Serupa tapi Tak Sama, Ini Beda Lantai Vinyl dan SPC yang Jarang Diketahui

Masih banyak orang beranggapan bahwa lantai vinyl dan lantai SPC termasuk jenis lantai yang sama. Padahal, keduanya memiliki karakteristik dan keunggulan yang berbeda.

oleh Septian Deny diperbarui 30 Jun 2024, 08:51 WIB
Masih banyak orang beranggapan bahwa lantai vinyl dan lantai SPC termasuk jenis lantai yang sama. Padahal, keduanya memiliki karakteristik dan keunggulan yang berbeda. Untuk lebih mengetahui perbedaan kedua lantai tersebut, simak artikel berikut untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan antara lantai SPC dan Vinyl berikut ini. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Masih banyak orang beranggapan bahwa lantai vinyl dan lantai SPC termasuk jenis lantai yang sama. Padahal, keduanya memiliki karakteristik dan keunggulan yang berbeda. Untuk lebih mengetahui perbedaan kedua lantai tersebut, simak artikel berikut untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan antara lantai SPC dan Vinyl berikut ini.

Lantai Vinyl merupakan lantai sintetis yang lentur dan fleksibel. Biasanya lantai vinyl memiliki bentuk persegi panjang dan teksturnya mirip kayu, Sedangkan lantai SPC relatif kaku dan kokoh sehingga tidak mudah rusak. Dari aspek ketebalan material, lantai vinyl umumnya lebih tipis apabila dibandingkan dengan lantai SPC.

Untuk ketebalannya sendiri lantai SPC memiliki tebal berkisar 4–6 mm, sedangkan lantai vinyl hanya sekitar 3–4 mm. Ketebalan kedua jenis lantai tersebut berasa saat permukaan lantai dipijak. Karena lebih tipis dibandingkan lantai SPC, permukaan lantai vinyl terasa lebih ringkih.

Kekuatan dan kekokohan Karena ketebalannya lebih tipis, lantai vinyl bisa lebih mudah berubah bentuk jika dibandingkan dengan lantai SPC.

Perubahan bentuk bisa begitu terlihat jika lantai vinyl dibebani oleh furnitur di atasnya, yang mana lama-kelamaan bisa rusak. Namun, lantai SPC umumnya lebih kokoh.

Harga Lantai SPC dan Lantai Vinyl

Dari segi harga, lantai SPC relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan lantai vinyl. Tentu saja ada harga ada rupa sehingga tinggal disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. 

Salah satu brand yang menyediakan kedua lantai tersebut adalah Purva Indonesia. Menyediakan dua jenis lantai yakni Vinyl dan SPC. Meskipun berbeda jenis, keduanya memiliki keunggulan yang hampir serupa, lengkap dengan garansi 25 tahun untuk LVT khusus residensial. 5 tahun untuk komersial sedangkan untuk SPC bergaransi seumur hidup untuk residensial dan 15 tahun untuk komersial.

 Purva Indonesia sendiri baru saja meluncurkan produk LVT dengan kualitas setara SPC namun di harga terjangkau, yakni LVT The Valley Series. Sedangkan untuk produk SPC, Purva Indonesia sendiri memiliki Ark Wood Series.

Kedua produk Purva Indonesia ini merupakan produk pertama di tanah air yang dilengkapi Diamond UV Shield Coating sehingga  dapat dipastikan jauh lebih aman dari goresan

Selain itu seluruh produk Purva Indonesia juga dilengkapi sertifikasi Green Tag yang menunjukan produk dijamin bebas racun terutama dari bahan kimia berbahaya. Sehingga lantai LVT dan SPC Purva Indonesia dipastikan  lebih aman untuk anak kecil dan kesehatan penghuni rumah.


Banyak Orang Ingin Tinggal di Tangerang, Mau Bukti?

Pengunjung melihat maket perumahan saat pameran Indonesia Properti Expo 2016 di Jakarta, Rabu (17/2). Penjualan properti tahun ini diprediksi mengalami peningkatan di kisaran 5%-10% jika suku bunga acuan BI turun 50 basis poin (Liputan6.com/Angga Yuniar)

kota Tangerang konsisten menjadi kota terpopuler di mata para pencari hunian, dengan perolehan 15,6 persen dari total enquiries untuk rumah di Indonesia per Mei 2024. Hal ini tertuang dalam Flash Report Rumah123 edisi Juni 2024. Adapun lokasi terpopuler lainnya Jakarta Selatan (11,4%) dan Jakarta Barat (10,8%).

Head of Research Rumah123 Marisa Jaya menuturkan, pada Mei 2024, permintaan terhadap rumah tapak di Tangerang mengalami pertumbuhan sebesar 91,7% secara tahunan. Permintaan hunian yang disewa meningkat 86,5% dan permintaan hunian yang dijual tumbuh 97,4% secara tahunan.

"Berdasarkan pengamatan kami dalam lima bulan terakhir ini, permintaan di area Tangerang mencatatkan tren peningkatan yang cukup konsisten setiap bulannya." jelas dia dalam keterangan tertulis, Minggu (30/6/2024).

Per Januari hingga Mei 2024, ada lima area yang paling diminati pencari hunian di Tangerang, yakni Kelapa Dua (28,1%), Serpong (22,3%), Serpong Utara (9,2%), Pagedangan (4,9%) dan Cisauk (4,2%). Permintaan yang tinggi pada lima kecamatan ini disebabkan adanya beberapa pengembangan berskala kota mandiri dengan cakupan area yang luas dan meliputi lima kecamatan di atas.

Area yang sudah dikembangkan lebih dulu dan berlokasi lebih dekat dari Jakarta, mencatatkan permintaan dari kelas menengah-atas dan atas dengan proporsi tertinggi di rentang harga Rp1 miliar-Rp3 miliar dengan rincian: Kelapa Dua 55,3%, Serpong 51,5%, Serpong Utara 38,4% dan Pagedangan 52%.

Sementara di area Cisauk, permintaan terbesar berasal dari kelas menengah, menengah-atas, dengan proporsi paling tinggi sebesar 37,9% di rentang harga Rp1 miliar-Rp3 miliar dan 35,4% untuk segmen harga Rp 400 juta-Rp 1 miliar.

Dibandingkan daerah lainnya, Cisauk merupakan area yang relatif baru berkembang, didukung oleh beroperasinya pintu tol BSD Barat, yang lebih jauh pintu tol ini akan tersambung hingga Legok, Balaraja dan terhubung ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Hal ini akan mendorong kawasan Cisauk memiliki aksesibilitas yang semakin baik dan mudah dijangkau ke depannya.

 


Rumah di Cisauk Seharga Rp 5 Miliar

Pengunjung melihat maket rumah di pameran Indonesia Property Expo (IPEX) 2017 di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (11/8). Pameran proyek perumahan ini menjadi ajang transaksi bagi pengembang properti di seluruh Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rumah123 juga mencatat properti dengan harga di atas Rp 5 miliar di kawasan Cisauk juga mencatatkan proporsi permintaan rendah dibandingkan area lain, hanya 2,6%, dibandingkan dengan Kelapa Dua yang mencapai 9,7%, Serpong 15,9%, Serpong Utara 22,9% dan Pagedangan 16,9%.

Hal ini juga terkait dengan keterbatasan suplai yang ada pada rentang harga tersebut. Kedepannya seiring dengan perkembangan infrastruktur dan semakin berkembangnya proyek berskala kota di area tersebut, maka proporsi dapat berubah dan bergeser ke arah segmen menengah-atas hingga atas.

Pencari properti di Tangerang umumnya berasal dari rentang usia 25-34 tahun (37%), diikuti kelompok usia 45-54 tahun (25,2%), 35-44 tahun (18,3%), 18-24 tahun (14,6%) dan 55-64 tahun (4,9%). Dan dari asal domisili, para pencari properti di Tangerang didominasi pencari asal Jakarta 46,8%, kemudian dari warga Tangerang itu sendiri sebesar 21% dan asal Tangerang Selatan 14,9%.

Temuan ini mencerminkan keinginan generasi muda dewasa yang telah memiliki daya beli untuk menjadikan Tangerang sebagai pilihan utama lokasi tempat tinggal.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya