Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan mendorong pemerintah daerah lainnya juga dapat mengikuti langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dalam percepatan penanganan sampah dalam kapasitas yang besar.
Hal itu disampaikan Menko Luhut saat menghadiri penandatanganan MoU antara pemerintah provinsi jawa barat (Pemprov Jabar) dengan PT. Jabar Environment Solutin (JES) Jepang di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Jumat (28/6/2024).
Advertisement
Perjanjian ini merupakan kerja sama dalam rangka merealisasikan pembangunan fasilitas pengolahan sampah menjadi energi Listrik (PSEL) di Legok Nangka, Jawa Barat.
“Ini merupakan hari yang sangat penting untuk Jawa Barat khususnya Bandung. Perjanjian Kerja Sama yang ditandatangani hari ini merupakan momentum dari upaya panjang sejak 2019. Saya berharap, setelah ini proses pembangunan fisik dapat dipercepat,” kata Menko Luhut di lokasi, seperti dikutip dari keterangan resmi, Jumat, 28 Juni 2024.
Menko Luhut memaparkan, dirinya sudah berkoordinasi dengan Senior Advisor to Minister of Enviroment Japan Ono Hiroshi yang turut hadir di lokasi pembangunan diharapkan selesai dengan jangka waktu maksimal 3 tahun.
“Tadi saya sudah minta Mr Hiroshi kalau bisa PSEL ini selesai 2 tahun saja, tapi kalau tidak bisa ya maksimal 3 tahun. Karena ini merupakan hal penting di Bandung. Mr. Hiroshi, kami sangat senang dengan bantuan anda,” tutur Menko Luhut.
Teknologi PSEL Legok Nangka ini, lanjut Menko Luhut, ditargetkan dapat mengolah sampah sekitar 2.000 ton per hari dan dikonversi menjadi listrik sebesar 40 MWatt. Upaya ini juga akan memberikan dampak positif dalam meningkatkan index kualitas air Sungai Citarum. "Presiden akan resmikan project ini pada Agustus, kita lagi cari waktunya,” ujar dia.
Dorong Pemerintah Daerah Ikuti Jejak Pemprov Jabar
Sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini di berbagai negara seperti Jepang dan Tiongkok, biaya investasi (capex) dan operasionalnya (opex) untu teknologi insinerator PSEL juga sudah tidak terlalu mahal lagi. Hanya diperlukan komitmen dan kemauan pemerintah daerah untuk menyelesaikan permasalahan sampah ini.
"Saya mendorong agar pemerintah daerah lainnya juga dapat mengikuti langkah Pemprov Jawa Barat dalam percepatan penanganan sampah dalam kapasitas yang besar untuk menyelesaikan kondisi darurat persampahan yang saat ini telah terjadi di hampir semua kota-kota besar di Indonesia,” kata Menko Luhut.
"Saya juga dengan tulus mengapresiasi dan berterima kasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup Jepang dan JICA atas segala dukungannya terhadap proyek waste to energy ini di Jawa Barat. Kami menantikan untuk memperluas kolaborasi ini di wilayah atau kota lainnya,” Menko Luhut menambahkan.
Menambahkan Menko Luhut, Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin mengungkapkan Legok Nangka ini diinisiasi sejak 2002. “Ini setelah 22 tahun kemudian baru ada perjanjian kerja sama. Saya yakin dengan kerja sama dan komitmen dari semua pihak, Legok Nangka ini akan menjadi solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan sampah di Jawa Barat," ujar Pj Gubernur Bey.
Sementara itu, Senior Advisor to Minister of Enviroment Japan Ono Hiroshi merespon positif adanya perjanjian kerja sama ini. “Saya ingin mengucapkan selamat atas penandatanganan project ini. Pemerintah Jepang sangat support mengenai project ini dan ini merupakan project yang penting juga buat kami. Jepang juga selalu mendukung penanganan sampah lainnya di Jabar,” ujar Hiroshi.
Advertisement
Menko Luhut: Indonesia Bakal Ekspor Durian ke China, Segini Nilai Peluang Cuannya
Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan sejumlah rencana investasi dan proyek kerja sama dengan China.
Hal itu disampaikan Luhut setelah melakukan kunjungan kerja ke Tiongkok pada dua minggu lalu, yang ia bagikan melalui akun instagram pribadinya @luhut.pandjaitan.
"Kemarin dengan Pak Wang Yi baik dalam bilateral, kami hampir tiga jam ketemu berdua maupun juga dengan tim, kemudian kita tindak lanjuti semua. Masalah itu sebenarnya adalah perencanaan dan eksekusi dari perencanaan," kata Menko Luhut, dikutip Kamis (27/6/2024).
Dia menuturkan, perencanaan dan eksekusi yang baik adalah syarat keberhasilan kerjasama bilateral maupun sebuah investasi. Itulah yang ia lakukan pada kunjungan ke Tiongkok dua minggu lalu guna mendorong implementasi beberapa proyek kerjasama antara kedua negara mitra, Indonesia dan China.
Beberapa rencana investasi yang ia bahas bersama Tiongkok antara lain terkait rencana ekspor durian Tiongkok yang nilanya mencapai USD7-8 miliar atau setara Rp131 triliun (1 USD=Rp16.405). "Orang mungkin pada aneh, tapi durian ini sebesar USD 7-8 miliar mereka impor," ujar dia.
Bahas Kerja Sama di Bidang Energi
Dia menuturkan, bisa dibayangkan bila satu kabupaten di Indonesia, katakanlah hanya berpenduduk 80 ribu hingga 100 ribu jiwa, bisa ekspor USD 100 juta durian ke Tiongkok per tahun. Kabupaten tersebut bisa mendapat pemasukan sebesar Rp1,5 triliun.
"Tentu akan memberikan manfaat perekonomian yang signifikan di suatu daerah. Jadi, jangan dianggap enteng. Nah, makanya kerja sama ini betul-betul kita buat dengan BGI Genomics untuk research, sehingga betul-betul durian itu durian yang bagus," tutur dia.
Meskipun membutuhkan waktu 3-4 tahun untuk berbuah, tetapi dari sekarang Pemerintah telah mulai menanam pohon durian di Humbang Hasundutan, di Fakfak Barat yang ditanam dilahan 100 hektare.
Kemudian, Pemerintah juga akan menanam pohon durian di Palu, dan di beberapa tempat yang duriannya oleh National Development and Reform Commusion (NDRC) Tiongkok dianggap bagus.
Selain itu, pihaknya juga membahas beberapa kerja sama di bidang energi hijau, peningkatan kualitas alat-alat dan fasilitas kesehatan dalam negeri, serta Investasi perusahaan tekstil berskala besar.
Advertisement
Kerja Sama Pendidikan
Selanjutnya paling menarik dan menjadi perhatian utamanya adalah rencana kerjasama pendidikan, dengan universitas-universitas terbaik di Tiongkok seperti Tsinghua dan Fudan.
Sebagai negara dengan pendanaan riset terbesar kedua di dunia dengan total dana riset sebesar USD551,1 miliar, Tiongkok adalah pilihan yang masuk akal bagi Indonesia untuk bekerjasama dalam pengembangan SDM.
"Saya mengajukan penawaran kepada mereka agar menerima lulusan terbaik dari pelajar-pelajar Indonesia, untuk melakukan studi Undergraduate maupun Graduate program di sana. Setelah lulus, mereka juga bisa mengikuti program pelatihan kerja di perusahaan-perusahaan di Tiongkok sebelum kembali ke Indonesia," ujar dia.
Di sisi lain, Luhut melihat kepemimpinan strategis diplomasi antara dua negara sahabat ini adalah faktor penting keberlangsungan hubungan bilateralnya. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan Indonesia dan Tiongkok dalam mempertahankan momentum pertumbuhan yang kuat.
Ia berharap intensitas pembicaraan tingkat tinggi yang diikuti dengan kerja sama yang terus diperdalam di beberapa sektor, dapat membawa kemajuan bukan hanya bagi Indonesia dan Tiongkok. Melainkan juga berdampak kepada masa depan negara-negara berkembang lainnya dalam membangun komunitas untuk masa depan bersama.