Liputan6.com, Jakarta - Raja seringkali terjebak dalam rasa angkuh terkait kekuasaan, di mana mereka cenderung merasa tak tergantikan dan tidak membutuhkan masukan atau nasihat dari orang lain.
Kesombongan keangkuhan semacam ini biasanya dapat mengaburkan pengambilan keputusan yang bijaksana dan adil, serta menghalangi raja untuk mempertimbangkan kepentingan rakyatnya secara menyeluruh.
Namun angkuhnya seperti apa, dengan ulama, raja seperti ini ternyata tak ada apa-apanya. Hanya diberikan satu pertanyaan saja sudah kalah jauh.
Hal ini dikisahkan KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), ulama yang dikenal alim alamah asal Rembang jawa Tengah.
Gus Baha menceritakan kisah menarik tentang seorang raja yang angkuh namun akhirnya menyadari betapa kecil dirinya di hadapan Tuhan.
Ceramah ini mengandung pesan moral yang dalam tentang kebesaran Tuhan dan kerendahan hati.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Begini Raja yang Kena Mental oleh Pertanyaan Ulama
Gus Baha mengawali ceritanya dengan mengisahkan seorang raja yang sangat angkuh datang menemui seorang ulama.
Sang raja dengan sombongnya berkata bahwa dia mampu mengendalikan dunia. "Saya Raja, bisa mengendalikan dunia," ujar raja tersebut dengan penuh keangkuhan, dilansir YouTube kanal @QuranFK.
Mendengar pernyataan sang raja, ulama itu pun memberikan sebuah pertanyaan yang penuh makna. "Andaikan kamu tidak bisa minum, kemudian ada orang yang menukarkan kerajaanmu dengan segelas air, apakah kamu akan memberikan kerajaanmu?" tanya sang ulama.
Raja itu terdiam sejenak, merenungi pertanyaan tersebut. Dalam keadaan terdesak di tengah gurun Sahara yang gersang, air menjadi sesuatu yang sangat berharga.
"Kalau saya gak minum, saya akan mati. Jadi, saya akan memilih minum meskipun harus kehilangan kerajaan," jawab raja itu dengan jujur.
Advertisement
Ternyata Raja Sekalipun Bergantung Makan dan Minum
Sang ulama pun memberikan nasihat yang mendalam. "Jangan bangga dengan kerajaan yang nilainya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan segelas air. Kerajaanmu hanya ditopang air, bukan keangkuhan," ujar ulama itu yang diucapkan Gus Baha.
Mendengar nasihat tersebut, raja itu pun tersadar bahwa kekuasaan dan kemegahan yang ia banggakan ternyata tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kebutuhan dasar manusia seperti air.
"Betapa manusia ini bergantung pada sesuatu yang remeh yaitu makan dan minum," kata Gus Baha.
Gus Baha menjelaskan bahwa manusia seringkali lupa akan ketergantungannya pada hal-hal sederhana yang diberikan oleh Tuhan.
"Kita sering lupa bahwa tanpa makan dan minum, kita tidak akan bisa bertahan hidup. Jadi, jangan sombong dengan apa yang kita miliki," ujar Gus Baha dengan penuh hikmah.
Dalam ceramahnya, Gus Baha juga mengajak kita untuk selalu bersyukur dan menyadari bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian Tuhan.
"Segala sesuatu yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah. Kita harus selalu bersyukur dan rendah hati," tambahnya.
Gus Baha menekankan pentingnya kerendahan hati dan kesadaran bahwa kekuasaan dan harta benda tidak ada artinya tanpa rahmat Tuhan.
"Kekuasaan dan harta benda tidak ada artinya jika kita lupa bersyukur dan tidak rendah hati," tandas Gus Baha.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul