiket diserahkan melalui Sudarno, anaknya.

"Otomatis yang mengenakan jiket ini menjadi keluarga besar Bonokeling. Ia akan selalu memakainya dalam keseharian maupun saat upacara adat," kata Rama Kiai.

Secara filosofis, ikat kepala itu menyimbolkan banyak hal. Kyai Sumitro, juru bicara masyarakat adat Bonokeling menyebutkan bahwa bentuk persegi atau segi empat sebagai penggambaran sedulur papat lima pancer.

"Tapi jika mau dipakai harus dilipat menjadi segi tiga. Itu mengingatkan pada Nur Muhammad dan Sang Pengeran (Tuhan)," katanya.

Dilanjutkan, maka ketika dipakai maka akan menjadi kakang kawah adi ari-ari berbentuk seperti milik ibunya yang menjadi jalan lahir seorang bayi.

"Terakhir adalah simpul pengikat di bagian belakang yang disebut tali wangsul. Wangsul berarti pulang. Keberadaan manusia di dunia pasti akan berakhir dengan kepulangan kepada Penciptanya," kata Sumitro

 

2 dari 2 halaman

Deklarasi

Selama berada di tengah masyarakat adat Bonokeling itu, komandan tempur Serikat Tani Merdeka itu ditemani ketua Pekatik'e Mas Dar, Aris Munandar. Mereka berada di sana untuk mengikuti upacara peringatan Perlon Besar di rumah tetua adat. 

Dalam obrolan informal mereka mendiskusikan pilkada Jateng. Diskusi mengerucut untuk mendukung Sudaryono menjadi calon gubernur Jawa Tengah.

"Kami bersama warga adat Bonokeling, ikut mendukung Sudaryono, menjadi gubernur Jawa Tengah," kata Mas Darno.

Sementara ketua Pekatik'e Mas Dar, Aris Munandar bergerak cepat dan langsung menggelar deklarasi dukungan terhadap Sudaryono di kecamatan Purwojati dan kecamatan Wangon Banyumas dengan dihadiri 100-an massa di setiap kecamatan.

"Mereka mendukung penuh atas pencalonan Sudaryono menjadi gubernur " kata Aris Munandar, ketua Pekatik'e Mas Dar pusat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya