Liputan6.com, Sarawak - Sungai Sarawak menjadi salah satu destinasi tempat wisata di Malaysia yang diburu para pelancong. Mereka datang untuk menikmati panorama nan cantik, yaitu pemandangan matahari senja yang perlahan berlabuh di ufuk barat.
Liputan6.com berkesempatan menikmati pemandangan indah tersebut, Jumat 28 Juni 2024 lalu. Atas undangan dari Sarawak Tourism Board (STB) dan AirAsia, tim tur terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Kuching, Sarawak, Malaysia dengan durasi sekitar 1 jam 30 menit.
Advertisement
Selepas itu, perjalanan dilanjutkan menuju Kuching Waterfront, dermaga yang menjadi tempat Kapal Sarawak River Cruise bersandar. Untuk dapat naik kapal tersebut, para wisatawan dikenakan harga tiket sebesar RM 70 atau sekitar Rp 243.000 (kurs 3.472) untuk dewasa, sementara bagi anak dipatok tarif RM 35 atau Rp 121.500.
Saat memasuki dek kapal, suasana lantai bawah terlihat layaknya rumah makan. Sejumlah meja dan kursi tertata rapi di bagian kanan dan kirinya. Sementara di bagian tengah, terdapat beberapa meja untuk tempat makanan yang diletakkan dengan wadah tertutup.
Di bagian lantai bawah ini, terdapat jendela agar wisatawan dapat menikmati perjalanan menyusuri Sungai Sarawak melalui kaca. Ruangan ini terbilang nyaman lantaran dilengkapi dengan pendingin udara, sehingga terhindar dari hawa panas. Namun hal itu berbeda kondisinya dengan lantas dua atau dek atas.
Di atas kapal, kendati diselimuti hawa yang cukup menyengat, para wisatawan tampak menikmatinya dengan duduk di kursi di sisi kanan, kiri, dan tengah. Layaknya sebuah restoran di atas kapal, meja dan kursi tertata rapi. Seluruhnya sudah terisi oleh para wisatawan yang ingin berburu sunset dari atas Kapal Sarawak River Cruise.
Tepat pukul 17.30 waktu Malaysia, klakson kapal berbunyi panjang satu kali. Itu artinya kapal siap mengarungi sungai Sarawak yang berwarna kecoklatan. Perlahan tapi pasti, kapal MV Equotorial yang berkapasitas 130 penumpang ini bergerak meninggalkan dermaga menuju ke tengah sungai.
Pemandangan Landmark Sepanjang Sungai
Ada banyak pemandangan yang disuguhkan selama perjalanan yang memakan waktu 1 jam 30 menit tersebut. Ditemani dengan penjelasan pemandu wisata yang menggunakan bahasa Inggris, para wisatawan diajak mengenal landmark-landmark yang masih berdiri megah di sepanjang sungai. Ada Masjid Bahagian Kuching yang megah dibangun 1847, Jembatan Darul Hana yang dibangun 2017, Bangunan Undangan Negeri atau gedung parlemen Sarawak didirikan 2009, Astana dibangun 1870, dan Perkampungan Melayu.
Selain itu, juga terlihat bangunan bangunan pencakar langit. Gedung tersebut ada yang berupa hotel dan juga apartemen.
Sambil menikmati penjelasan pemandu wisata dan pemandangan sepanjang sungai, pengunjung disuguhkan makanan kecil berupa beberapa potong kue lapis dan segelas kecil es jus. Paket tersebut diberikan cuma cuma alias gratis lantaran sudah termasuk dalam tarif tiket dan dapat diambil di minibar kapal. Bagi pengunjung yang ingin menikmati kudapan lainnya, tak perlu khawatir. Makanan dapat dipesan dengan harga tertentu. Setelah makanan jadi, pelayan kapal akan mengantarkannya ke meja pengunjung.
Jelang matahari terbenam, para pengunjung mulai mengambil posisi di bagian belakang dek kapal. Mereka yang tadinya duduk di bagian tengah kapal, mulai meninggalkan kursinya. Pengunjung mencari tempat kosong di pinggir kapal yang dikeliling dinding besi. Cuaca jelang sore itu lebih sedikit bersahabat. Udaranya adem dengan diiringi embusan semilir angin. Meski warna air sungai kecoklatan, tapi sama sekali tidak tercium aroma bau.
"Di sini enak, hawanya adem juga anginnya nggak kenceng. Bisa nikmatin sunset. Kalau tadi, panas," kata seorang pengunjung yang pindah duduk ke pinggir belakang kapal.
Advertisement
Sunset dari Atas Kapal
Suasana sunset menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Mereka tak ingin ketinggalan mengabadikan momen-momen cantik penyatuan warna kuning, jingga, dan merah saat sang surya kembali ke peraduan. Sejumlah penumpang pun mengeluarkan jurus model terbaiknya untuk tampil menawan di depan kamera handphone-nya. Sambil menyandar ke dinding besi, ditambah dengan senyum dan gaya khasnya, pengunjung difoto oleh teman maupun keluarganya. Usai itu, mereka pun puas setelah melihat penampilannya sesuai harapan.
Kapal terus melaju pelan seolah ingin memberikan pengalaman lebih lama bagi para pelancong. Saya yang merasakan momen ini pertama kali, juga ingin mengabadikannya. Usai jeprat jepret jeprat jepret, sejumlah angle pemotretan pun langsung terekam dalam handphone sebagai kenang-kenangan perjalanan dari Negeri Jiran.
Pertunjukan Tari Tradisional Orang Ulu Sarawak
Jelang kapal bersandar, sekitar pukul 18.15 waktu setempat, pengunjung disuguhkan tarian tradisional Orang Ulu Sarawak di tempat seperti panggung kecil di dek kapal. Ada empat orang yang menari tarian tradisional itu. Diringi musik, tubuh mereka bergerak ke kanan dan kiri dengan tangan dan jari yang menari. Kadang ujung tumit kaki diangkat sedikit membentuk formasi tertentu sehingga menambah keindahan tarian. Sesekali tubuhnya berputar dengan tangann tetap menari penuh gemulai.
Orang Ulu merupakan salah satu kelompok etnik yang mendiami kawasan hulu sungai Sabah dan Sarawak. Dalam aktivitasnya, mereka bercocok tanam dan menangkap ikan sebagai sumber mata pencaharian. Kesenian tradisionanya, dikenal dengan musik unik berupa bunyi khas sapeh, kecapi berbentuk perahu yang dipetik, yang sebelumnya dari dua tali kini biasanya pada empat tali.
Usai pertunjukan tradisional berakhir, para wisatawan maju dan naik ke atas panggung kecil. Mereka berfoto bersama dengan para penari yang terdiri dari satu pria dan tiga wanita. Beberapa pengunjung menyalaminya sambil sedikit memberikan uang tips kepada penari.
Kapal akhirnya kembali bersandar ke dermaga awal. Pengunjung satu per satu turun dari dek atas menuju pintu keluar. Rasa puas dan senang tergambar dari wajah mereka. Setelah menginjak daratan, beberapa di antara mereka menyempatkan diri berfoto bersama di samping kapal.
Advertisement